carisinyal web banner retina

Mengorek Kelebihan dan Kekurangan POCO F3 di Berbagai Sisi

Ditulis oleh Ahmad Tsalis

Generasi ketiga POCO F Series akhirnya nongol juga di Indonesia. Ya, POCO F3 telah diperkenalkan oleh Xiaomi Indonesia secara resmi pada 20 April 2021. Ponsel seharga Rp5 jutaan ini menyapa publik bersama POCO X3 Pro.

Sebagai suksesor POCO F2 Pro, POCO F3 tetap mengusung jargon yang sama, yakni flagship killer. Kenapa begitu? Soalnya, hingga artikel ini ditulis, Anda tidak akan menemukan smartphone 5 jutaan lain dengan chipset premium Snapdragon 870.

Snapdragon 870 hanyalah satu alasan mengapa POCO F3 ini sangat menarik. Ada banyak hal-hal menarik lain tentang si ponsel yang akan segera Carisinyal suguhkan pada Anda dalam artikel ini. Selain itu, kami juga menyertakan poin-poin kekurangan yang tidak kalah penting untuk Anda cermati.

Maka dari itu, simak artikel kelebihan dan kekurangan POCO F3 ini sampai habis. Jika Anda belum tahu betul mengenai si smartphone, Anda dapat membaca spesifikasi kuncinya sebagai berikut.

Spesifikasi POCO F3

POCO F3
Layar AMOLED 6.67 inci
Chipset Qualcomm Snapdragon 870
RAM 6 GB, 8 GB
Memori Internal 128 GB, 256 GB
Kamera 48 MP (wide) 8 MP (ultrawide) 5 MP (macro)
Baterai Li-Po 4520 mAh
Kelebihan & Kekurangan Baca di sini
Cek Harga Saat Ini Shopee Lazada Blibli

Kelebihan POCO F3

Sebuah produk bisa mencuri atensi publik tak lain karena kelebihan yang dimiliki. Beberapa poin di bawah ini akan menjelaskan apa saja kelebihan yang dipunyai oleh POCO F3. Simak satu per satu, ya!

1. Desain Keren, Tahan Debu dan Percikan Air

POCO F3 melanjutkan jejak POCO F2 Pro sebagai ponsel POCO yang tidak mengabaikan sisi estetika. Anda memang tidak akan kembali menemukan layar penuh dan kamera depan pop-up (sebagaimana F2 Pro) di ponsel ini. Akan tetapi, POCO F3 punya desain yang tidak kalah cantik.

Mari kita gali seberapa cantik POCO F3 dilihat dari berbagai sisi. Pertama, dari sisi depan. Di situ Anda bakal menyadari bahwa seluruh bezel yang mengitari layar punch-hole ponsel ini cukup tipis. Adanya lingkaran kecil (di tengah atas) sebagai tempat kamera depan mungkin akan mengganggu buat sebagian orang.

Namun, POCO telah mencoba meminimalkan gangguan itu dengan memperkecil ukuran diameter kamera depan menjadi 2,76 mm saja. POCO mengklaim, ini adalah salah satu kamera depan dengan diameter terkecil di dunia. Bagian depan ponsel berbobot 196 gram ini juga kuat lantaran diproteksi kaca Corning Gorilla Glass 5.

Beralih ke bagian samping, frame (rangka) melengkung yang menyatukan bagian depan dan belakang ponsel memang masih bermaterialkan plastik. Meski begitu, ukurannya sangat tipis. Hal ini berkontribusi pada ketebalan bodi POCO F3 yang cuma 7,8 mm.

Frame ini pun memberikan pengalaman yang prima dan menyenangkan ketika tangan mencengkeram ponsel. Begitu seperti yang dirasakan oleh tim GSM Arena. Pada bagian frame ini, Anda akan menemukan tombol volume dan power - yang menyatu dengan sensor sidik jari - di sisi kanan.

Kemudian, di sisi bawah ada grill speaker, port USB C, slot dua nano-SIM, dan lubang mikrofon. Di sisi atas, Anda bakal menemukan IR Blaster dan earpice yang menyatu dengan speaker kedua.

Nah, sorotan utama dari desain cantik POCO F3 sebetulnya ada sisi belakang. Kesan elegan nan simpel akan terpampang berkat pemilihan material kaca Gorilla Glass 5 tanpa aksen neko-neko. Terutama untuk varian warna Night Black yang punya efek reflektif layaknya keramik.

