Inilah 10 Kelebihan dan Kekurangan Google Pixel 7 Pro
Meski tidak hadir secara resmi ke Indonesia, kehadiran Google Pixel 7 Pro pada Oktober 2022 tetap menarik untuk kita amati. Terlebih Google selalu menjaga "kemurnian" dari sistem operasinya lewat seri HP Pixel.
Karena Android sendiri merupakan besutan Google, pengguna bisa merasakan sistem operasi bersih sebagaimana yang dimaksudkan oleh sumbernya langsung.
Bukan hanya andalkan aspek sistem operasi, di dalamnya juga bertaburan fitur-fitur unik dan eksklusif yang membedakan Pixel 7 Pro dengan flagship lain mana pun. Ponsel ini juga dibekali dengan chipset generasi baru, tawarkan performa dan kapabilitas AI yang meningkat dibanding setahun sebelumnya.
Adapun highlight nomor satu yang paling terlihat jelas adalah desain bodinya. Dari jauh saja, penulis langsung tahu kalau bodi Google Pixel 7 Pro tidak dibuat pasaran. Untuk lebih detailnya, simak poin-poin kelebihan dan kekurangan pada tabel di bawah ini.
Kelebihan | Kekurangan |
---|---|
• Performa Kelas Atas dengan Chipset Google Tensor G2 • Kualitas Tampilan Layar yang Sungguh Memukau • 50 MP Triple Camera dengan Hasil Foto yang Aesthetic • Banyak Fitur Unik dan Eksklusif • Konektivitas Unggul Khas Flagship, Ada Sensor UWB • Desain Bodi Khas Google Pixel, Beda dari yang Lain | • Ketahanan Baterai Kurang Awet • Fast Charging Terbilang Lambat di Zaman Sekarang • Tanpa Perekaman Video 8K • Minim Peningkatan dari Generasi Sebelumnya |
Tentu akan terasa kurang jika hanya mendapat informasi dari poin-poin di atas saja. Tim Carisinyal telah buatkan penjabaran lengkap perihal kelebihan dan kekurangan Google Pixel 7 Pro. Apa sajakah itu? Jangan lewatkan yang di bawah ini, ya!
Spesifikasi Google Pixel 7 Pro
Layar | LTPO AMOLED 6.7 inci |
Chipset | Google Tensor G2 |
RAM | 12 GB |
Memori Internal | 128 GB, 256 GB, 512 GB |
Kamera | 50 MP (wide) 12 MP (ultrawide) 48 MP (telephoto) |
Baterai | Li-Po 5000 mAh |
Kelebihan & Kekurangan | Baca di sini |
Cek Harga Saat Ini | Shopee Lazada Blibli |
Kelebihan Google Pixel 7 Pro
Google merupakan perusahaan raksasa yang sekaligus merupakan pembuat Android. Maka, tidak heran Google Pixel 7 Pro memiliki sejumlah kelebihan tersendiri, yakni seperti berikut ini.
1. Performa Kelas Atas dengan Chipset Google Tensor G2
Di saat sejumlah pesaingnya hadirkan chipset kelas atas dari Qualcomm dan MediaTek, Google Pixel 7 reguler dan Pro kompak diotaki dengan Google Tensor G2.
Chipset tersebut mengusung segmen kelas flagship, dibangun atas dasar fabrikasi 5 nm Samsung. Dari sisi efisiensi daya, chipset ini tidak sebaik Snapdragon 8 Gen 1 yang punya fabrikasi 4 nm.
Google Tensor G2 sendiri menghadirkan peningkatan prosesor ketimbang pendahulunya, Google Tensor. Pada G2, tersemat dua unit prima Cortex X1 yang memiliki clock speed 2.85 GHz. Kemudian, klaster kinerja tingginya mencakup dua buah Cortex A78 (2.35 GHz), sedangkan klaster hemat daya meliputi enam inti Cortex A55 (1.8 GHz).
Konfigurasi tersebut alami peningkatan dibandingkan Google Tensor yang mencakup Cortex A76 sebagai inti kinerja tinggi. Selain itu, clock speed Google Tensor G2 meningkat dari 2.8 GHz menjadi 2.85 GHz.
