carisinyal-web-banner-retina 35

Yuk kenali Macam-Macam Seri Ponsel Xiaomi

Ditulis oleh Hilman Mulya Nugraha

Memilih ponsel Xiaomi bisa terasa rumit, nama serinya banyak, strategi harganya beragam, dan tiap lini membawa fokus yang berbeda. Ya, selain terbagi menjadi sub-brand seperti Redmi, POCO, dan Black Shark, setiap sub-brand tersebut juga memiliki seri yang beragam. 

Banyak calon pembeli yang kebingungan untuk membedakan berbagai seri tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatasi kebingungan tersebut, di artikel ini Carisinyal akan membahas berbagai perbedaan seri Xiaomi tersebut. 

1. Xiaomi

Xiaomi 17 Pro Series

Seri Xiaomi, yang dulu dikenal sebagai seri “Mi”, adalah kasta tertinggi dari semua ponsel yang ditawarkan oleh Xiaomi. Bisa dibilang seri ini merupakan “etalase” tempat Xiaomi memamerkan semua teknologi terbarunya, mulai dari prosesor terkencang, inovasi kamera terdepan, hingga material bodi paling premium.

Secara langsung, seri ini diposisikan untuk bersaing dengan ponsel flagship dari merek global lain, seperti Samsung seri Galaxy S atau Apple iPhone.

Ponsel di seri ini ditujukan untuk pengguna yang menginginkan teknologi terbaik dari Xiaomi, dan tidak ragu untuk mengeluarkan dana lebih. Biasanya, harganya berada di level belasan hingga puluhan juta rupiah. Xiaomi Series sendiri terdiri dari beberapa kategori, yaitu:

Seri Angka

Seri dengan penomoran digital ini adalah “jagoan” utama dan kasta tertinggi dari semua ponsel Xiaomi. Bisa dibilang seri ini merupakan tempat Xiaomi memamerkan semua teknologi terbarunya, mulai dari prosesor terkencang, inovasi kamera terdepan hasil kolaborasi dengan Leica, hingga material bodi paling premium.

Ponsel ini diposisikan untuk bersaing langsung dengan iPhone dari Apple atau Galaxy S dari Samsung, dengan harga di level belasan hingga puluhan juta rupiah.

Seri ini selalu jadi menarik perhatian. Contohnya, Xiaomi 15S Pro yang dibekali chip buatan Xiaomi sendiri, yakni XRING O1. Kemudian, ada Xiaomi 15 Ultra yang hadir dengan kemampuan fotografi dan aksesori pendukung ala fotografer profesional.

Pada September 2025, Xiaomi juga membuat gebrakan. Pada 2025, penomoran serinya seharusnya 16, namun Xiaomi di Tiongkok mengubah namanya menjadi Xiaomi 17 Series. Banyak spekulasi menyebut langkah ini terkait momentum persaingan dengan Apple, karena iPhone 17 series juga rilis pada September 2025.

Namun, perhatiannya bukan semata pada nama. Xiaomi 17 menarik perhatian karena menghadirkan ponsel dengan baterai berkapasitas sekitar 7.000 mAh, dan layar sekunder di bagian belakang untuk varian Pro. Seri ini juga termasuk yang pertama menggunakan chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5.

Seri T 

Seri T, sering disebut sebagai “affordable flagship” atau “flagship versi hemat”, bertujuan menawarkan pengalaman yang mendekati seri utama, terutama pada sektor performa, namun dengan beberapa penyesuaian agar harganya lebih terjangkau.

Ciri khasnya adalah penggunaan chipset kelas atas, kadang memakai MediaTek Dimensity, atau Snapdragon generasi sebelumnya, layar AMOLED yang sangat mulus, dan teknologi pengisian daya HyperCharge yang super cepat.

Seri T disebut “flagship killer” memang tidak berlebihan Mengingat harga jualnya terjangkau. Sebagai contoh, seri Xiaomi 15, yang dirilis di Indonesia pada awal 2025, harganya di atas Rp10 juta. Namun, Xiaomi 15T dan Xiaomi 15T Pro berada di bawah Rp10 juta.

Seri MIX

Seri MIX adalah “laboratorium” tempat Xiaomi bereksperimen dengan teknologi paling radikal dan futuristik. Seri ini bukan ponsel yang rutin dirilis, melainkan panggung untuk inovasi.

