Review HP Spectre x360: Laptop 2-in-1 dengan Layar Jempolan
Meja redaksi Carisinyal kedatangan laptop mewah dari HP (Hewlett Packard). Laptop tersebut adalah HP Spectre x360 versi 2023. Dilihat dari namanya, sudah kentara kalau laptop ini bisa ditekuk hingga 360 derajat. Hal tersebut memungkinkan laptop mengusung empat mode yang berbeda, yakni mode laptop biasa, mode stand, mode tablet, serta mode tenda.
HP Spectre x360 ini merupakan laptop HP yang selalu hadir dengan desain premium. Karena itu, meja redaksi Carisinyal cukup senang dengan kehadiran laptop ini. Sebagai informasi, laptop seri ini selalu hadirkan nuansa mewah dengan chassis bodi kokoh berbalutkan tekstur halus di tiap serinya.
HP Spectre x360 dengan nama kode HP Spectre x360 - ef0003TU ini hadir dengan spesifikasi menawan yang sesuai dengan standar Intel EVO.
Intel EVO sendiri adalah sebutan untuk label sertifikasi yang dimiliki laptop dengan spesifikasi tertentu. Agar bisa mengantongi sertifikasi Intel EVO, sebuah laptop harus sanggup terbangun dari kondisi sleep dalam waktu kurang dari satu detik, memiliki bodi tipis dan ringan, berperforma kencang, dan punya ketahanan baterai yang unggul.
HP Spectre x360 selalu menawarkan performa lebih cepat dari generasi sebelumnya. Dan pada generasi sekarang ini, laptop menyuguhkan pengalaman bekerja yang lebih nyaman. Semakin penasaran dengan HP Spectre x360 2023? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Spesifikasi HP Spectre x360 2023
Isi Paket
HP Spectre x360 yang saya terima (sebagai perwakilan redaksi Carisinyal) menghadirkan unit laptop, charger dengan daya 65 W berbobot 198 gram, buku petunjuk, serta kantong tas laptop. Sebenarnya laptop ini mendukung penggunaan stylus, tapi unit yang kami terima tidak menyediakannya dalam paket.
Desain dan Ketersediaan Port
Sebagai laptop portabel, HP Spectre x360 tawarkan bodi yang cukup ringan pada bobot 1,36 kg. Hal ini menjadikannya salah satu laptop paling ringan di dunia. Saya bisa mengangkatnya dengan satu tangan tanpa kendala.
Unit yang saya review memiliki varian warna Nightfall Black Aluminium, hadirkan tampilan yang begitu mewah dan terasa premium. Permukaan bodi memiliki tekstur yang halus ketika bersentuhan dengan tangan. Sungguh terasa berbeda dengan laptop daily driver yang biasa saya pakai, yakni HP 245 G7.
Namun ada satu hal yang saya sadari ketika menggunakan laptop ini. Yakni, bodinya cukup rentan dihinggapi smudge alias noda sidik jari. Hal ini membuat laptop sulit terlihat prima setiap saat dan mengharuskan pengelapan secara berkala agar terlihat bersih.
Laptop ini juga memiliki penempatan port yang tidak biasa. Saya bahkan awalnya merasa kaget saat melihat jumlah port-nya. Di sisi kanan, saya pikir hanya tersedia card slot dengan satu port USB-C.
Rupanya, port USB-C-nya ada dua, satunya lagi terletak di corner ujung laptop. Keduanya dapat digunakan untuk menghubungkan aksesoris atau sebagai charging port. Kedua port ini juga mendukung Thunderbolt 4 dengan kecepatan hingga 40 Gbps. Bisa terhubung ke eGPU atau multi-monitor.
Pada bagian kiri, saya pun mengira hanya ada satu port USB-A saja. Port tersebut mendukung kecepatan hingga 10 Gbps. Rupanya di posisi corner yang bersebelahan dengan corner barusan, ada 3.5 mm port audio jack untuk menghubungkan headset atau speaker eksternal.
Kehadiran port audio tentu jadi hal yang patut diapresiasi. Perlu diingat, bahwa HP Spectre x360 adalah lini laptop di kelas harga high end, di mana para pesaingnya sudah banyak yang tidak menyediakan port audio. Ini lantaran sebuah asumsi kalau pengguna di kelas ini lebih condong ke TWS alih-alih headset kabel.