Jika bicara soal "posisi" chipset secara tingkatan performa di kelas HP gaming, Google Tensor G2 tergolong kalah dengan Snapdragon 8 Gen 1.
Bahkan di saat sejumlah ponsel flagship sudah gunakan varian Plus dari Snapdragon 8 Gen 1, versi reguler SoC Qualcomm ini saja sudah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan SoC Google tersebut.
Pasalnya, Snapdragon 8 Gen 1 reguler menghadirkan generasi mikro arsitektur prime core yang lebih kekinian, yaitu ARM Cortex X2 alih-alih sekadar Cortex X1 pada Google Tensor G2.
Selain itu, jika dibandingkan dengan versi Plus-nya (Snapdragon 8+ Gen 1), Google Tensor G2 kalah dari sisi clock speed, yakni 2.85 GHz vs. 3.2 GHz.
Oh ya, tidak cuman prime core-nya saja yang kalah generasi. Diketahui, Snapdragon 8+ Gen 1 juga membawakan Cortex A710 dan Cortex A510 sebagai klaster bertenaga dan hemat dayanya (alih-alih A78 dan A55 pada Google Tensor G2).
Google membenamkan kartu pengolah grafis dari generasi Valhall berupa Mali G710 MP7 untuk mengolah proses rendering grafis secara cepat.
Pihak Google mengklaim GPU ini membawakan peningkatan performa sebanyak 20 persen ketimbang Mali G78 yang digunakan pada Google Tensor sebelumnya. Dari sisi kemampuan machine learning, GPU ini juga diklaim punya performa 35 persen lebih tinggi.
Chipset ini turut "dibantu" oleh kehadiran memori internal berstandar UFS 3.1, memiliki rentang kapasitas antara 128 GB hingga 512 GB. Adapun untuk RAM-nya, menggunakan tipe LPDDR5 dengan kapasitas antara 8 GB hingga 12 GB.
Mengutip dari Nano Review, Google Tensor G2 pada Google Pixel 7 Pro dan Google Pixel 7 kompak mendapatkan skor benchmark AnTuTu v9 800.760 poin.
Sementara, Google Pixel 6 Pro, Google Pixel 6, dan Google Pixel 6a memiliki skor sekitar 740.780 poin dengan Google Tensor-nya. Dibanding generasi sebelumnya, Google Tensor G2 alami peningkatan AnTuTu v9 sebesar 8 persen.
Rupanya skor AnTuTu v9 yang tadi sejalan dengan hasil pengujian GSM Arena. Diketahui, Google Pixel 7 Pro mendapatkan skor 796.369 poin, sedikit lebih rendah dari pengujian Nano Review.
Dari sini bisa kita ketahui bahwa Google Pixel 7 Pro dikalahkan oleh sejumlah kompetitornya, sebut saja Samsung Galaxy S22+ (mendapatkan skor 886.832 poin) yang dirilis dengan harga yang sama.
Kemudian, Google Pixel 7 Pro juga "tidak berkutik" sama sekali saat dibandingkan dengan ponsel flagship besutan Xiaomi, OPPO, dan juga vivo yang sudah menembus skor 1 jutaan.
Awalnya penulis pikir kehadiran dua unit prime core pada Google Tensor G2 akan membantunya dalam tingkatkan performa, namun rupanya masih belum cukup untuk kalahkan pesaingnya dari Qualcomm.
Bagaimanapun, pengujian sintetis benchmark AnTuTu mempertimbangkan lebih dari sekadar CPU, melainkan GPU, manajemen memori, dan juga UX-nya. Untuk dapat gambaran soal kemampuan single core dan multi-core CPU, mari kita simak hasil pengujian di Geekbench 5.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan GSM Arena, dapat diketahui bahwa Google Pixel 7 Pro mendapatkan skor Geekbench 5 sebesar 1056 poin (single core) dan 3187 poin (multi-core). Skor ini mirip-mirip dengan yang dikemukakan pada laman Nano Review, yakni 1056 poin (single core) dan 3148 poin (multi-core).