Sejarahnya dimulai dari Mi MIX pertama, yang mempopulerkan desain layar bezel-less pada masanya, sedangkan Mi MIX Alpha adalah konsep lanjutan dengan pendekatan layar ekstrem.

Kini, seri ini berevolusi menjadi ponsel layar lipat (foldable) seperti Xiaomi MIX Fold. Namun, pengembangan seri ini tidak menjadi fokus utama Xiaomi secara global, dan umumnya dirilis untuk pasar Tiongkok saja.

Seri CIVI

Seri Civi adalah jawaban Xiaomi untuk segmen lifestyle. Targetnya adalah pengguna muda yang sangat peduli dengan gaya dan penampilan, terutama kaum hawa. Fokus utamanya bukan pada performa buas, melainkan pada desain bodi yang cantik, ramping, ringan, dan yang terpenting, kemampuan kamera selfie yang istimewa.

Seri ini pada dasarnya khusus untuk Tiongkok. Untuk pasar global, seri ini kerap hadir dengan nama berbeda (rebranding). Rilis globalnya terbatas, sehingga peredarannya lebih berfokus di Tiongkok.

2. Redmi

layar redmi note 14 pro 5g_

Redmi bisa disebut sebagai penggerak utama Xiaomi. Jika seri Xiaomi menjadi etalase premium, Redmi adalah motor yang mendorong penjualan dan memperkuat posisi Xiaomi di banyak pasar, termasuk Indonesia.

Prinsipnya jelas: memberi nilai terbaik di kelas harganya. Redmi berfokus menghadirkan spesifikasi tinggi dengan biaya yang tetap ramah di kantong. Sasarannya adalah pengguna beranggaran terbatas hingga menengah, dan dari sinilah lahir citra Xiaomi sebagai merek dengan spesifikasi unggul, namun tetap terjangkau.

Untuk pasar global, termasuk Indonesia, hanya ada dua seri, yakni Redmi seri angka dan Redmi Note. Sementara itu, di Tiongkok ada varian Redmi lain. Berikut penjelasannya.

Seri Redmi Angka

Seri ini, contohnya Redmi 13 dan Redmi 14C, adalah tulang punggung utama penjualan Redmi. Ponsel-ponsel inilah yang sering kali menjadi pilihan bagi pengguna smartphone pertama kali, mereka yang kebutuhannya hanya untuk fungsi dasar, seperti komunikasi dan media sosial, atau sebagai ponsel kedua yang bisa diandalkan.

Fokus seri ini yakni menawarkan fungsi penggunaan sebuah ponsel, bukan fitur-fitur mewah. Seri ini pernah memiliki produk fenomenal, yakni Redmi 5A, yang dijual di harga Rp999.000.

Saat artikel ini tayang, seri Redmi sudah memasuki generasi 15. Seri ini biasanya terbagi dua, yang memakai akhiran C dan yang tidak. Misalnya Redmi 15C. Ada juga yang tidak, yakni Redmi 15, yang dijual sedikit lebih mahal dibanding Redmi 15C. Namun, harganya umumnya ada di kisaran Rp1 sampai Rp2 juta.

Seri Redmi Note

Inilah seri yang sering dianggap sebagai "HP gaib" atau "spek dewa harga rakyat" di Indonesia. Disebut gaib karena beberapa serinya sering dijual murah dan laku keras sehingga stock habis. Kalau ada pun biasanya para tengkulak yang menjual dengan harga tinggi. 

Resep rahasia kesuksesan Redmi Note tidak pernah berubah, ambil fitur-fitur yang biasanya hanya ada di HP mahal, lalu bungkus dalam bodi dengan harga yang sangat masuk akal.

Mereka sukses melakukannya lewat Redmi Note 5, Redmi Note 8, dan Redmi Note 10 Series. Redmi Note juga memiliki banyak varian. Ada varian 4G, ada varian 5G, ada Pro 4G, dan ada Pro 5G.

Sejak Redmi Note 11, ada varian Pro+ yang menawarkan kamera beresolusi tinggi, seperti 108 MP atau 200 MP. Sementara itu, layarnya umumnya sudah memakai panel AMOLED 120 Hz. Untuk performa, seri ini tergolong kencang pada varian 5G, sedangkan pada varian 4G performanya masih tergolong biasa, tetapi spesifikasi lainnya tetap menarik.

