carisinyal-web-banner-retina 35

6 Chipset yang Setara dengan Kirin 8020

Ditulis oleh Hilman Mulya Nugraha

Kirin 8020 hadir untuk mengisi segmen performa tinggi yang tetap efisien, sehingga cocok dipasang di ponsel mainstream Huawei dengan rasa flagship. Chip ini membawa pendekatan “tenaga cukup, suhu terjaga”, jadi respons antarmuka terasa sigap, sementara konsumsi daya, khususnya pada penggunaan harian, tetap hemat.

Kirin 8020 dibangun dengan proses fabrikasi 7 nm SMIC. Meskipun bukan yang paling baru, namun tetap memberikan efisiensi yang baik. Kombinasi inilah yang membuat Kirin 8020 terasa “pas”, kencang saat dibutuhkan, adem saat santai, 

Di dalam Kirin 8020, terdapat konfigurasi CPU 8 inti, yakni 1+3+4. Satu inti utama bekerja sampai 2,29 GHz, tiga inti performa sampai 2,05 GHz, lalu empat inti efisiensi di 1,3 GHz. Unit grafisnya menggunakan keluarga Maleoon 920, yang pada varian ini disetel untuk menjaga kelancaran frame rate di setelan menengah, sehingga pengalaman visual tetap mulus.

Menilik acuan benchmark yang beredar, skor Kirin 8020 untuk AnTuTu v10, berada di angka 1.326.372, lalu di Geekbench 6 mencatat 1.350 untuk single-core dan 3.570 untuk multi-core

Berdasarkan hasil skor tersebut, kira-kira cip apa saja yang performanya setara atau setidaknya mendekati Kirin 8020? Berikut daftar lengkapnya.

1. MediaTek Dimensity 9000+

MediaTek Dimensity 9000 Plus

Dimensity 9000+ dan Kirin 8020 sejatinya berada di kelas performa yang sama, karena keduanya menyasar segmen "nyaris flagship" di ekosistem Android. 

Chipset MediaTek Dimensity 9000+, yang diproduksi oleh TSMC pada proses 4 nm, dikenal memiliki kestabilan mumpuni di bawah beban kerja berat. Sementara itu, Kirin 8020, yang membawa DNA seri atas Huawei, cenderung menonjol dalam pengalaman harian berkat optimasi sistemnya.

Jika melihat perbandingan angka sintetis, hasil AnTuTu v10 menunjukkan Dimensity 9000+ mencatat skor sekitar 1.114.121, sedangkan Kirin 8020 secara mengejutkan unggul di angka 1.326.372. 

Skor total Kirin 8020 yang lebih tinggi ini biasanya mencerminkan kombinasi yang agresif dari CPU, GPU, memori, dan UX (pengalaman pengguna) dalam skenario campuran.

Namun, gambaran menjadi berbeda saat kita beralih menyorot performa CPU murni. Pada pengujian Geekbench 6, Dimensity 9000+ memimpin dengan skor 1.647 untuk single-core dan 4.481 untuk multi-core. Di sisi lain, Kirin 8020 berada di angka 1.350 dan 3.570.

Ini menunjukkan bahwa untuk tugas-tugas yang sangat bertumpu pada CPU, misalnya kompresi data, multitasking berat, atau aplikasi kreatif tertentu, Dimensity 9000+ secara konsisten memberikan headroom (tenaga ekstra) yang lebih besar.

Contoh ponsel yang memakai Dimensity 9000+ adalah ASUS ROG Phone 6D, ASUS ROG Phone 6D Ultimate, dan OPPO Find N2 Flip.

2. Snapdragon 8+ Gen 1

snapdragon 8+ gen 1_

Snapdragon 8+ Gen 1 adalah chipset lain yang bisa dibilang punya performa berdekatan atau mirip dengan Kirin 8020. Akan tetapi, Snapdragon 8+ Gen 1 bisa dibilang lebih unggul dalam hal efisiensi saat ponsel yang memakai chipset ini diajak “kerja” dalam tempo lama. 

Snapdragon 8+ Gen 1 diproduksi pada proses 4 nm TSMC yang matang. Chipset ini dikenal sangat stabil, sehingga untuk sesi bermain game yang lama maupun multitasking berat, performanya cenderung terasa konsisten tanpa ada penurunan kinerja yang mengganggu.

Jika melihat skor AnTuTu v10, Snapdragon 8+ Gen 1 mencatatkan angka 1.299.948. Skor ini menunjukkan sebuah paket kinerja yang sangat seimbang, yang mencakup kemampuan CPU, GPU, memori, dan pengalaman pengguna (UX). 