Melihat dari spesifikasi Google Tensor G2 itu sendiri, penulis menilai bahwa setidaknya ia bisa berikan penanganan suhu panas yang efisien. Dilihat dari tangkapan layar di atas, dapat disimpulkan adanya pembenahan throttling pada Google Pixel 7 Pro.
Saat diujikan beban berat selama 1 jam, Google Pixel 7 Pro dapat mempertahankan sebesar 67% dari puncak performanya. Ini masih jauh lebih baik ketimbang Google Pixel 6 Pro yang hingga turun ke 56% dari performa awal. Bahkan, kinerja Pixel 6 Pro terlihat adanya fluktuasi yang cukup drastis.
Meskipun Google Tensor G2 bukan yang terbaik dari sisi "performa mentah", ia memiliki kelebihan utama dari sisi neural processing-nya.
Menghadirkan Google Custom TPU, chipset ini bisa melakukan komputasi AI yang tidak tertandingi sehingga sanggup menunjang berbagai fitur unik dan menarik, sebut saja Magic Eraser, Unblur, dan serangkaian fitur terkait speech recognition.
Google Pixel 7 Pro masih terbilang oke untuk memainkan gim berat, meski tidak sebaik pesaingnya seperti Galaxy S22+ atau Ultra ataupun sederet HP dengan Snapdragon 8 Gen 1.
Pada pengujian Genshin Impact yang dilakukan ETA Prime, perangkat masih dapat memainkannya dengan nyaman dan playable pada High Graphic 60 FPS. Namun, ponsel agak kesulitan mencapai frame rate 60 FPS yang stabil. Disebutkan bahwa Anda dapat memainkannya pada pengaturan Highest dengan nyaman, namun pada pengaturan 30 FPS.
Google Pixel 7 Pro juga terlihat mampu melibas sederet gim lain pada pengaturan grafis tertinggi, mencapai 60 FPS stabil pada Diablo Immortal, 120 FPS pada Minecraft, bahkan dapat mainkan gim emulator PSP dan PS2 pada resolusi tinggi dan frame rate stabil.
2. Kualitas Tampilan Layar yang Sungguh Memukau
Google Pixel 7 Pro dikemas dengan salah satu kualitas layar terbaik di dunia, membawakan panel LTPO AMOLED berukuran 6,7 inci pada resolusi tinggi QHD+ (1440 x 3120 piksel).
Layar juga menyuguhkan refresh rate 120 Hz sehingga membuat gerakan di layar semakin dinamis dan mulus. Karena menggunakan teknologi LTPO, layar juga dapat menyesuaikan refresh rate secara otomatis berdasarkan aktivitas yang dilakukan, hingga serendah 10 Hz pada kondisi statis.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pengalaman menonton sinematik, layar mendukung sertifikasi HDR10+ agar rentang dinamis yang didapat semakin luas. Adapun tingkat kecerahan yang didukungnya mencapai hingga 1000 nit pada High Brightness Mode dan 1500 nit (puncak).
Konfigurasi layar di HP ini terbilang agak mirip dengan Samsung Galaxy S22 Ultra 5G karena sama-sama suguhkan resolusi QHD+, refresh rate 120 Hz, dan juga HDR10+. Bedanya, Galaxy S22 Ultra hadir dengan ukuran layar sedikit lebih besar yaitu 6,8 inci, serta gunakan Dynamic AMOLED 2X alih-alih LTPO.
Mengingat Galaxy S22 Ultra berada di harga lebih tinggi, kita bisa berikan apresiasi pada Google Pixel 7 Pro yang sanggup tawarkan spesifikasi layar serupa dengan lebih murah.
Kualitas layar yang dibawakan HP ini tidak banyak alami perubahan ketimbang pendahulunya, Google Pixel 6 Pro. Kendati begitu, dilansir dari Phone Arena, Pixel 7 Pro bawakan kecerahan puncak lebih tinggi yaitu 973 nit, ketimbang Pixel 6 Pro dengan kecerahan 777 nit.
Hasil pengujian serupa dibuktikan oleh GSM Arena, yang menyebutkan ponsel ini bisa meraih kecerahan max auto 1090 nit, serta kecerahan manual maksimal 588 nit. Lebih baik ketimbang Pixel 6 Pro dengan 860 nit (max auto) dan 497 nit (manual).