Sementara itu, varian warna Deep Ocean Blue tampak lebih trendi dengan kontur garis-garis dan kontras warna, diliputi logo ikonis POCO. Adapun modul kamera belakang ponsel ini sekilas mirip Xiaomi Mi 11 dan Redmi Note 10 Pro.

Bedanya, penataan lensa di POCO F3 lebih rapi dan tidak mencolok. Dua lensa berukuran besar diletakkan di atas dan bawah untuk mengapit dua lingkaran lensa kecil di tengah. Sedangkan lampu flash ditaruh di sisi luar modul.

POCO juga tidak ketinggalan menjamin ponsel ini tahan debu dan percikan air. Soalnya, POCO F3 punya sertifikasi IP53. Angka 5 berarti ponsel ini tetap bisa kemasukan sedikit debu, tetapi tidak memengaruhi kinerja. Sedangkan angka 3 bermakna bahwa ponsel yang punya NFC ini tahan percikan air pada satu sisi.

2. Tampilan Sip

Anda tentu menyadari bahwa seluruh interaksi manusia dengan smartphone dilakukan lewat sektor tampilan: layar. Pasalnya, layar-lah yang akan membaca berbagai macam perintah dari jemari tangan kita. Layar pula yang akan menerjemahkan perintah tersebut menjadi sebuah visualisasi tertentu.

Dua tugas itu, membaca perintah dan menciptakan visualisasi, sepertinya bisa dilakukan dengan baik oleh layar POCO F3. Sebab, di atas kertas, spesifikasi dan teknologi yang diusung terbilang mumpuni.

Pembahasan kita awali dulu dari kenapa layar Full HD+ 6,67 inci di ponsel ini bisa membaca perintah dengan baik. Salah satu alasan kuat yang mendasarinya adalah karena touch sampling rate-nya telah mencapai 360 Hz, melampaui standar ponsel gaming yang hanya 240 Hz.

Angka 360 Hz ini artinya ada 360 titik sentuhan yang bisa diproses dalam satu detik. Ponsel pun hanya butuh waktu sekitar 2,7 milidetik untuk menerjemahkan satu titik sentuhan. Imbasnya, layar jadi responsif dan gerakan yang dihasilkan akurat.

Lanjut ke soal beberapa alasan mengapa layar POCO F3 mampu menciptakan visualisasi yang baik. Pertama, layarnya memakai panel AMOLED dari Samsung yang dibikin dari material baru E4. Konon, E4 bisa memancarkan warna dengan akurasi yang lebih baik serta hemat daya.

POCO mengklaim warna yang bisa ditampilkan oleh layar POCO F3 bisa 100 persen tembus ruang warna DCI-P3. Untuk diketahui, DCI-P3 adalah standar kedalaman warna yang dipakai Netflix, YouTube, dan bioskop modern.

Selain itu, layar POCO F3 juga disebut punya rasio kontras 5.000.000:1 sehingga untuk bisa mengungkapkan satu warna, misalnya hitam, layar ponsel ini punya 5 juta jenis hitam. Tak cukup di situ, teknologi HDR10+ juga hadir guna meningkatkan kecerahan dan kontras saat menyetel video bertaraf HDR.

GSM Arena pun mengakui bahwa reproduksi warna dari layar POCO F3 cukup bagus. Sebab, ia bisa melakukan kalibrasi warna dengan baik, untuk menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan sekitar. Kecuali ketika temperatur warna disetel jadi "Saturated" alias lebih ngejreng, warnanya tidak lagi akurat sesuai standar DCI-P3.

Masalah warna cukup, kita lanjutkan ke soal kecerahan. Berdasarkan tes yang dilakukan GSM Arena, layar POCO F3 bisa memancarkan kecerahan maksimal 716 nit. Angka 716 nit bisa dicapai saat mereka memilih setelan auto.

Level kecerahan tersebut tergolong cukup bagus dan memungkinkan pengguna untuk menikmati sajian di layarnya kendati berada di luar ruangan. Adapun kecerahan puncak 1300 nit yang dijanjikan oleh POCO bisa dicapai ketika seseorang tengah menonton video HDR.