Apabila dibandingkan dengan Kirin 8020, skor total Snapdragon 8+ Gen 1 memang biasanya sedikit tertinggal. Meskipun begitu, dalam praktik penggunaan harian, respons antarmuka dan kelincahan umum keduanya akan terasa sama-sama kompetitif.

Pada pengujian Geekbench 6 menempatkan Snapdragon 8+ Gen 1 pada skor 1.767 untuk single-core dan 4.591 untuk multi-core. Headroom atau tenaga ekstra CPU ini, jika disandingkan dengan Kirin 8020, terasa lebih meyakinkan. 

Hasilnya, tugas komputasi berat seperti kompresi file, ekspor foto, kalkulasi spreadsheet berukuran besar, serta berbagai aplikasi produktivitas kreatif, dapat berjalan lebih cepat dan lebih stabil. 

Efisiensi dari TSMC, yang memang terkenal bagus, juga sangat membantu dalam kontrol suhu dan konsumsi daya saat chipset dipaksa bekerja keras dalam durasi lama.

Beberapa contoh ponsel yang menggunakan Snapdragon 8+ Gen 1 antara lain adalah Samsung Galaxy Z Fold4, Samsung Galaxy Z Flip4, ASUS Zenfone 9, ASUS ROG Phone 6, Xiaomi 12T Pro, OnePlus 10T, iQOO 10 Pro, dan realme GT Neo 5.

3. Google Tensor G3

google tensor g3_

Google Tensor G3 adalah chipset lainnya yang secara performa mendekati Kirin 8020. Chipset buatan Google ini, yang diproduksi menggunakan proses 4nm Samsung (4LPP), memiliki fokus utama yang berbeda dibanding chipset lainnya. 

Tensor G3 tidak dirancang untuk mengejar skor sintetis setinggi mungkin, melainkan lebih tertuju pada komputasi AI on-device (langsung di perangkat) dan efisiensi kerja harian. Karakter unik ini sangat terasa pada pengalaman kamera komputasional, pemrosesan bahasa, dan berbagai fitur pintar di dalam sistem yang memakai chipset ini. 

Tensor G3 mencatatkan angka AnTuTu v10 sebesar 1.151.520. Sementara itu, di Geekbench 6, ia meraih 1.760 untuk single-core dan 4.442 untuk multi-core. 

Menilik angkanya, posisinya memang biasanya berada sedikit di bawah Kirin 8020. Akan tetapi, untuk beban kerja CPU murni, terutama tugas yang bergantung pada komputasi seperti kompresi file dan ekspor foto, Tensor G3 cenderung mampu menutup jarak, bahkan sesekali bisa unggul tipis.

Untuk urusan sesi bermain game yang panjang, performa Tensor G3 terasa "cukup", meskipun jelas bukan yang paling kencang di kelasnya. Desain chipset ini memang lebih menekankan pada stabilitas dan integrasi fitur kamera. Konsekuensinya, performa grafis berkelanjutannya tidak seekstrim chipset lain yang benar-benar berorientasi pada performa kencang.

Sebaliknya, pengalaman fotografi komputasional dan ketersediaan fitur AI sehari-hari justru menjadi daya tarik utamanya. Adapun contoh ponsel yang menggunakan Tensor G3 adalah Google Pixel 8, Google Pixel 8 Pro, dan Google Pixel 8a.

4. Exynos 2200

Exynos 2200

Exynos 2200 merupakan chipset lain yang performanya berdekatan dengan Kirin 8020, dan ia dibuat pada proses 4 nm Samsung Foundry. Karakternya terasa cepat di awal, lalu cenderung turun saat suhu naik, jadi pengalaman terbaik muncul pada penggunaan wajar, atau ketika ponsel mendapat pendinginan yang baik.

Skor AnTuTu v10 Exynos 2200 mencatat angka di 1.137.188. Jika dibandingkan dengan Kirin 8020 yang sudah dibahas di awal, skor total ini biasanya sedikit di bawah, sehingga respons antarmuka tetap gesit, hanya saja tidak seagresif pesaing terdekatnya.

Pada pengujian Geekbench 6, Exynos 2200 mencatatkan skor 1.582 untuk single-core dan 3.669 untuk multi-core.

Hasil skor Geekbench 6-nya, baik single maupun multi, lebih tinggi daripada Kirin 8020. Implikasinya, pekerjaan yang bertumpu pada komputasi CPU akan terasa lebih cepat dan ajek pada Exynos 2200, khususnya pada beban yang tidak terlalu panjang.