Tingkat kecerahan tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di kelas flagship, sedikit mengalahkan kecerahan Xiaomi 12 Pro di angka 1050 (max auto) dan 506 (manual).
Lebih lanjut lagi, GSM Arena mengungkapkan ponsel mendukung Widevine L1 lantaran bisa menonton video 1080p pada Netflix dan Amazon Prime Video.
Uniknya, Google Pixel 7 Pro tidak menyuguhkan kustomisasi profil warna pada layar. Hanya ada dua mode yang tersedia yaitu Adaptive (DCI-P3) dan Natural (sRGB).
Untuk aktivitas menonton dan konsumsi konten, disarankan pakai Adaptive agar warna-warna yang ditampilkan lebih menggigit. Sedangkan untuk aktivitas kreasi konten, sebaiknya pilih Natural agar konten yang dibuat punya warna yang konsisten dengan layar perangkat lain pada umumnya.
Tidak semua ponsel flagship menawarkan kualitas resolusi layar QHD+, apalagi dengan harga yang sama seperti Google Pixel 7 Pro. Tingkat ketajaman layar yang memukau, digabung dengan kemampuannya tampilkan keterbacaan layak di bawah sinar matahari, hanyalah segelintir dari kelebihan layarnya.
3. 50 MP Triple Camera dengan Hasil Foto yang Aesthetic
Kita tentu sering melihat smartphone kelas bawah yang masih hadirkan depth sensor, padahal fungsi tersebut masih dapat digantikan oleh software. Nah, untuk Google Pixel 7 Pro yang berada di rentang harga flagship, tentu semua kameranya fungsional dan memiliki tujuan yang penting.
Pada kamera utamanya, menghadirkan sensor wide-angle berkekuatan 50 MP dengan bukaan f/1.9 dan ukuran sensor 1/1.31 inci. Kamera ini gunakan Quad Bayer untuk hasilkan output gambar 12,5 MP, serta menghadirkan OIS dan multi-directional PDAF.
Sedangkan untuk kamera kedua, diadakan sensor 48 MP telefoto dengan bukaan f/3.5, focal length 120 mm, dan ukuran sensor 1/2.55 inci.
Kamera telefoto dapat melakukan pembesaran optik (hingga 5x), sehingga detail foto tetap terjaga meski dilakukan zoom. Karena stabilisasi akan semakin buruk ketika zoom, Google telah mengantisipasikannya dengan hadirkan OIS di lensa ini.
Adapun sebagai kamera ketiga, terdapat sensor ultrawide 12 MP dengan sudut pandang 126 derajat yang dapat memuat lebih banyak subjek dalam satu frame. Jauh lebih praktis ketimbang harus pakai mode panorama.
Kamera belakang ponsel dapat merekam video hingga resolusi 4K pada kecepatan 30 atau 60 FPS. Sedangkan di bagian depan, terdapat sensor selfie 10,8 MP pada fungsi ultrawide. Kamera depan ini juga dapat merekam hingga 4K, dan cocok melakukan pemotretan wefie (grup selfie) karena mendukung sudut penglihatan luas.
Konfigurasi kamera ini tidak berbeda jauh dengan Google Pixel 6 Pro. Hanya ada sejumlah peningkatan seperti sudut penglihatan lebih luas pada sensor ultrawide dan dukungan pembesaran optik dari 4x menjadi 5x. Tapi mengingat HP ini gunakan chipset baru, tentunya Google berikan peningkatan kualitas foto di Pixel 7 Pro ini.
Mode-mode kamera yang tersedia cukup beragam, mencakup mode Camera, Night Sight, Motion, Portrait, Video, makro, panorama, Photo Sphere, dan mode Google Lens. Kamera juga hadirkan fitur-fitur keren seperti Action Pan dan Long Exposure untuk mengambil gambar subjek yang bergerak cepat.
Google Pixel 7 Pro menghadirkan hasil foto dengan detail yang kaya, serta ketajaman yang baik pada setiap mode pemotretan. Begitu pun ketika dilakukan zoom 3x, nyaris tidak ada detail yang hilang seperti pada mode zoom kebanyakan.