Tapi, kalau mau sedikit nit-picky, posisi kedua port USB-C di sebelah kanan agak disayangkan. Padahal jika salah satunya terletak di sisi kiri, ini memberikan kebebasan memilih pada pengguna untuk mengecas dari sisi kiri atau kanan.
Dan mengingat mayoritas aksesoris yang saya punya menggunakan USB-A, jumlah port yang hanya satu membuat saya agak kesulitan. Tapi ini memang suatu hal yang mesti dimaklumi untuk seukuran laptop portabel.
Selain mode laptop biasa, engsel bisa ditekuk hingga 360 derajat untuk menjadi tablet. Saat engsel dibentang pada sudut tertentu, Anda juga bisa meletakkan laptop di meja dalam mode tenda.
Orientasi layar akan terus mengikuti arah posisi laptop, bahkan ia dapat digunakan dalam mode portrait juga. Ketika dalam mode tablet, tenda, dan stand, laptop juga akan otomatis memunculkan keyboard virtual ketika kursor berada di dalam text box.
Keyboard dan Touchpad
Sebagai laptop dengan kemampuan portabilitas yang baik, HP Spectre x360 masih menyajikan pengalaman mengetik dan ukuran touchpad yang nyaman. Layout keyboard tersusun dengan rapi tanpa menyia-nyiakan ruang yang ada, membentang dari ujung kiri ke kanan.
Terdapat fitur untuk menyalakan backlight dengan dua tingkatan lampu yang berbeda. Ini berguna jika Anda memutuskan untuk mengetik di kondisi ruangan minim cahaya.
Beberapa perintah seperti Home, Page Down, dan Page Up tidak memiliki tombol terdedikasi. Tampaknya ruang permukaan laptop tidak cukup luas untuk menampungnya.
Saya merasakan pengalaman mengetik yang nyaman. Setiap ketikan tidak membutuhkan daya tekanan yang mendalam untuk menampilkan huruf-huruf di layar. Ini membuat mengetik jadi terasa menyenangkan dan condong terhindar dari typo.
Yang saya cukup sayangkan, tidak ada tombol Ctrl di daerah sebelah kanan. Ini karena ruang untuk tombol tersebut diisi oleh sensor pemindai sidik jari. Yang biasanya saya bisa memanggil perintah new window pakai satu tangan, kini hal tersebut jadi terasa sulit.
Saya juga jadi cukup terhambat setiap mau melakukan screen capture, lantaran tombol PrtScr menjadi satu dengan tombol Shift di sisi kanan. Saya menggunakan software khusus untuk screen capture dengan shortcut Ctrl + PrtScr. Kini, saya jadi harus tekan Ctrl, Fn, dan Shift bersamaan.
Terlepas dari itu, ukuran touchpad ini punya ukuran yang sangat besar, melampaui ekspektasi. Bahkan dibandingkan dengan laptop HP 245 G7 yang punya ruang permukaan lebih luas, touchpad pada HP Spectre x360 tetap yang lebih besar.
Touchpad juga mendukung berbagai macam gesture jari yang saya butuhkan, seperti memindahkan scrollbar, pembesaran (zoom), show desktop, hingga simulasi middle click.
Satu-satunya alasan yang untuk saya menghubungkan mouse adalah ketika bermain gim. Sisalnya, saya sama sekali tidak merasa terkendala saat beraktivitas pakai touchpad, bahkan saat drag and drop. Dan tentu saja sudah mendukung precision touchpad, sesuai dengan syarat Intel EVO.
Layar
HP Spectre x360 2023 memiliki ukuran layar 13,5 inci dengan resolusi yang sangat tinggi, yaitu 3000 x 2000 piksel. Otomatis, layar tersebut juga berada dalam aspek rasio 3:2 yang bisa perlihatkan konten lebih luas dalam sekali tatapan.
Berbeda dengan laptop lain kebanyakan dengan aspek rasio 16:9 atau 16:10 yang mengharuskan pengguna banyak-banyak scroll untuk melihat keseluruhan isi dokumen.
Dengan work area lebih luas, penggunaan spreadsheet jadi lebih menyenangkan karena bisa tampilkan lebih banyak data secara sekaligus. Saya pun diuntungkan saat menulis dengan layar laptop ini, karena bisa mengusung bird eye view untuk melihat isi artikel keseluruhan. Tanpa harus scrolling-scrolling atau zoom out.