Saat artikel ini dibuat, Redmi Note sudah mencapai Redmi Note 15 Series. Untuk harganya, varian bawah Redmi Note dijual di kisaran Rp2 juta. Sementara varian atas dijual sampai Rp5,9 juta, yakni varian Pro+.

Spesifikasi yang ditawarkan Redmi Note memang menarik. Namun, varian yang dihadirkan terkadang bertabrakan dengan seri lain. Contohnya, Redmi Note varian Pro+ dengan harga Rp5,9 juta bertabrakan dengan Xiaomi seri T.

Efeknya, seri Pro+ kadang kurang begitu laris, karena konsumen lebih memilih seri T atau memilih POCO kelas menengah ke atas. Selain itu, baik Redmi maupun Redmi Note masih menampilkan iklan di perangkat lunak, berbeda dengan Xiaomi Series yang umumnya lebih minim iklan.

Seri Redmi K dan Turbo

Redmi punya seri yang khusus dijual di Tiongkok. Seri itu bernama seri K dan seri Turbo. Keduanya merupakan seri kelas atas Redmi. Hal ini dilakukan karena, di Tiongkok, Redmi berstatus sub-brand Xiaomi.

Dua lini tersebut sama-sama menonjolkan performa. Seri K diposisikan sebagai flagship hemat biaya, menawarkan chipset kelas atas dan fitur premium dengan harga agresif, sedangkan seri Turbo berada setingkat di bawahnya, fokus pada performa namun lebih ramah kantong dibanding seri K.

Namun, strategi ini hanya dilakukan di Tiongkok, yang persaingannya cukup ketat. Beberapa seri Turbo dan seri K sebenarnya hadir di luar pasar Tiongkok, tetapi dengan nama berbeda, atau istilahnya rebrand. Contohnya sebagai berikut.

  • Redmi K (versi teratas) → Dirilis global sebagai POCO F Pro. Contohnya, Redmi K70 di Tiongkok menjadi POCO F6 Pro di pasar global.
  • Redmi Turbo → Dirilis global sebagai POCO F (versi biasa). Contohnya, Redmi Turbo 3 menjadi POCO F6.
  • Redmi K (versi hemat/E) → Dirilis global sebagai POCO X Pro. Contohnya, Redmi K70E menjadi POCO X6 Pro.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa seri K dan seri Turbo sebenarnya tetap hadir di pasar global, tetapi dengan nama lain.

3. POCO 

poco f7 ultra cover

POCO bisa dibilang sebagai merek terpisah, tetapi masih bagian dari Xiaomi. POCO fokus pada performa, dan biasanya melakukan rebrand dari produk Redmi untuk pasar di luar Tiongkok. Berkat cara ini, POCO berhasil menemukan ceruknya sendiri, dengan fokus nyaris total pada performa.

Untuk pasar Indonesia, POCO memiliki status yang unik, secara merek mandiri dalam strategi pemasaran, namun secara operasional masih merupakan bagian dari Xiaomi. Pemisahan merek yang terjadi di tingkat global tidak sepenuhnya diterapkan di pasar Indonesia.

Penyatuan kanal ini terjadi pada awal 2025. Pada saat itu, situs web resmi POCO di Indonesia (po.co.id) ditutup, dan seluruh produk serta layanannya dipindahkan ke situs web resmi Xiaomi (mi.co.id).

POCO berani mendobrak pasar dengan filosofi “performa maksimal, harga minimal”. Untuk menekan harga, penjualannya lebih banyak melalui kanal daring.

Mereka juga jelas soal kompromi, POCO tidak ragu mengorbankan kualitas kamera atau material bodi yang mewah, yang sering kali plastik, demi bisa memasang chipset paling kencang di kelasnya.

POCO memiliki beberapa seri yang dijual dari harga murah sampai mendekati Rp10 juta. Berikut penjelasan tiap serinya.

Seri F

Huruf “F” di seri ini bukan sekadar nama, artinya adalah “Flagship”. Inilah kasta tertinggi dari semua HP POCO, dan merupakan penerus sejati dari sang legenda “flagship killer”, Pocophone F1.

