Kelebihan & Kekurangan HP itel, Brand HP Murah Meriah
itel resmi masuk ke Indonesia pada 2020 melalui dua produk smartphone di kelas terjangkau, yaitu itel Vision 1 dan itel Vision 1 Plus. Punya nama yang agak unik dan terdengar asing, sebenarnya itel masih satu rumpun dengan Infinix dan Tecno, loh, berada di bawah naungan Transsion Holdings.
Dan seperti kedua brand lain tersebut, perusahaan asal Tiongkok ini juga berusaha hadirkan produk berkualitas dengan harga yang sama sekali tidak mencekik. Smartphone keluaran itel juga punya spesifikasi yang mumpuni di kelas entry-level. Bisa dibilang, produk itel punya value for money yang begitu tinggi
Hal ini jelas menjadikan itel sebuah komoditas laku keras di pasaran, terlebih untuk konsumen Indonesia yang selalu suka barang terjangkau tapi tetap berkualitas. Meski begitu, karena harganya yang begitu ramah di kantong, tentu kita tidak dapat mengekspektasikan benda yang sempurna, bukan? Maka dari itu, simak artikel kelebihan dan kekurangan itel berikut ini.
Kelebihan itel
Secara umum, itel punya segudang kelebihan yang membuatnya unik di kelas harga Rp1 jutaan. Bahkan rasanya tidak berlebihan menganggapnya sebagai rajanya entry-level. Lantas apa saja hal-hal yang bikin itel begitu menarik? Berikut ini poin-poin kelebihannya.
1. Harga Terjangkau dengan Spek Unggul, Tawarkan HP 5G di Harga Rp1 Jutaan
itel sempat menuliskan slogan bertuliskan "HP Sejuta? Itel pilihannya" pada materi pemasarannya. Secara segmen, mereka umumnya mengincar target harga yang sama dengan Infinix Smart dan Hot series. Harganya begitu murah untuk seukuran smartphone Android yakni sekitar Rp1 jutaan hingga Rp1,5 jutaan.
Tapi, harga murah tidak lantas membuatnya murahan. Nyatanya di dalam sejumlah ponselnya sudah membawakan spesifikasi yang tergolong gahar, seperti penggunaan SoC Unisoc Tiger T606 pada itel Vision 3 Plus dan itel S23. Chipset tersebut bawakan ARM Cortex A75 yang membuat ponsel siap menjalankan tugas berat, misalnya bermain gim.
Tidak jarang ponsel-ponselnya di harga lebih murah turut dikemas spesifikasi menggiurkan, seperti itel P40 yang punya baterai jumbo 6.000 mAh atau itel Vision 3 Plus yang hadirkan layar 6,8 inci. Padahal kedua HP ini punya harga di bawah Rp1,3 jutaan,
Malah ada produk itel yang dibanderol di bawah Rp1 juta. Namanya adalah itel A06s. HP ini menawarkan RAM 4 GB dan storage 64 GB. Sesuatu yang jarang ditemukan dari HP buatan luar di kelas harga Rp900 ribuan. loh. Jadi, itel sungguh memastikan pengguna mendapatkan penawaran paling worth it.
Bukan itu saja, itel P55 5G juga turut dirilis pada tahun 2023 sebagai salah satu HP 5G di harga Rp1 jutaan di Indonesia. Ponsel ini dibekali dengan cip Dimensity 6080 yang biasanya dipakai oleh HP seharga Rp3 jutaan.
Satu lagi ponsel 5G murah juga berasal dari itel, yakni itel RS4 yang juga dijual di harga di bawah Rp2 juta.
2. Konfigurasi Memori Lega
Terlepas dari harganya yang begitu terjangkau, nyatanya itel sering hadirkan RAM dan storage sangat lega di kelasnya. Lihat saja itel S23 yang sudah dirilis pada tahun 2023. Meski harganya berada di bawah Rp1,5 juta, nyatanya HP ini sudah punya RAM 8 GB dan penyimpanan 128 GB.
Padahal kalau di brand lain kebanyakan, RAM 8 GB baru bisa didapatkan pada ponsel seharga Rp2 jutaan atau Rp3 jutaan lebih. Ini membuatnya salah satu yang paling cocok untuk pemula, agar dapat melakukan aktivitas harian dengan lebih lancar tanpa bikin kantong kering.