GSM Arena menyebutkan kualitas hasil ultrawide-nya lebih baik dari Samsung Galaxy S22 Ultra, lantaran punya ketajaman yang bagus serta noise yang minim.
Dibandingkan Pixel 6 Pro, kamera ultrawide di HP ini juga lebih baik karena menghadirkan auto focus alih-alih fixed focus. Auto Night Sight alias mode malam bisa digunakan pada masing-masing kamera, yakni kamera utama, lensa ultrawide, dan juga kamera telefoto.
Kemampuan mode malamnya terbilang sangat baik di kelas flagship, meski tidak dapat dikatakan yang terbaik di kelasnya. Rentang dinamisnya begitu luas, dan warna pada subjek foto tidak berbeda dengan pemotretan mode siang hari.
Kami pun mencari perbandingan sampel foto antara Google Pixel 7 Pro dengan pendahulunya, Pixel 6 Pro. Jika dilihat sekilas, tidak ada yang berbeda dari kualitas fotonya. Namun jika diperhatikan, tone warna pada foto Pixel 7 Pro terlihat agak hangat.
Dari sini bisa terlihat, aspek fotografi Google Pixel 7 Pro memiliki ciri khas tersendiri. Smartphone besutan Google hadirkan kekuatan computational photography yang andal beserta lensa berkualitas tinggi.
Tidak hanya cocok untuk pemotretan kasual, Google Pixel 7 Pro dapat menjadi sarana pendukung aktivitas profesional seperti fotografer event dan juga kreasi konten. Hasil fotonya bisa sebanding dengan ponsel Galaxy S22 Ultra, namun dengan harga lebih terjangkau.
4. Banyak Fitur Unik dan Eksklusif
Google Tensor G2 boleh jadi punya kekuatan performa yang tidak sebanding dengan Snapdragon 8+ Gen 1. Tapi, kualitas neural processing untuk fotografinya sungguh top-notch. Selain itu, kemampuan AI chipset juga dapat meningkatkan teknologi speech recognition yang sudah ada ke jenjang berikutnya.
Terdapat fitur unik seperti Direct My Call yang dapat menyajikan daftar perintah ketika melakukan panggilan telepon. Saat menelepon nomor telepon bisnis, terkadang yang menjawab adalah operator otomatis, seperti call center di bank, internet provider, dan lain-lain.
Pernah disuruh untuk "tekan nomor 1 untuk bahasa Indonesia, tekan 2 untuk bahasa Inggris"? Dengan Direct My Call, perintah-perintah tersebut tersaji dalam menu opsi yang bisa dipilih dengan mudah. Bagaikan sedang mengisi kuesioner. Sayangnya, fitur ini hanya tersedia di wilayah tertentu saja.
Selain itu, di kala tidak dapat mengetik, fitur Assistant Voice Typing yang ditingkatkan dapat secara akurat mengubah suara menjadi tulisan. Selain mendikte suara menjadi tulisan, Anda pun dapat berikan perintah untuk memasukkan emoji melalui suara.
Tidak perlu mengapal voice command untuk memasukkan masing-masing emoji. Misalnya, jika ingin memasukkan emoji berkedip, tinggal ucapkan "winky emoji" atau "winking emoji". AI akan mendeteksi hal itu sebagai perintah memasukkan emoji berkedip.
Tersedia juga fitur transcribe yang dapat mengubah pesan suara menjadi tulisan. Saat bercengkerama di chat grup, kadang ada teman yang malas mengetik dan malah memberikan voice note.
Tidak perlu memutar voice note tersebut untuk ketahui isinya. Biarkanlah Google mengubahnya menjadi tulisan secara nyata dan akurat. Proses ini murni dilakukan oleh kemampuan machine learning pada chipset, sehingga tidak ada langkah pengunggahan file audio ke server Google sama sekali. Dengan begini, privasi tetap terjaga.
Selain itu, Google Pixel 7 Pro juga menyediakan fitur fotografi seperti Magic Eraser yang dapat menghapus objek tidak diinginkan dalam foto.