Tujuannya masih sama seperti pendahulunya, memberikan performa paling buas dengan memakai prosesor Snapdragon kelas atas, namun dengan harga yang jauh lebih waras dibanding HP flagship lain. Betapa tidak, POCO bisa menjual ponsel dengan Snapdragon 8 series di harga Rp5 jutaan atau Rp6 jutaan.

Ciri khas utama Seri F adalah dapur pacunya, yang ditenagai oleh chipset Snapdragon seri 8, atau yang setara, menjadikannya monster performa yang siap melibas game berat dan multitasking tanpa ampun.

Semua komponen pendukungnya juga dirancang untuk bermain game, ada perangkat lunak optimasi khusus, memori UFS, dan RAM LPDDR5X yang sangat kencang, semuanya demi satu tujuan, yaitu pengalaman bermain pada frame rate tinggi yang mulus.

Untuk melengkapi paket performa ini, layarnya sudah memakai AMOLED dengan refresh rate tinggi, dan didukung pengisian daya yang sangat cepat. Seperti yang sudah kita tahu, jeroan dari Seri F ini sebenarnya “kembaran” dari seri Redmi K atau Turbo, yang lebih dulu rilis di Tiongkok.

Seri F biasanya terdiri dari versi standar, seperti POCO F5, POCO F6, atau POCO F7. Ada juga versi Pro, yang menawarkan performa lebih kencang, seperti POCO F7 Pro. Kemudian, ada seri Ultra, yang pertama kali diperkenalkan pada generasi F7, yakni POCO F7 Ultra, yang menegaskan bahwa ponsel ini tidak sekadar soal performa, melainkan juga menghadirkan kamera yang lebih baik.

Seri X

Seri X diposisikan sebagai ponsel kelas menengah atas yang mendekati rasa flagship. Fokusnya adalah menyeimbangkan performa tinggi dengan harga yang tetap bersahabat, sehingga pengalaman yang ditawarkan terasa premium, namun lebih mudah dijangkau dibanding seri F.

Untuk mesinnya, seri ini umumnya memakai chipset menengah atas yang bertenaga, dari Qualcomm melalui lini Snapdragon 7, atau dari MediaTek melalui keluarga Dimensity 7000 maupun 8000. Hasilnya, performa gaming di kelasnya sangat kompetitif, multitasking terasa lincah, dan aplikasi berat berjalan stabil.

Dari sisi fitur, Seri X biasanya lengkap, layar AMOLED dengan refresh rate tinggi, baterai berkapasitas besar, pengisian daya cepat, serta speaker stereo, yang membuatnya nyaman untuk kebutuhan hiburan sehari hari.

Sama seperti saudaranya, Seri X juga sering kali merupakan hasil rebrand. Model “Pro”-nya, misalnya POCO X6 Pro, biasanya merupakan penjelmaan dari seri Redmi K versi hemat, seperti Redmi K70E, sementara model standarnya bisa berbasis seri Redmi lain, atau merupakan desain yang benar-benar baru dari POCO.

Seri POCO X biasanya dijual mulai Rp3 juta sampai hampir Rp5 juta. Varian tertingginya umumnya berada di sekitar Rp4,6 jutaan.

Seri M

Di rentang harga Rp2 sampai Rp3 juta, POCO punya seri M. Ciri utamanya adalah baterai jumbo, sering kali 6.000 mAh atau lebih, yang sanggup menemani streaming dan musik berjam jam.

Panel yang digunakan umumnya masih IPS LCD agar harga tetap terjangkau. Namun, resolusinya biasanya sudah FHD+, sehingga tampilan terasa tajam untuk keseharian. Speaker ganda kadang hadir di beberapa model, yang membuat pengalaman menonton dan bermain game terasa lebih imersif.

Untuk performa, seri M mengandalkan chipset kelas pemula hingga menengah bawah yang andal, cukup lincah untuk chat, media sosial, dan multitasking ringan.

Di pasaran, seri M hadir dengan versi standar, contohnya POCO M7. Namun, yang sering menarik perhatian adalah versi Pro, seperti POCO M7 Pro.

Hal yang disayangkan dari seri M dalam beberapa tahun belakangan adalah spesifikasinya yang kerap mirip dengan Redmi seri tertentu. Xiaomi Indonesia, terkadang, merilis dua produk dengan spesifikasi serupa, tetapi dengan nama berbeda.