Untuk membandingkan satu dokumen dengan dokumen lain juga terasa lebih menyenangkan dan nyaman.
Pengguna pun dapat melakukan pengaturan profil warna melalui software HP Display Control. Ada beberapa mode yang bisa dipilih yaitu default, web (sRGB), printing and imaging (AdobeRGB), photos and videos (DCI-P3), serta native.
Tersedia juga pilihan auto color yang dapat menyesuaikan profil warna berdasarkan aplikasi yang dibuka pada laptop.
Saat digunakan untuk menonton film di Netflix dan video, tampilannya sungguh memukau. Bahkan sekadar melihat tampilan teks dan gambar wallpaper di layar sudah sangat menunjukkan kalau ini bukan layar sembarangan. Karena menggunakan panel OLED, seluruh aspek visual di layar seperti ikon, gambar, dan tulisan begitu terlihat crisp dan tajam.
Saya mengaktifkan mode HDR melalui Settings dan seketika mendapatkan pengalaman menonton yang benar-benar baru. Sebelumnya, tampilan warna di series Netflix yang saya tonton terlihat agak kontras.
Namun setelah aktifkan HDR, seluruh tampilannya jadi tampak selaras. Bayangan dan sumber cahaya seperti lampu dan langit kini tidak lagi menonjol, dan area gelap yang sebelumnya kurang terlihat kini lebih jelas. Berikut beberapa gambar saat menampilkan video berkualitas tinggi.
Tampilan visual laptop ini memang berada di kelasnya, yang memang seharusnya tidak mengecewakan. Dengan resolusi yang tinggi, saya jadi lebih senang menonton Youtube atau menonton video dengan kualitas video 1080 piksel.
Saya pernah tes menonton video 1280 x 720 piksel, malah terasa tidak keluar warnanya. Malah terasa kurang detail. HP Spectre x360 2023 ini rasanya memang lebih pantas untuk memutar video berkualitas tinggi.
Hanya saja, hal yang perlu jadi perhatian para pengguna, rasio layar laptop ini adalah 3:2. Ini membuat kebanyakan video akan menyisakan ruang hitam di bagian atas atau bawah, apalagi jika rasio lebarnya lebih panjang, seperti terlihat pada tampilan gambar video di atas.
Audio dan Fitur-fitur Software Pendukung
Sebelum bahas performa, saya mau highlight dulu soal fitur menarik yang ditawarkan HP Spectre x360. Contohnya adalah audio. Laptop ini dibekali dengan HP HP Quad Speakers, HP Audio Boost, dan penyetelan khusus oleh para ahli di Bang & Olufsen.
Perihal yang satu ini, saya tidak ragu untuk memuji kualitasnya, speakernya ada empat dan punya hentakan suara yang khas dan enak. Dikombinasikan dengan visual yang keren, tentu membuat laptop ini tak hanya sebagai teman kerja tapi juga jadi perangkat multimedia.
Selain fitur audio, HP Spectre x360 hadirkan dukungan software penunjang produktivitas. HP Spectre x360 datang dengan Windows 10 Home dan Microsoft Office Home & Student 2021. Ini paket yang memang seharusnya ada karena di laptop belasan bahkan di bawah 10, sudah ada yang menawarkan kombinasi ini.
Namun, jelas software yang tidak ditawarkan tidak sekadar itu. HP Spectre x360 hadirkan fitur-fitur menarik yang bantu produktivitas. HP menyebutnya sebagai HP Palette. HP Palette ini merupakan fitur yang di dalamnya terdapat aplikasi khas yang menarik. Sebut saja seperti Photo Match, Duet, QuickDrop, dan Concept.
Duet atau Duet Display adalah fitur kolaborasi yang memungkinkan perangkat lain jadi layar kedua. Tentu dengan bantuan kabel USB Type-C. Concept merupakan aplikasi khas untuk membuat gambar, ilustrasi, atau sketsa.
Sementara Photo Match merupakan fitur yang memungkinkan aplikasi membaca foto di files. Nantinya, Photo Match akan mengatur folder dan subfolder sehingga foto jadi lebih tertata. Fungsinya mirip seperti pembaca wajah di Google Photos, yang nantinya mengategorikan foto berdasarkan kemiripan wajah atau kemiripan jenis foto.