Ini bukan cara untuk menghilangkan background pada foto, melainkan menghapus subjek-subjek yang dianggap photo bomb seperti orang, hewan, atau yang lainnya. Cukup dengan menyeleksi subjek yang dihapus, dan AI pun akan menghilangkannya sekaligus "menyambungkan" latar belakang untuk mengisi space yang kosong.
Fitur unik Google Pixel 7 Pro lainnya adalah Unblur. Sesuai namanya, fitur eksklusif ini dapat mengubah blur pada foto wajah seseorang. Tidak hanya foto yang diambil menggunakan kamera Google Pixel 7 Pro, melainkan juga foto dari smartphone lain.
Fitur ini hadirkan efek paling optimal pada subjek yang menatap lurus ke arah kamera, serta foto yang diambil menggunakan ponsel jadul.
Itu tadi hanya segelintir fitur unik yang dimiliki Google Pixel 7 Pro, belum lagi kalau kita bahas sisi keamanannya yang ketat, fitur Now Playing yang dapat mendeteksi lagu yang sedang diputar di sekitar, pengenalian teks dan gambar di aplikasi, dan lain-lain.
Ditambah lagi, Google Pixel 7 Pro merupakan salah satu ponsel pertama di dunia yang dikemas dengan Android 13 saat rilis. Versi Android-nya pun tidak seperti ponsel lain yang "dibumbui" bloatware, melainkan tawarkan pengalaman yang clean.
5. Konektivitas Unggul Khas Flagship, Ada Sensor UWB
Ponsel flagship memang sering kali hadir dengan konektivitas yang bermacam-macam. Tidak jarang orang memilih flagship sekadar untuk menikmati konektivitas yang tidak disuguhkan ponsel lain, salah satunya adalah Ultra Wide Band.
Kehadiran sensor UWB ini membuka beragam kemungkinan. Anda bisa gunakan smartphone sebagai kunci digital untuk membuka pintu mobil. Hal ini bisa terjadi karena UWB sanggup lakukan pendeteksian jarak dan lokasi benda dengan presisi maksimal.
Selain itu, fungsi UWB di HP ini juga dapat membagikan file ke perangkat lain melalui teknologi Nearby Share. Selain UWB, ponsel ini tentu disuguhkan dengan NFC agar dapat melakukan transaksi digital, mengakses sarana transportasi umum, hingga mengisikan saldo eMoney.
Pixel 7 Pro mendukung konektivitas jaringan 5G, WiFi 6E, serta Bluetooth 5.2 yang disertai A2DP, aptX HD, dan LE. Port pengecasan juga mendukung USB Type-C 3.2 untuk transfer data secepat kilat.
6. Desain Bodi Khas Google Pixel, Beda dari yang Lain
Kalau umumnya smartphone gunakan modul kamera di pojok dan berbentuk persegi panjang, Google Pixel 7 pro tawarkan sesuatu yang beda.
Dari sisi tampilan, HP ini tidak berubah banyak dari pendahulunya. Ini menandakan bahwa letak kamera di tengah yang disusun horizontal telah menjadi "bahasa desain" untuk seri Google Pixel.
Dibanding Google Pixel 6 Pro, Anda dapat melihat perbedaan dari sisi camera bar yang berubah warna. Pada semua varian warna Pixel 6 pro, camera bar berwarna hitam. Kini, Pixel 7 Pro suguhkan varian warna Hazel yang menampilkan camera bar dalam warna coklat keemasan.
Bahan material camera bar ini adalah aluminium, lebih kokoh ketimbang model setahun sebelumnya yang terbuat dari plastik. Dikutip dari Tom's Guide, pengalaman menggenggam di HP ini kurang menyenangkan karena licin.
Hal ini bisa jadi karena perihal tekstur finishing yang digunakan, disertai fakta bahwa bodi ponsel mengusung desain melengkung alih-alih flat edge (datar). Perangkat berada dalam bobot 212 gram dengan ketebalan 8,9 mm. Bukan yang teringan di kelasnya, tapi cukup layak dimaklumi untuk HP flagship.