Hal yang paling penting adalah layar POCO F3 sudah mendukung laju penyegaran tinggi 120 Hz. Dukungan laju penyegaran tinggi ini membuat animasi yang muncul bisa berjalan sangat mulus. Selain itu, Anda jadi bisa memainkan gim yang punya setelan grafik 120 fps.

Di sisi lain, Anda tidak perlu khawatir jikalau refresh rate 120 Hz membuat baterai jadi boros. Sebab, menurut pengalaman GSM Arena, POCO F3 bisa otomatis melakukan penyesuaian berdasarkan konten apa yang sedang ditampilkan sehingga laju penyegarannya tidak stagnan di 120 Hz, tapi bisa turun sendiri ke 90, 60, dan 30 Hz.

Anda pun dapat mengunci laju penyegaran di 60 Hz dengan mengakses menu pengaturan. Selain refresh rate 120 Hz, ada lagi teknologi yang memungkinkan visualisasi gambar makin mulus.

Teknologi itu adalah MEMC (Motion Estimation, Motion Compensation). MEMC sangat berguna untuk mempermulus gerakan dalam video, khususnya slow motion, yang punya frame rate rendah. Terakhir, Anda bisa menonton film Netflix beresolusi tinggi karena layar POCO F3 sudah mendukung Widevine L1.

3. Performa Mantap

Qualcomm sepertinya sadar bahwa tidak semua produsen bisa menciptakan desain sistem pendinginan yang hebat untuk Snapdragon 888. Pasalnya, potensi maksimal Snapdragon 888 tidak akan tercapai jika sebuah ponsel tak punya rancang bangun sistem pendinginan yang hebat.

Alhasil, alternatif lain dari Snapdragon 888 pun muncul, yakni Snapdragon 870. Chipset delapan inti tersebut diklaim lebih 'jinak' karena core kencangnya memakai arsitektur Cortex A77. Jinak dalam hal ini adalah tidak mudah panas seperti core kencang milik Snapdragon 888 yang berbasis Cortex X1.

Snapdragon 870 sejatinya adalah SoC flagship tahun 2020, Snapdragon 865+, yang sedikit ditingkatkan kecepatannya. Peningkatan kecepatan chipset dengan fabrikasi 7 nm ini terjadi pada core kencangnya (Kryo 585 prime), dari yang semula 3,1 GHz menjadi 3,2 GHz. Karena itu, secara teori Snapdragon 870 sedikit lebih kencang ketimbang 865+.

Lantas, bagaimana jika Snapdragon 870 dipasang di dalam motherboard POCO F3? Pengujian dengan aplikasi Antutu 8 yang dilakukan oleh GSM Arena mungkin bisa memberi sedikit gambaran.

Skor Antutu 8 yang diraih adalah 631.850. POCO F3 pun mengungguli seluruh smartphone kelas menengah atas. Sang kakak, POCO F2 Pro (Snapdragon 865) turut disalip. Sayangnya, hingga artikel ini ditulis, hanya Antutu 8 satu-satunya aplikasi benchmark sintetis yang bisa digunakan.

Aplikasi pengujian kemampuan prosesor dan grafik belum bisa mengenali ROM MIUI 12 yang dipakai POCO F3. Meski begitu, GSM Arena mengaku tidak menemui kendala berarti ketika rutin memakai si ponsel.

Tidak ada lag, patah-patah, dan problem pada layar. Semua gim yang dimainkan juga berjalan mulus. Sementara itu, H Ranpura dari Android Headlines mengaku bahwa memakai POCO F3 rasanya 11-12 dengan Samsung Galaxy S20 FE.

H Ranpura yakin gim-gim seperti Genshin Impact, PUBG Mobile, dan Call of Duty Mobile bisa dimainkan pada setelan grafik tertinggi. Meskipun begitu, ia tidak mengetesnya secara langsung.

Keyakinan H Ranpura itu dijawab oleh Chris Barraclough dalam kanal YouTube-nya, Tech Spurt. Selama menguji POCO F3 untuk memainkan Genshin Impact, Barraclough menemui pengalaman yang mengasyikkan. Sebab, gim mampu berjalan lancar pada setelan grafik tertinggi. Gambar yang dihasilkan pun selalu di atas 50 fps.