Contohnya, mereka merilis Redmi Note 15 Pro 5G di Indonesia pada Januari 2025, lalu pada April 2025 hadir POCO M7 Pro 5G dengan harga yang sedikit lebih murah. Keduanya memiliki spesifikasi yang identik, dengan desain yang berbeda.

Hal yang sama juga terjadi pada POCO M7 varian 4G yang rilis pada Oktober 2025. Perangkat ini merupakan “kembaran” dari Redmi 14C, yang dirilis di Indonesia pada September 2025.

Seri C

Seri C adalah lini ponsel paling murah dari POCO. Seri ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan paling esensial sehari-hari bagi pengguna pemula, atau siapa pun dengan anggaran terbatas. Fokusnya jelas, menghadirkan pengalaman ponsel yang fungsional dengan harga serendah mungkin.

Seri ini tidak menghadirkan fitur canggih. Seri ini hanya menawarkan spesifikasi dasar sebuah ponsel, seperti layar besar, baterai 5.000 mAh ke atas, dan prosesor yang cenderung biasa. Seri ini biasanya masih menawarkan RAM 4 GB.

Sama seperti produk POCO lainnya, Seri C juga banyak yang merupakan rebrand dari Redmi paling terjangkau. Contohnya, POCO C85, yang identik dengan Redmi 15C.

4. Black Shark 

Black Shark 4Sumber: blackshark.com

Black Shark sebenarnya bukan merek di bawah Xiaomi. Merek ini berdiri secara mandiri, lebih mandiri dibanding POCO atau Redmi. Hubungan dengan Xiaomi hanya sebatas investasi, bisa dibilang Xiaomi menanamkan modal di Black Shark.

Xiaomi berinvestasi di Black Shark sebagai langkah untuk menaklukkan pasar HP gaming yang meledak pada kisaran tahun 2017 sampai 2018, bersamaan dengan populernya gim berat seperti PUBG Mobile. Langkah ini memungkinkan Xiaomi, sebagai investor, masuk ke pasar yang sedang naik daun tersebut.

Black Shark dijadikan sebagai “uji coba” mereka dalam menghadirkan ponsel gaming. Seri Black Shark sempat masuk resmi ke Indonesia, dan bisa dibilang memiliki penjualan yang baik.

Daya tarik Black Shark adalah fitur yang tidak ditemukan di ponsel biasa. Desainnya sangar dan agresif, memiliki tombol fisik L1 dan R1, atau trigger, yang bisa muncul dan tenggelam, sistem pendingin cair yang canggih agar ponsel tidak panas, dan layar dengan tingkat responsivitas sentuhan yang sangat tinggi.

Namun, era Black Shark berakhir. Seri terakhir mereka adalah Black Shark 5 pada 2022. Mereka juga gagal mendapatkan investasi dari Tencent, sehingga terjadi pemutusan hubungan kerja besar besaran di internal Black Shark, dan aktivitas pengembangan ponsel praktis terhenti.

Rencana akuisisi oleh raksasa game Tencent gagal, berujung pada PHK besar besaran di Black Shark, dan sejak saat itu merek ini tidak merilis ponsel baru. Kini, lini ponselnya praktis berhenti, sementara aksesori masih dijual.

Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa merek Xiaomi menaungi banyak seri, termasuk seri Xiaomi itu sendiri. Seri Xiaomi menjadi seri premium yang fokus pada kamera, performa, dan desain untuk bersaing di kelas atas, seri ini juga menghadirkan berbagai inovasi.

Seri Redmi adalah seri populer yang menggerakkan penjualan. Seri Redmi Angka melayani pasar pemula yang membutuhkan keandalan, sementara Seri Redmi Note mendominasi kelas menengah dengan menawarkan paket lengkap yang sulit ditandingi.

Di sisi lain, ada POCO, yang fokus pada performa dan menargetkan anak muda serta gamer. Seri ini sering melakukan rebrand dari seri Redmi, tetapi dengan harga yang lebih terjangkau.

Dan Black Shark kini menjadi catatan sejarah, sekaligus pengingat bahwa industri ponsel terus bergerak, ada yang berinovasi dan ada yang tertinggal, ada yang penjualannya bagus, dan ada yang harus mundur dari pasaran.


cross