Yang menariknya lagi, HP tersebut hadir juga dengan tambahan slot memori eksternal khusus. Contoh lainnya adalah itel P40 yang meski harganya cuman Rp1,1 jutaan, tapi sudah pakai RAM 4 GB dan penyimpanan 64 GB. Kalau brand lain umumnya hanya tawarkan storage 32 GB atau bahkan 16 GB di harga tersebut.
Perlu dicatat, bahwa HP itel pada umumnya masih jarang yang se-worth it itel S23. Tapi, yang pasti, ini adalah permulaan bagus untuk itel agar tidak dipandang sebelah mata. Ke depannya, itel bisa jadi akan menghadirkan produk-produk serupa yang tawarkan RAM besar di harga murah.
3. Fitur-Fitur Ekstra Cukup Melimpah
HP itel cenderung hadirkan fitur ekstra yang cukup banyak. Misalnya saja, itel tetap hadirkan sensor pemindai sidik jari (fingerprint scanner) terlepas dari seberapa murah HP tersebut. Exhibit A: ada itel A27 yang punya harga sekitar Rp500 ribuan tapi sudah pakai sensor sidik jari di punggung.
HP juga itel rata-rata menghadirkan slot memori eksternal (baik yang terpisah maupun shared) hingga 3.5 mm jack audio port. Dua fitur ini cukup penting agar pengguna tidak perlu gunakan TWS yang bisa menguras baterai HP, juga supaya file multimedia bisa disimpan di tempat khusus. Ini agar penyimpanan internal sepenuhnya hanya terpakai untuk gim dan aplikasi.
Di luar itu, memang perlu diakui kalau ponsel-ponsel itel cenderung tidak menggunakan sensor penting seperti sensor cahaya dan kompas. Dua sensor itu saja sering absen, apalagi gyro yang fungsinya untuk meningkatkan kapabilitas aiming di gim shooter.
Tapi, kalau melihat dari harganya, memang para rivalnya juga tidak menawarkan sensor-sensor tersebut. Dalam arti lain, ini masih jadi kekurangan yang layak ditoleransi.
4. Desain Condong Modern dan Unik
Sekali melihat itel S23, kemungkinan orang awam tidak akan menyadari kalau HP tersebut adalah ponsel Rp1 jutaan. Ya bagaimana tidak? Bodi belakangnya begitu terlihat modern, unik, dan mewah. Nyaris tidak terlihat sedikit pun tanda-tanda HP murahan. Bahkan HP tersebut bisa berubah warna di bawah sinar matahari.
Modul kameranya dibuat berbentuk lingkaran, sekaligus dikelilingi oleh aksen visual berbentuk bidang persegi panjang rounded corner dengan efek reflektif pada logam. Begitu pun dengan itel P40 yang punya desain bertekstur garis diagonal untuk meningkatkan pengalaman genggaman, serta konsep modul kamera yang berbentuk bilah memanjang (mirip POCO M5).
Pada itel P40, sensor sidik jari di belakangnya pun berusaha "disembunyikan" agar terlihat makin rapi tanpa harus tampak mencolok. Ini membuktikan kalau itel merupakan brand yang condong memerhatikan unsur estetika desain.
Lalu pada itel S23+, pengguna bisa merasakan teknologi layar melengkung AMOLED di ponsel seharga Rp2 jutaan. Desain demikian masih cukup langka untuk kelas harga entri dan menengah ke bawah.
5. Kotak Penjualan Biasanya Lengkap
Kalau memerhatikan isi kotak penjualan itel S23, akan terkuak jika brand itel menyediakan semua aksesoris yang dibutuhkan. Salah satunya yang paling penting tentu saja kepala charging beserta kabelnya. Lalu, mengapa fakta ini layak diapresiasi?
Ini dikarenakan sejumlah brand lain (seperti Apple, Samsung, dan Xiaomi) sempat atau masih memberlakukan penghilangan charger dari kotak penjualannya. Alasannya cukup beragam, yang paling sering terdengar adalah untuk mengurangi jejak emisi karbon.