Dari sisi ketahanannya, Google Pixel 7 pro tidak ada yang begitu menonjol. Bodi depan dan belakang terbuat dari material kaca yang dilapisi Gorilla Glass Victus, diklaim dapat mengurangi risiko rusak meski terjatuh ke permukaan keras dari ketinggian 2 meter.
Selain itu, terdapat juga sertifikasi tahan air IP68 yang membuatnya tidak mudah rusak meski terendam ke air tawar sedalam 15 meter selama 30 menit. Kedua fitur ketahanan ini sudah umum dimiliki ponsel flagship mana pun. Pengecualian bagi HP gaming seperti ASUS ROG Phone 6D series.
Menurut GSM Arena, bodi belakang ponsel ini cukup rentan dihinggapi noda bekas sidik jari, terutama bagi yang gunakan varian warna Obsidian (abu-abu gelap). Untungnya tidak begitu terlihat pada varian Snow (putih). Sedangkan untuk varian Hazel, noda sidik jari tetap kelihatan tapi tidak separah Obdisian.
Kekurangan Google Pixel 7 Pro
Tampaknya, meski hadir dengan berbagai kelebihan, Google Pixel 7 Pro tetap tidak luput dari sejumllah hal yang membuatnya kalah saing. Yakni, seperti berikut ini.
1. Ketahanan Baterai Kurang Awet
Seperti pendahulunya, Google Pixel 7 Pro juga dibekali dengan baterai 5.000 mAh yang memang sudah menjadi standar umum di dunia smartphone. PR (pekerjaan rumah) Google terberat adalah di sisi baterai. Sebagai ponsel yang hadirkan resolusi QHD+ serta laju penyegaran 120 Hz, akan sulit untuk menjaga baterai tetap awet seharian.
Pengujian GSM Arena mencatat bahwa Google Pixel 7 Pro meraih endurance rating dengan skor 83 jam. Ponsel diketahui dapat bertahan hingga 24 jam 29 menit saat lakukan panggilan telepon, 12 jam 38 menit untuk aktivitas browsing, serta 17 jam 14 menit unutk pemutaran video playback.
Penulis memiliki penilaian sendiri terhadap "kelayakan ketahanan baterai". Smartphone mana pun yang hadirkan skor endurance rating di bawah 100 jam tidak bisa dianggap ponsel yang unggul. Terutama untuk sekelas HP flagship.
Diketahui, ketahanan baterai Google Pixel 7 Pro bahkan kalah saing dengan iPhone 14 yang punya endurance rating 90 jam. Padahal, iPhone series sering dikeluhkan memiliki ketahanan baterai yang sebentar.
iPhone 14 pun sebenarnya hanya punya kapasitas 3.279 mAh, namun bisa lebih awet dari Google Pixel 7 Pro dengan baterai 5.000 mAh. Selain iPhone 14, sejumlah pesaing dengan ketahanan baterai lebih baik cukup banyak.
Pesaing-pesaing itu adalah Samsung Galaxy S22 Plus (97 jam), OnePlus 10 Pro (107 jam), Samsung Galaxy S22 Ultra (108 jam), dan masih banyak lagi. Malahan, Google Pixel 6 Pro dengan baterai 5.003 mAh mendapatkan endurance rating lebih lama yaitu 84 jam.
Pengujian GSM Arena di atas dilakukan pada kondisi QHD+ dan mode 120 Hz untuk pengujian web browsing. Ketika diturunkan menjadi resolusi Full HD+ dan 60 Hz, durasi web browsing meningkat dari 12 jam 38 menit menjadi 14 jam 7 menit.
Oh ya, rupanya meski hadir dengan panel LTPO serta diklaim dapat turun hingga 10 Hz, GSM Arena mengungkapkan hal lain. Menurutnya, ketika menyalakan opsi untuk menampilkan refresh rate di pojok layar dari menu developer mode, laju penyegaran hanya berubah-rubah dari 120 Hz ke 60 Hz.
Saat kondisi statis, layar menunjukkan angka 60 Hz alih-alih 10 Hz seperti yang dijanjikan. Bisa jadi, ini yang membuat baterai jadi cepat habis. Mungkinkah ini sesuatu yang bisa diperbaiki pada update software selanjutnya? Semoga saja. Tapi cukup aneh klaim 10 Hz ini tidak langsung bekerja saat rilis.