Uji main Genshin Impact pada POCO F3 (sumber: Tech Spurt - https://youtu.be/UQg2StMgR-U)

Barraclough pun berkesimpulan bahwa GPU Adreno 650 yang ada di dalam chipset Snapdragon 870 memang powerfull. Namun, Adreno 650 tidak bekerja sendirian, ia juga dibantu dengan kegegasan RAM LPDDR5 dan memori internal UFS 3.1 dalam menjamin pengalaman gaming terbaik.

Di sisi lain, Snapdragon 870 memang tidak gampang panas seperti Snapdragon 888. Namun, POCO juga menyertakan LiquidCool Technology 1.0 Plus demi menjaga kestabilan performa dan menjamin kenyamanan pengguna ketika main gim.

Teknologi ini bekerja dengan mekanisme mengalirkan panas dari chipset menuju vapor chamber. Panas kemudian diubah menjadi fluida dan dialirkan ke lembaran grafit yang ada di balik layar dan belakang kover. Lembaran grafit lantas meratakan panas ke seluruh sisi.

Di samping itu, ada pula aplikasi game booster yang sama-sama berfungsi untuk menjamin kenyamanan pengguna. Salah satu tugas aplikasi ini adalah memblokir notifikasi apa pun, termasuk telepon yang masuk, ketika penggunanya sedang bermain gim.

4. Kemampuan Kamera Lumayan

Anda bisa jadi akan salah sangka setelah melihat modul kamera belakang POCO F3. Ya, jika dilihat sekilas memang ada empat lingkaran lensa. Hanya saja, salah satu lensa kecil yang ada di tengah bukanlah kamera, melainkan mikorofon.

Menurut Ben Sin dari XDA Developers, mikrofon ini berfungsi sebagai audiozoom alias penjernih kualitas suara ketika seseorang merekam video dengan perbesaran tertentu. Sehingga, sejatinya di sektor belakang ini POCO F3 cuma memiliki tiga kamera.

Tiga kamera itu terdiri atas kamera utama 48 MP, kamera ultrawide 8 MP, dan kamera makro 5 MP. Kamera utama POCO F3 ditenagai oleh sensor Sony IMX 582 yang punya ukuran 1/2 inci dan bisa menghasilkan piksel sebesar 0.8µm. Bukaan kamera ini adalah f/1.8.

Sedangkan kamera ultrawide-nya punya focal length 15 mm dan sensor Sony IMX 355 yang berukuran 1/4 inci. Kamera fixed focus dengan bukaan f/2.4 ini bisa menjepret foto dalam mode malam seperti kamera utama.

Selanjutnya, ada kamera makro dengan diafragma f/2.2 dan punya sensor Samsung S5K5E8. Sensor ini bisa menghasilkan piksel berukuran 1.75µm. Kamera ini juga punya lensa dengan focal length 49 mm yang memungkinkan untuk melakukan autofocus pada jarak 3-7 cm dari objek.

Tidak ketinggalan di sisi depan ada kamera swafoto 20 MP, f/2.2 yang didukung sensor Samsung S5K3T2 ISOCELL Plus berukuran 1/3,4 inci.

Lantas, bagaimana hasil foto yang bisa dihasilkan? Menurut GSM Arena, foto dari kamera utama ponsel ini lumayan, meskipun tidak sebagus kamera utama 108 MP Redmi Note 10 Pro. Hanya saja, kata Ben Sin, foto dari kamera utama ponsel ini sudah cukup tajam.

Bahkan, kamera utamanya cukup andal dipakai untuk mengabadikan gambar di lingkungan kurang cahaya dan malam hari. Kendati demikian, ponsel ini tak memiliki penstabil berbasis optik, OIS, yang berguna saat mengambil gambar secara multipleframe pada mode malam.

Lalu, C. Scott Brown dari Android Authority dan Ben Sin dari XDA Developers, secara khusus memuji kemampuan kamera makro POCO F3. Bagi Brown, detail yang dihasilkan foto jepretan kamera ini cukup bagus.

Adapun untuk perekaman video, seluruh kamera bisa dipakai untuk merekam. Resolusi tertinggi 4K di 30 fps bisa diperoleh melalui kamera utama. Ada juga penstabil elektronik EIS yang bisa diaktifkan buat kamera utama dan ultrawide pada seluruh resolusi.

Berdasarkan pengujian GSM Arena, kualitas terbaik bisa didapat jika video direkam menggunakan kamera utama dengan resolusi 1080p. Detail, kontras, warna, dan dynamic range tampak bagus jika video direkam memakai kamera utama pada resolusi di bawah 4K.