Dengan tidak menyediakan charger, ukuran boks penjualan bisa diperkecil. Artinya, saat didistribusikan, jumlah produk yang bisa muat dalam satu kontainer jadi lebih banyak. Alhasil moda transportasi pun bisa mengirimkan lebih banyak unit dari satu kali trip, jadi lebih hemat bahan bakar.
Alasan lainnya, sejumlah brand menganggap kalau pengguna sudah memiliki charger dari smartphone pendahulunya, sehingga bisa menggunakan yang lama alih-alih mesti beli baru. Itu sebabnya hadirnya charger di boks itel S23 layak diapresiasi. Pembeli pun tidak perlu keluar kocek lebih banyak untuk beli charger terpisah. Terlebih lagi saat charger lama sudah usang, rusak, atau hilang.
Selain charger, aksesoris lain yang turut hadir pada boks itel S23 adalah earphone kabel. Ini terbilang aksesoris yang juga jarang disertakan. Tersedia pula casing bening untuk melindungi ponsel dari benturan tak sengaja. Jadi kalau cari HP dengan paket penjualan lengkap, itel bisa dijagokan.
Kekurangan itel
Tak kenal maka tak sayang, sebaiknya Anda ketahui juga kekurangan itel supaya lebih informed saat memilih. Akankah kekuranga-kekurangan di bawah ini menjadi deal-breaker bagi Anda?
1. Penamaan yang Agak Rancu
Pertama-tama, harap diketahui bahwa pembacaan nama brand itel adalah 'aitel' dan bukan 'itel'. Ini perlu ditekankan untuk menghindari kesalahpahaman saat sedang membahas smartphone di dunia nyata.
Pasalnya, di bahasa Jawa, itel memiliki arti yang cukup vulgar dan bisa membuat orang salah paham, ditambah lagi kalau penyebutannya adalah 'itel'. Sekalipun hadir dengan spesifikasi membanggakan, rasanya orang awam akan condong skip merk ini. Apalagi nama itel belum memberikan vibe yang bergengsi.
Sisi baiknya, itel berhasil menyita banyak perhatian karena namanya yang unik. Bayangkan saja, di saat merk lain punya nama "Samsung", "Infinix", "realme", tiba-tiba ada satu nama brand bertuliskan "itel". Jadi kalau secara brand awareness, nama ini akan lebih mudah diingat orang karena "keunikannya".
2. Masih Perlu Banyak Pembuktian
Kekurangan ini masih berhubungan dengan poin sebelumnya. Meski orang condong lebih mudah ingat dengan brand itel karena namanya yang unik dan kontroversial, tapi ini tidak semerta-merta mendorong audience untuk membeli HP ini.
Pasalnya, merk itel sendiri terbilang masih baru di pasar Indonesia. Setidaknya jika dibandingkan dengan brand-brand lain yang nama dan reputasinya lebih established, itel rasanya kalah saing. Sebagai informasi, HP itel pertama yang masuk ke Indonesia adalah itel Vision 1 dan itel Vision 1 Plus di tahun 2020.
Ditambah lagi, orang awam cenderung menilai dari luaran smartphone saja, termasuk namanya. Hanya segelintir orang yang tahu kalau itel masih satu keluarga dengan Infinix dan Tecno, berada di bawah naungan Transsion Holdings.
Untuk gadget enthusiast, ada kemungkinan memiliki pikiran yang lebih terbuka terhadap brand ini dan masih mau mencoba produknya. Namun di sisi lain, tampaknya itel punya PR besar untuk mengubah persepsi massa terhadap brand yang satu ini.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk hal tersebut mencakup pemasaran besar-besaran, kolaborasi dengan brand populer yang berkaitan, atau mungkin rebranding dengan nama yang baru. itel juga masih perlu membuktikan bahwa produknya memang mampu bertahan dalam waktu lama alias tidak mudah rusak.
3. Kualitas Kamera Belum Cukup Mumpuni
Baterai sudah oke, layar juga cukup layak. Anda pun bisa merasakan performa yang relatif kencang untuk seukuran HP entry-level. Tapi sayangnya, semua hal baik tersebut tidak dilengkapi dengan kemampuan kamera yang mumpuni.
Jangan salah sangka dulu, rata-rata kamera HP itel sebenarnya punya kualitas cukup oke untuk sekadar menunjang harian. Tapi, HP ini terlihat jelas memang tidak diperuntukkan pada fotografi lantaran nyaris tidak pernah tawarkan kamera ultrawide.