Saya tidak sempat mencoba fitur ketiga fitur tersebut. Apalagi Concept karena tidak ada stylus pen. Namun, tanpa stylus sebenarnya masih bisa dicoret-coret.
Saya justru tertarik dengan fitur HP QuickDrop. Fitur ini memungkinkan laptop memindahkan file ke perangkat ponsel atau sebaliknya. Tidak perlu repot daftar. Cukup instal aplikasi HP QuickDrop di Windows Store dan HP QuickDrop di Google PlayStore untuk Android atau App Store untuk iOS.
Nantinya, cukup scan QR code. Setelah scan, laptop dan perangkat ponsel akan terhubung dan bisa berkirim pesan. Untuk mengirim foto atau file kecil, baik dari laptop ke ponsel atau sebaliknya, tergolong cepat.
Saya juga sempat tes untuk mengirim file video berukuran 1,2 GB dari laptop ke HP. Untuk yang satu ini, ternyata membutuhkan waktu kurang lebih 9 menit. Namun ini tergolong cepat pula karena praktis tanpa kabel.
Performa
HP Spectre x360 mengandalkan prosesor Intel Core i7 generasi ke-13 (i7-1355U)dengan kode nama "Raptor Lake". Prosesor ini menggunakan 10 core yang terdiri atas 2 inti performa dan 8 inti hemat daya. Total untaian yang didukungnya mencapai 12 thread, serta mendukung frekuensi turbo hingga 5 GHz.
Pada sisi pengolahan grafis, laptop tidak menyediakan VGA diskrit seperti laptop gaming kebanyakan, melainkan pakai VGA on-broad Intel Iris Xe Graphics. Kendati begitu, laptop ini masih sanggup menjalankan beberapa gim populer dengan nyaman meski pada setting-an grafis tinggi.
Tidak lupa, HP Spectre x360 2023 yang saya terima memiliki RAM LPDDR4x Dual Channel dengan kapasitas 32 GB. Ini merupakan kapasitas RAM terbesar yang pernah saya pegang. Pastinya pengguna pun tak perlu lagi khawatir lemot saat membuka puluhan jendela di saat yang sama.
Sementara pada storage-nya, HP Spectre x360 ini menggunakan SSD NVMe dengan antarmuka PCIe Gen 4 x 4. Kapasitasnya berada di angka 2 TB, lagi-lagi menjadi storage terbesar di antara semua laptop yang pernah saya ulas.
Performa CPU
Untuk menguji kekuatan CPU pada laptop, digunakan sejumlah alat benchmark seperti PC Mark, Cinebench R15, dan Geekbench. Laptop juga diuji dalam kondisi menggunakan baterai dan juga listrik (plugged in).
Performa laptop dapat diuji melalui software bawaan besutan HP, yaitu HP Command Center. Di sini, pengguna dihadapkan dengan sejumlah profil performa, seperti Balanced, Performance, Cool, Quiet, dan Power Saver.
Jika Anda bingung memilih profil yang sesuai, laptop juga menyediakan opsi performa Smart Sense yang dapat menyesuaikan profil secara otomatis berdasarkan software yang dipakai. Mode ini juga akan pertimbangkan faktor lain seperti posisi laptop, kondisi baterai, dan juga suhu perangkat.
Pengujian PC Mark 10 mengungkapkan hal yang cukup unik. Rupanya, mode Performance dan Smart Sense tidak menghasilkan skor yang jauh berbeda. Sementara mode Smart Sense mencetak skor 5.276 poin, mode performance mencapai skor 5.473 poin.
Selama saya pakai laptop ini dalam kondisi Smart Sense, saya pertimbangkan juga perbandingannya dengan Performance untuk kegiatan sehari-hari. Laptop cenderung tidak mudah panas ketika mengusung mode Smart Sense, terutama saat melakukan kegiatan ringan seperti mengetik dan browsing.
Sebaliknya, kegiatan yang sama pada mode performance dirasa lebih cepat panas, yang akhirnya memicu kipas untuk bekerja lebih keras. Ini berujung pada suara yang lebih bising. Dari sini saya bisa simpulkan satu hal: fitur Smart Sense bekerja dengan baik dalam mendeteksi kebutuhan berdasarkan aktivitas yang dilakukan.