2. Fast Charging Terbilang Lambat di Zaman Sekarang
Google tidak berikan perubahan pada kemampuan fast charging HP ini. Masih sama seperti model setahun sebelumnya, yakni menggunakan daya 23 W.
Google mengklaim bahwa HP ini dapat meraih kondisi 50% dalam waktu 30 menit. Terlepas dari klaim ini benar atau tidak, daya 25 W merupakan daya yang terlampau kecil untuk seukuran ponsel flagship.
Di saat ponsel pesaing hadirkan fast charging secepat kilat seperti 120 W, 150 W, bahkan hingga 180 W, Google Pixel 7 Pro malah tampak seperti ponsel 2 jutaan dengan daya 25 W. Bahkan, HP 2 jutaan juga sudah ada yang tawarkan daya 33 W.
Durasi pengisian 30 menit dapat membawa baterai ponsel dari 0% menuju 46%. Hampir persis seperti klaim Google. Sedangkan untuk pengisian penuh dari 0-100%, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam 49 menit.
Perangkat menyuguhkan wireless charging dengan daya yang sama yaitu 23 W. Selain itu, tersedia pula fitur pengisian daya nirkabel terbalik (reverse wireless charging) yang dapat mengisi daya HP lain. Mirip seperti adegan di drakor.
3. Tanpa Perekaman 8K
Fitur perekaman pada smartphone semakin dicari semenjak maraknya konten YouTube dan video pendek. Untuk hadirkan konten yang unik terkadang membutuhkan pengeditan yang rumit pula. Untuk kebanyakan konten kreator, perekaman 4K sudah terbilang cukup.
Namun untuk jenis pengeditan video yang lebih khusus dan spesifik, perekaman 8K akan berikan keleluasaan berlebih. Di kala membutuhkan zoom ke bagian yang benar-benar spesifik, hasil perekaman 8K akan tetap tawarkan detail yang memadai.
Sayangnya, Anda harus ikhlas dengan kenyataan Google Pixel 7 Pro hadir tanpa 8K. Padahal jika dibandingkan dengan Samsung Galaxy S22 Plus, pesaingnya tersebut sudah mendukung 8K.
4. Tidak Banyak hadirkan Peningkatan dari Sebelumnya
Terkadang, minimnya peningkatan dari generasi pendahulunya bisa menjadi hal lumrah, asalkan room for improvement-nya tergolong sedikit. Google Pixel 7 Pro sungguh tawarkan peningkatan minim dibandingkan Google Pixel 6 Pro, padahal banyak masalah yang mestinya bisa dituntaskan.
Ponsel masih suguhkan daya pengecasan yang lambat, begitu pun dengan ketahanan baterainya yang kurang begitu awet di kelas flagship. Selain itu, minimnya peningkatan ini juga membuat penulis tidak dapat merekomendasikan HP ini kepada pengguna Google Pixel 6 Pro.
Simpulan
Google Pixel 7 pro dibanderol dengan harga rilis 899 dolar AS atau setara dengan Rp13,6 juta setelah dikonversikan. Dilihat dari harganya, ia menjadi pesaing dari Samsung Galaxy S22 Plus yang tawarkan harga rilis Rp14 juta.
Berdasarkan sejumlah kelebihannya, Google Pixel 7 Pro cocok digunakan oleh pelaku industri yang banyak berhubungan dengan pencatatan, atau sering berhubungan dengan klien. Fitur speech recognition-nya benar-benar tiada dua. Bisa mengubah suara jadi teks dan sebaliknya secara akurat dan terpercaya.
Selain itu, kemampuan fotografinya pun bukan isapan jempol belaka. Semua kameranya sudah mendukung Night Shift, dan Anda pun dapat mengaplikasikan bokeh secara real-time pada fitur perekaman video.
Yang paling disayangkan adalah kemampuan baterainya yang tergolong tidak awet. Selain itu, daya pengecasan 25 W juga membuatnya kalah siang dibanding flagship lain. Apalagi, Google Pixel 7 Pro juga tidak sediakan charger dalam boks penjualannya.