Dan apabila Anda melihat daftar HP itel terbaru di Carisinyal, pasti akan banyak bertemu kamera pendamping dengan fungsi "AI". Diberi tanda kutip, karena deklarasi fungsi tersebut memang agak misleading. Penerapan AI pada komputasi fotografi smartphone terjadi di dalam ISP chipset. Tidak semestinya diperlukan kamera khusus yang diberi tajuk "AI".
Praktik penambahan kamera "AI" tersebut (juga dengan nama lain seperti QVGA) sering terjadi pada ponsel entry-level. Tujuannya, agar ponsel tampak memiliki banyak kamera walau sebenarnya hanya satu saja yang fungsional. Sisanya hanya pajangan atau dekorasi demi meningkatkan daya jual.
Rata-rata HP itel juga akan memberikan kesan yang buruk saat memotret pada kondisi gelap. Meski itel S23 sudah hadir dengan mode malam, namun kualitas akhir fotonya masih kalah saing dibanding brand-brand lain, terutama vivo dan OPPO.
4. Kejelasan Update Cenderung Minim
Masih sama seperti Infinix dan Tecno, itel juga jadi bagian dari Transsion Holdings yang cenderung tidak pedulikan sisi software. Dari hal antarmukanya sih sebenarnya HP itel masih tergolong intuitif untuk di harganya. Tersedia juga fitur-fitur unik dan berguna untuk meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan.
Tapi sayangnya, pengguna jadi berasa "beli kucing dalam karung" setiap beli HP itel, karena kita tidak tahu kapan atau jika HP yang digunakan bisa mendapatkan versi Android selanjutnya atau tidak. Padahal, update berkala pada software itu sangat penting, loh. Apalagi dari sisi keamanan yang meski terus di-update, karena data di HP bisa jadi terancam.
Bukan itu saja, pengguna juga berpotensi melewatkan fitur-fitur dan desain modern pada versi Android terbaru, yang tentunya jadi "malapetaka" bagi pengguna yang beli HP untuk jangka panjang.
5. Segmentasi Produk yang Terlalu Spesifik
Ketimbang Inifinix dan Tecno yang jadi dua saudaranya, segmentasi itel condong spesifik. Kita bisa melihat Infinix dengan seri Hot, Smart, Note, dan juga Zero untuk berbagai segmen harga. Pada Tecno, kita bisa melihat seri Camon yang dikhususkan untuk kamera, Phantom untuk flagship, dan POVA untuk gaming.
itel memiliki penamaan series yang berbeda-beda juga, seperti Vision, P, A, dan S series. Tapi sejauh pengamatan saya pribadi, seri-seri ini masih berada di segmen harga yang tidak berjauhan. Belum lagi penamaan P40 dan S23 tampaknya mengambil inspirasi dari seri HP flagship Huawei dan Samsung, alih-alih untuk membedakan segmentasi.
Sementara itu, itel tampaknya benar-benar hanya berfokus pada satu area saja yaitu entry-level Rp1 jutaan. Ini sebenarnya bukan kekurangan yang terlalu deal-breaker. Hanya saja, hilang sudah harapan pengguna untuk dapat memainkan Genshin Impact di HP itel karena performanya kalah saing dengan di harga kelas atas.
Ini juga akan berpengaruh pada persepsi masyarakat atas nama itel itu sendiri. Jika portofolio itel hanya berisikan produk-produk murah, maka orang kemungkinan hanya akan mengenal nama itel sebagai penyedia smartphone yang murah-murah saja.
Pada umumnya, keengganan brand dalam memperluas variasi segmentasi produk bisa saja berujung pada ketidakmampuan dalam mengikuti tren dan permintaan pasar di masa mendatang. Dan juga, akan lebih bagus kalau itel turut menyumbang persaingan di kelas-kelas harga lebih tinggi supaya konsumen jadi punya lebih banyak opsi untuk memilih.
Malah bukan tidak mungkin kalau itel hadirkan produk di segmen lebih tinggi akan meningkatkan persaingan harga, memicu brand lain untuk tidak mau kalah menawarkan harga terjangkau dengan spek mumpuni.