Karena ini merupakan laptop portabel, tentu saya pun mengujikan performa benchmark-nya saat tidak tercolok ke listrik. Seperti yang bisa diduga, skornya tidak setinggi saat tercolok ke laptop.
Kendati terjadi penurunan, skor yang didapat masih tergolong tinggi yaitu 3.962 poin pada mode Smart Sense dan 4.319 pada mode performance.
Selanjutnya, Geekbench 5 menampilkan skor 1737 poin untuk single core dan 7379 poin untuk multi-core. Adapun pada Geekbench 6, hasilnya adalah skor 2498 poin untuk single core dan 8799 poin untuk multi-core. Kedua tes dilakukan pada kondisi tercolok ke listrik pada mode performance.
HP Spectre x360 menunjukkan hasil benchmark CPU yang memuaskan pada Cinebench R15, baik pada mode listrik maupun baterai. Hasil data menunjukkan performa yang konsisten dan konstan pada mode listrik, di mana skor terendah yang didapat adalah 1102 poin dan skor tertingginya adalah 1285 poin.
Uniknya, hasil rendering CPU pada mode baterai sepertinya tidak berbeda jauh dibandingkan saat laptop tercolok ke listrik - setidaknya untuk beberapa pengujian pertama. Skor tertinggi yang didapat adalah 1291 poin yakni pada pengujian pertama.
Hasil tetap konstan hingga pengujian ke 7 di angka 1250 poin, sebelum akhirnya mengalami kemerosotan di pengujian 8 dan seterusnya. Ini artinya HP Spectre x360 menyajikan tingkatan performa yang comparable pada saat bepergian, dibandingkan saat tercolok ke listrik, kendati lebih rentan terhadap throttling.
Performa GPU
Sebagai pengingat, laptop ini tidak menggunakan kartu grafis dedicated. Laptop dikemas dengan VGA onboard Intel Iris Xe Graphics yang punya 96 execution unit (EU). Kinerjanya tergolong setara, atau bahkan lebih kencang, ketimbang VGA diskrit laptop di kelas entry-level.
HP Spectre x360 meraih skor yang tinggi pada alat benchmark dan juga sejumlah gim AAA ternama. Sebagai laptop yang ditujukan untuk portabilitas, performa grafisnya benar-benar layak diandalkan.
Pengujian 3DMark di atas dilakukan menggunakan mode performance saat tercolok ke listrik. Hasil pengujian Time Spy menunjukkan angka 1.550 poin dengan skor grafis 1.381 poin dan skor CPU 5.064 poin.
Sebagai informasi, laptop ASUS ZenBook Duo 14 UX482E yang pernah saya review meraih skor 1.711 poin pada kartu grafis diskrit NVIDIA GeForce MX450. Ini artinya kekuatan grafis on-board pada HP Spectre x360 tidak beda jauh dengan kartu grafis terdedikasi.
Kemampuan grafis Intel Iris Xe di laptop ini juga diujikan pada tes benchmark Blender Render, menggunakan file demo mobil BMW. Hasilnya cukup memuaskan, software hanya butuh waktu 6 menit 20 detik untuk menyelesaikan proses rendering gambar.
Pada 15 menit pengujian Grand Theft Auto V, permainan bisa mencapai frame rate rata-rata di angka 57 FPS di pengaturan High 1080p. Frame rate terkecil yang diraihnya sepanjang permainan adalah 27 FPS, dan itu pun hanya pada kondisi lingkungan berat dengan populasi NPC yang padat.
Frame rate turun di bawah 30 FPS hanya beberapa detik saja, sebelum akhirnya melampaui 30 FPS kembali dan menawarkan sisa durasi permainan yang mulus tanpa kendala.
Pengujian gaming selanjutnya adalah Control yang dirilis pada tahun 2019, memiliki permintaan daya grafis yang tergolong tinggi. System requirement yang direkomendasikan untuk gim ini, salah satunya adalah NVIDIA GeForce 1060 atau 1660.
Kendati tidak gunakan VGA tersebut, HP Spectre x360 masih sanggup berikan 56 FPS pada pengaturan Low di resolusi 1080p. Setiap pergerakan karakter terjadi dengan mulus tanpa ada stutter. Sayangnya saat dimainkan pada pengaturan medium atau high, frame rate-nya dirasa kurang begitu mulus untuk berikan pengalaman yang layak.