Anda bisa menilai jepretan kamera POCO F3 melalui beberapa contoh foto di bawah ini:

Jepretan Kamera Utama (sumber: en.xiaomitoday.it | Alessandro Cimino)
Jepretan Kamera Utama - Malam Hari (sumber: xda-developers.com | Ben Sin)
Jepretan Kamera Makro (sumber: androidauthority.com | C. Scott Brown)
Jepretan Kamera Depan (sumber: androidauthority.com | C. Scott Brown)

5. Baterai Awet

POCO F3 memasrahkan urusan daya pada baterai litium polimer berkapasitas 4520 mAh. Jika dilihat dari ukurannya, baterai ini memang tidak luar biasa, cukup untuk zaman sekarang. Malah ukuran baterai ini mengecil 180 mAh dari yang dipakai POCO F2 Pro.

Akan tetapi, daya tahannya diacungi jempol oleh GSM Arena karena endurance rating-nya bisa tembus 114 jam! POCO F3 mengalahkan saudara kandungnya, POCO X3 Pro (112 jam) yang punya ukuran baterai lebih besar: 5160 mAh.

Dalam skenario pengujian GSM Arena, POCO F3 bisa dipakai selama 23 jam 40 menit untuk menelepon dalam jaringan 3G. Kalau dipakai buat browsing via jaringan Wi-Fi, si ponsel bisa menyala sampai 15 jam 58 menit.

Adapun waktu pakai 19 jam lebih 2 menit diperoleh saat HP ini digunakan untuk menonton video offline. Fakta ini memberi bukti bahwa kapasitas bukanlah segalanya. Hal yang lebih penting adalah manajemen daya.

GSM Arena tahu akan hal itu setelah mencermati kebiasaan POCO F3 yang otomatis menurunkan laju penyegaran ke angka 60 Hz, ketika dipakai menonton video maupun browsing.

Bukan cuma awet, baterai POCO F3 juga lumayan cepat saat diisi. Berbekal adaptor bawaan 33 Watt, baterai ponsel ini bisa terisi 67 persen selama 30 menit pengecasan. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk mencapai 100 persen adalah 56 menit. Sangat impresif di kelasnya, kata GSM Arena.

6. Speaker, Konektivitas, dan Harga Bersaing

Kalau layar dan chipset sudah oke, hal apa lagi yang Anda tuntut agar pengalaman sip ketika main gim bisa tercapai? Tentu suara keluaran speaker yang oke, bukan? Beruntung POCO F3 bisa mengakomodasi hal itu.

Soalnya, ia dibekali speaker ganda stereo. Kelantangan speaker yang mendukung pemutaran audio resolusi tinggi ini bukan sekadar gimmick. Pasalnya, kelantangan suaranya masuk kategori sangat bagus, yakni -24,5 LUFS menurut pengujian GSM Arena.

Tidak hanya lantang, tapi juga berimbang. Elemen bass pun terdengar baik di level volume menengah maupun atas. Apabila suara keluaran speaker masih dirasa kurang mantap, Anda bisa memanfaatkan koneksi Bluetooth 5.1 untuk menyambungkan headset nirkabel dengan si ponsel.

Menurut pengalaman C. Scott Brown, Bluetooth POCO F3 sangat bagus. Sebab, lagu yang ia putar tetap bisa terdengar dengan jelas kendati si ponsel ditaruh di meja apartemen. Sementara Brown meninggalkan si ponsel untuk berjalan mengelilingi apartemen dengan headset yang masih terpasang di telinga.

Bluetooth yang bagus ternyata bukan satu-satunya keunggulan POCO F3 di sektor konektivitas. Sebab, ponsel ini juga sudah mendukung jaringan 5G. Chipset Snapdragon 870 memang sudah mengandung modem 5G sedari pabriknya.

Adanya dukungan 5G membuat Anda bisa memakai POCO F3 dalam jangka waktu yang lama. Anda pun bakal diuntungkan lagi karena ponsel ini bisa menangkap sinyal Wi-FI generasi 6 yang lebih kencang dan stabil buat area padat penduduk.