Untuk bermain game, Exynos 2200 sanggup mengangkat judul populer pada setelan sedang hingga tinggi, meskipun sesi panjang dapat memunculkan penurunan frame rate karena panas. Memilih setelan grafis yang lebih konservatif, atau mode performa yang seimbang, biasanya memberi pengalaman yang lebih stabil.

5. Kirin 9020

Huawei Pura 80 Ultra

Kirin 9020 adalah “kakak” langsung dari Kirin 8020, masih satu keluarga desain, namun disetel lebih agresif agar dorongan performanya terasa lebih besar saat dibutuhkan. Chipset ini tetap berada di proses 7 nm SMIC, yang membuat efisiensinya familiar, sementara tuning frekuensinya, dibanding 8020, dibuat lebih tinggi.

Dari sisi CPU, Kirin 9020 menggunakan susunan 2+6+4, jadi inti performanya lebih banyak, serta plafon clock lebih tinggi, sedangkan Kirin 8020 memakai 1+3+4 yang lebih konservatif.

Arsitekturnya masih berbasis ARM, sehingga pengalaman harian keduanya mirip, hanya saja 9020 punya ruang lebih lega ketika aplikasi mendorong banyak thread sekaligus. Di sisi GPU, keduanya sama-sama mengandalkan keluarga Maleoon, namun 9020 berjalan pada setelan yang lebih kencang.

Untuk angka sintetis, Kirin 9020 mencatat AnTuTu v10 1.248.520. Pada Geekbench 6, hasilnya 1.298 untuk single-core dan 4.586 untuk multi-core. Dibandingkan 8020 yang sudah dibahas di awal, lonjakan di beban multi-core terasa lebih jelas, jadi tugas seperti kompresi, ekspor foto, render ringan, serta multitugas padat, umumnya, selesai lebih cepat.

Secara praktis, Kirin 9020 cocok untuk pengguna yang sering menekan CPU dalam durasi menengah, karena responsnya tetap lincah, sementara Kirin 8020, yang lebih adem dan hemat pada setelan ringan, sudah sangat memadai untuk keseharian. 

Kirin 9020 digunakan di ponsel Huawei kelas atas, sebut saja Huawei Mate 70 (Pro, Pro Plus, dan versi standar), seri Huawei Pura 80 (Pro, Pro Plus, dan Ultra), serta Huawei Mate XTs. 

Ini menandakan Huawei nova 14 Pro yang memakai Kirin 8020 bisa dibilang mendekati performa ponsel kelas atas Huawei. Meski tentu tidak sekencang kakaknya. 

6. Snapdragon 7 Gen 4

realme 15 Pro 5G

Snapdragon 7 Gen 4 adalah chipset kelas menengah atas yang dibuat pada proses 4 nm TSMC, jadi fokusnya ada pada keseimbangan performa dan efisiensi.

Susunan CPU-nya 1+4+3 berbasis Cortex-A720/A520, sehingga akselerasi harian terasa cepat, sementara konsumsi daya tetap irit. Dalam pemakaian nyata, posisinya berdekatan dengan Kirin 8020, terutama saat beban kerja banyak thread.

Untuk angka sintetis, AnTuTu v10 mencatat 1.086.379. Pada Geekbench 6, hasilnya 1.204 untuk single-core dan 3.592 untuk multi-core. Dibanding Kirin 8020 yang sudah dibahas di awal, skor total AnTuTu 7 Gen 4 umumnya lebih rendah, single-core juga di bawah, sedangkan multi-core sedikit lebih tinggi. 

Praktiknya, antarmuka tetap lincah, aplikasi berat yang memanfaatkan banyak inti bisa terasa cepat, dan efisiensi tetap terjaga berkat proses 4 nm.

Untuk sesi gim, Snapdragon 7 Gen 4 mampu mengangkat judul populer pada setelan menengah hingga tingg. Lalu berkat proses 4 nm, kestabilan frame rate lebih mudah dijaga ketika suhu lingkungan wajar. Pengguna yang sering multitugas, misalnya merekam video sambil chatting dan membuka peta, akan merasakan manuver yang mulus.

Chipset yang dibahas pada artikel kali ini merupakan pesaing sekelas Kirin 8020, cocok untuk ponsel kelas menengah atas dengan cita rasa flagship. Masing-masing punya keunggulan tersendiri dan poin paling menarik dari pembahasan ini adalah Kirin 8020 bisa dikatakan punya performa yang mirip dengan ponsel flagship beberapa tahun ke belakang. 

Kategori:

cross