Tentunya tidak lupa juga laptop ini diujikan dengan Genshin Impact, salah satu gim open world yang cukup populer di kalangan gamer smartphone. Saat pertama kali dimainkan, gim ini berjalan dengan sangat lambat karena berada pada resolusi 3000 x 2000 piksel.
Saya tidak menemukan opsi full screen untuk memainkan gim ini pada resolusi 1080p. Jadi saya memilih opsi windowed yang kemudian saya "paksa" untuk full screen dengan menekan shortcut Alt + Enter. Itu mengapa terdapat frame hitam di atas dan bawahnya.
Preset grafis disetel ke High, dan menunjukkan frame rate yang nyaman di angka 37 FPS. Kendati sempat menurun hingga 25 FPS, itu pun hanya sebentar saja dan cukup jarang terjadi.
Performa SSD
HP Spectre x360 yang kami terima menggunakan SSD NVMe dengan jalur PCIe Gen 4 x4 berkapasitas 2 TB. Informasi soal tipe SSD ini cukup valid jika merujuk data Crystaldiskinfo seperti terlihat pada gambar di atas. Di gambar juga tertera info merek SSD-nya dengan kode WD PC SN810. Berdasarkan penelusuran, kode tersebut mengacu pada merek Western Digital.
Tidak hanya berkapasitas besar, kecepatannya pun tidak perlu diragukan lagi. Berdasarkan pengujian CrystalMark, SSD laptop ini mencapai kecepatan baca sekuensial 6834 MB/s dan kecepatan tulis sekuensial 4960 MB/s. Ini dilakukan pada mode SmartSense.
Selanjutnya adalah hasil pengujian SSD pada mode performance. Kecepatan baca dan tulis sekuensialnya tidak banyak berbeda dibandingkan mode SmartSense yakni sebesar 6839 MB/s dan 5100 MB/s.
Ketahanan Baterai dan Charging
Baterai HP Spectre x360 hadirkan kapasitas tinggi yaitu 66 Whr. Laptop ini bisa bertahan dengan durasi yang cukup lama pada pemakaian sehari-hari, baik saat browsing, mengetik, maupun menonton film.
Saat melakukan streaming video YouTube di resolusi Full HD, laptop dapat bertahan dari pukul 22:45:58 hingga 07:31:09 keesokan harinya. Ini berarti, laptop bertahan selama 8 jam 45 menit 10 detik. Pengujian ini dilakukan dengan brightness dan volume suara di 50 persen, pada mode SmartSense.
Di sisi lain, laptop juga memiliki durasi kecepatan charging yang tergolong tinggi. Charger laptop memiliki port USB-C dengan kabel bertekstur kain, sehingga terasa nyaman di tangan dan mudah dikenali di antara charger perangkat lainnya.
Klaim HP sendiri, laptop ini dapat terisi dari 0 sampai 50 persen dalam waktu 45 menit, yang HP sebut sebagai HP Fast Charging. Pengalaman saya pakai, memang 50 persen pertama cenderung cepat.
Saya hubungkan laptop ke listrik pada pukul 07:49 dari kondisi 4 persen. Dan saat jam menunjukkan angka 10:05, baterai berhasil dicas hingga 99 persen.
Artinya, butuh sekitar 2 jam 16 menit untuk melakukan full charge. Dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk angka 99 persen tadi menjadi 100 persen. Tampaknya ini merupakan mekanisme laptop untuk menjaga kesehatan baterai, yakni dengan memperlambat arus saat baterai akan penuh agar tidak terjadi overcharge.
Webcam dan Sensor Fingerprint
HP Spectre x360 hadir dengan kemampuan webcam yang menakjubkan. Terdapat kemampuan AI yang dapat menjaga pengguna agar selalu berada di tengah untuk tampilkan hasil video yang proporsional. Kemampuan ini bernama auto framing, mirip seperti Center Stage yang dimiliki sejumlah produk Apple.
Fitur auto framing ini sudah aktif secara default, tapi Anda bisa menonaktifkannya pada pengaturan HP Command Center. Hal yang perlu jadi catatan, fitur auto framing ini tidak terlalu responsif. Ketika saya coba pindah atau bergeser, kamera butuh waktu untuk menyesuaikan posisi. Tapi fitur ini patut diapresiasi.