Jika melihat banderol harganya - Rp5 juta untuk varian memori 6/128 GB dan Rp5,5 juta untuk varian 8/256 GB - POCO F3 benar-benar tak punya pesaing. Soalnya, sampai artikel ini ditulis, tak ada satu pun ponsel Rp5 jutaan yang memakai Snapdragon 870 dan mendukung jaringan 5G. Sehingga, bisa dibilang ponsel ini tergolong terjangkau.

Kekurangan POCO F3

POCO F3 bukanlah produk yang sempurna layaknya ponsel lain. Ia memiliki beberapa kekurangan yang patut Anda perhatikan. Kekurangan itu mungkin bisa Anda maklumi, tetapi bisa saja tidak. Berikut poin-poin penjelasannya:

1. Bodi Gampang Kotor

POCO F3 adalah ponsel yang punya kepribadian ganda, cantik di luar tapi ganas di dalam. Ia cantik karena desainnya yang tipis dan minimalis. Ia juga ganas karena chipset kelas atas Snapdragon 870 yang disandangnya.

Sayang, kecantikannya itu gampang ternoda karena sifat kaca Gorilla Glass yang mudah dekil karena bercak tangan. Oleh sebab itu, Anda harus sering-sering mengelap penutup belakangnya, lebih-lebih buat varian warna Night Black.

2. Tidak Ada Jack Audio & Slot MicroSD

(sumber: en.xiaomitoday.it | Alessandro Cimino)

Selain lewat speaker, cara lain untuk mendengarkan keluaran suara POCO F3 adalah melalui headset. Sayang sekali, ponsel ini tak memiliki jack audio 3,5 mm. Maka dari itu, Anda mesti membeli headset nirkabel atau TWS yang harganya relatif lebih mahal ketimbang headset konvensional.

Umumnya, ponsel dengan keterbatasan port memanfaatkan konverter 3,5 mm ke USB C untuk bisa menyambungkan headset kabel ke ponsel. Konverter ini pun disertakan dalam paket penjualan.

Meski begitu, ketiadaan jack audio 3,5 mm merupakan sebuah kehilangan. Sebab, Anda mesti menggunakan port USB C secara bergantian untuk mengisi daya atau mencolokkan headset. Anda kini jadi tidak bisa mendengarkan lagu dengan headset sambil mengecas HP.

Padahal, sang pendahulu, POCO F2 Pro, masih punya jack audio 3,5 mm. Beberapa ponsel gaming terbaru bahkan kembali menghadirkan colokan ini demi memberikan pengalaman audio terbaik.

Lain cerita dengan absennya slot microSD yang sudah dimulai sejak POCO F2 Pro muncul. Di satu sisi, microSD memang memberi opsi penambahan ruang simpan. Namun, di sisi lain, microSD disebut-sebut membuat performa sebuah ponsel melambat.

Sejumlah pihak pun yakin bahwa menyimpan file gim atau aplikasi paling bagus di memori internal, bukan microSD. Pasalnya, proses memuat gim atau aplikasi yang disimpan di memori internal memang jauh lebih cepat. Maka dari itu, keputusan POCO menghilangkan slot microSD bisa dimengerti, yakni untuk menjaga performa si ponsel.

3. Kamera Ultrawide Medioker

Hasil jepretan kamera ultrawide POCO F3 memang sengaja tidak kami bahas di poin kelebihan. Alasannya, beberapa penguji merasa bahwa hasil foto kamera ultrawide 8 MP ponsel ini medioker alias biasa-biasa saja.

C. Scott Brown bilang bahwa akurasi warnanya inferior jika dibandingkan dengan foto jepretan kamera utama. Kualitas foto dari kamera ultrawide POCO F3 semakin berkurang saat dipakai pada malam hari.

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Ben Sin. Menurut Sin, kamera sudut lebar ponsel ini kurang tajam. GSM Arena menduga, inferioritas kamera ultrawide POCO F3 disebabkan karena upayanya yang berlebihan dalam mengurangi noise. Padahal, kata GSM Arena, dynamic range-nya tidak jelek.

Berikut ini contoh jepretan foto dari kamera ultrawide POCO F3:

sumber: en.xiaomitoday.it | Alessandro Cimino
sumber: xda-developers.com | Ben Sin
sumber: androidauthority.com | C. Scott Brown

4. Inkonsistensi MIUI

sumber: androidauthority.com | C. Scott Brown

POCO F3 dibekali antarmuka MIUI 12 berbasis Android 11, sama seperti ponsel keluarga Xiaomi lainnya. Namun, MIUI ini diberi nuansa lain berkat adanya POCO Launcher. Jika dilihat dari versinya, MIUI 12.0.1 yang terpasang sudah berlabel "stabil", bukan alpha atau beta.