Lantas, bagaimana soal kualitas kamera saat melakukan konferensi video? Untuk yang satu ini, saya sempat menyuruh rekan saya Jihan (di gambar di bawah ini memakai kerudung dan berkacamata) menggunakan HP Spectre x360 untuk konferensi video.
Untuk hasilnya, menurut saya pribadi, kualitas gambar dan videonya jernih dibandingkan dengan rekan saya yang lain.
Jika kurang jernih, sebenarnya pengaturan kamera ini bisa diatur lagi lewat berbagai pengaturan filter. Contohnya pengaturan filter wajah dengan tiga tingkatan. Saat berada di tingkat ketiga, wajah jadi memiliki tone warna yang lebih cerah dan complexion yang lebih mulus.
Terdapat juga fitur backlight adjustment yang dapat menyelaraskan pencahayaan subjek dengan lingkungan sekitar. Saya coba preview video dengan fitur ini, dan hasilnya memang cukup sesuai dengan yang dijanjikan. Sumber cahaya tidak lagi terlihat glaring, namun imbasnya wajah saya jadi terlihat sedikit gelap.
Saat tidak digunakan, pengguna dapat menekan tombol shutter di keyboard. Tepatnya, bersebelahan dengan tombol daya. Ini akan mengunci webcam agar tidak menyala di saat-saat yang tidak diinginkan.
Selanjutnya beralih ke Windows Hello, di mana pengguna ditawarkan dua cara praktis untuk melakukan log in. Yang pertama adalah pengenalan wajah dan kedua adalah sensor sidik jari.
Sedikit catatan untuk sensor sidik jari, entah mengapa HP meletakkannya di keyboard ketimbang pada touchpad. Padahal, touchpad memiliki ukuran yang sangat besar dan sebenarnya bisa saja jika menampung sensor tanpa ganggu kenyamanan. Kehadiran sensor di keyboard buat saya cukup mengganggu karena harus meniadakan tombol Ctrl di sisi kanan.
Seperti pada laptop Windows 11 umumnya, pengguna diharuskan mengatur PIN dan password terlebih dahulu sebelum memasukkan data biometriks wajah dan sidik jari. Keduanya bisa di-setup dengan sangat mudah dan cepat.
Namun saat kedua fitur keamanan ini aktif secara bersamaan, saya condong lebih mengandalkan pengenalan wajah. Sebab, kunci selalu otomatis terbuka sebelum saya sempat menyentuhkan jari ke fingerprint scanner.
Simpulan
HP Spectre x360 dirilis dengan harga Rp26.999.000,- di Indonesia. Dengan harga tersebut, laptop menyajikan fitur dan spesifikasi menawan untuk user yang memprioritaskan sisi portabilitas.
Performanya sungguh menawan untuk laptop dengan ukuran bodi mungil. Meski tidak pakai VGA terdedikasi, pengguna dapat rasakan pengalaman grafis yang layak saat bermain gim. Namun tentu saja, laptop jadi kehilangan kesempatan akan fitur DLSS dan ray tracing.
Yang paling saya sukai pada laptop ini adalah ia tetap punya performa kencang pada mode baterai. Tentu terjadi penurunan performa ketimbang mode listrik, tapi ini tidak begitu terasa. Terutama jika hanya berkutat ke aktivitas ringan.
(+) Kelebihan
- Performa dapat diandalkan untuk aktivitas ringan dan juga gaming ringan
- Mode lipat yang menyenangkan
- Layar dengan aspek rasio 3:2, tampilan work area jadi lebih luas secara vertikal
- Fitur keamanan yang unggul, seperti shutter webcam, pengenalan wajah, dan sensor sidik jari
- Ketahanan baterai dapat diandalkan
- Pengalaman mengetik menyenangkan, dengan keyboard yang responsif dan touchpad ekstra besar
- Bodi ringan dan ringkas, enak dibawa bepergian
- Fitur auto framing pada webcam yang nice to have
(-) Hal-hal yang mesti diperhatikan
- Fitur fingerprint scanner terletak di keyboard, menggantikan tombol Ctrl di sisi kanan
- Port USB-A hanya ada satu, tidak ada RJ45 atau HDMI
- Meski kemampuan grafisnya tinggi, tetap tidak seunggul laptop gaming dengan VGA NVIDIA RTX 4000 series
- Harganya terlampau pricey
- Bodi laptop mudah dihinggapi noda sidik jari