Itu artinya ROM ini sudah diteliti dengan baik oleh developer. Sayangnya, C. Scott Brown merasa bahwa MIUI 12.0.1 di POCO F3 masih jauh dari kata stabil. Pasalnya, POCO F3 yang ia uji kadang-kadang melakukan restart tak jelas dan notifikasi kadang muncul kadang tidak.

Kemudian, laju penyegaran bisa turun sendiri ke 60 Hz atau naik ke 120 Hz, walaupun ponsel tidak dalam situasi genting untuk melakukan perpindahan mode. Selain itu, kecerahan layar tiba-tiba turun saat ponsel sedang dipakai serius. Seluruh masalah ini tentu mengganggu.

Brown pun berpandangan bahwa MIUI 12 ini sangat tidak konsisten. Sebab, dia tidak menemui masalah serupa ketika menggunakan POCO M3 yang sama-sama dipasangi MIUI 12. Buat Brown, masalah software ini jelas menghambat POCO F3 untuk mengeluarkan potensi terbaiknya.

Satu-satunya hal yang harus dilakukan oleh POCO adalah segera memberikan update software untuk menyelesaikan masalah seperti yang dialami Brown. Masalah lain terkait software juga ditemui Brown.

Seperti iklan yang muncul saat menginstal aplikasi baru dan kala melihat notifikasi, serta bejibun bloatware. Namun, iklan di ponsel ini tidak semengganggu yang ada di smartphone Redmi. Sedangkan seluruh bloatware yang ada bisa dihapus.

Simpulan

POCO F3 meneruskan tradisi para pendahulunya sebagai smartphone flagship killer. Label flagship killer bukan sekadar isapan jempol. Alasannya, ponsel ini menawarkan chipset kelas atas Snapdragon 870 dan dukungan jaringan 5G. Dua hal itu membuat POCO F3 punya performa tangguh dan future-proof.

Ketangguhan performa di ponsel ini tidak disia-siakan lantaran didukung pula dengan layar ciamik, speaker stereo keren, dan baterai yang awet. Itulah mengapa ponsel ini akan pas dijadikan sebagai teman jika Anda doyan main gim.

Buat Anda yang fashionable, memiliki POCO F3 bisa meningkatkan level kepercayaan diri Anda. Sebab, ponsel ini punya desain cantik dan minimalis berkat penutup belakang kacanya. Sayang sekali, POCO F3 bukanlah ponsel flagship sejati. Karena itu, beberapa fitur esensial masih absen.

Fitur-fitur yang absen itu yakni software stabil dan kemampuan kamera ultrawide yang baik. Jika Anda tak peduli dengan jaringan 5G, ada baiknya untuk mengambil POCO X3 Pro atau Redmi Note 10 Pro. Memilih salah satu di antara keduanya membuat Anda bisa berhemat hingga lebih dari satu juta rupiah.

POCO X3 Pro jelas lebih kencang ketimbang Redmi Note 10 Pro karena memiliki chipset Snapdragon 860. Namun, Redmi Note 10 Pro lebih andal soal kemampuan fotografi. Bagaimana dengan alternatif dari merek lain? Samsung Galaxy A52 (8/128) dan OPPO Reno5 5G (8/128) pun bisa jadi alternatif selanjutnya.

Galaxy A52 jelas punya software yang terkenal stabil berkat antarmuka One UI-nya. Kameranya juga oke karena punya penstabil berbasis optik (OIS). Tak ketinggalan ada sertifikasi IP67 yang biasanya cuma ada di ponsel premium.

Namun, ponsel 4 jutaan ini belum mendukung jaringan 5G dan performanya biasa-biasa saja. Jika Anda tetap ingin ponsel 5G dengan kemampuan kamera lumayan dan software stabil, pilih saja OPPO Reno5 5G.

Ponsel dengan chipset Snapdragon 765G ini belum punya IP rating dan harga jualnya ada di sekitar Rp6 jutaan. Bagaimana menurut Anda? Layakkah POCO F3 dibawa pulang?

Kategori:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram