carisinyal-web-banner-retina 35

Kirin T92 Setara Apa? Ini 5 SoC yang Setingkat

Ditulis oleh Ahmad Tsalis

Huawei tak putus asa dalam mengembangkan SoC sendiri. Mereka pun merilis SoC Kirin T92 demi mewujudkan kemandirian dalam rantai pasok komponen. SoC itu bisa Anda temukan pada tablet Huawei MatePad Pro 13.2 (2025) yang rilis pada Februari 2025.

Tidak banyak informasi yang bisa didapat mengenai Kirin T92. Namun, dalam video di kanal YouTube Jagat Review, SoC ini memiliki CPU delapan core. Kedelapan inti tersebut terbagi dalam tiga klaster.

Satu core di klaster pertama memiliki clock speed 2,5 GHz. Di klaster kedua ada tiga core dengan clock speed 2,15 GHz. Klaster terakhir dihuni oleh empat core ber-clock speed 1,6 GHz. Ada juga GPU Maleeon 920 yang diperkirakan memiliki clock speed 624-840 MHz.

Menurut seorang pembocor, Kirin T92 menggunakan arsitektur rancangan Huawei sendiri, Taishan, pada inti prosesornya. Pembocor juga bilang, Kirin disebut menggunakan 12 thread. Tiap core didesain untuk bisa memanfaatkan lebih dari satu thread.

Komponen lain yang ada di Kirin T92 belum terungkap. Namun, ia punya cip konektivitas yang mendukung Bluetooth 5.2 dan WiFi 6. Beberapa sumber menyebut, Kirin T92 dibuat melalui proses manufaktur 7 nm oleh SMIC (Semiconductor Manufacturing International Corporation).

Berdasarkan informasi yang dimuat di situs Huawei Central, Kirin T92 memiliki skor AnTuTu v10 sebesar 1.107.102. Sementara itu, di Geekbench 6, CPU-nya mendapatkan skor 1.175 secara single-core dan 4.017 secara multi-core. Situs Notebook Check mencatat, Kirin T92 punya skor rerata 3DMark Wild Life Unlimited (Vulkan) 7.303.

Lalu, pada tes CPU Throttling yang dilakukan DKID Media, Kirin T92 mampu menjaga kemampuannya di angka 86 persen dari performa tertinggi. Dalam tes selama 30 menit itu, kemampuan prosesor tak pernah menyentuh di bawah 80 persen. Itu artinya stabil.

Skor-skor hasil uji benchmark di atas memang belum tentu valid. Pasalnya, banyak reviewer yang mengaku tak bisa melakukan beragam pengujian. Beberapa aplikasi uji benchmark disebut tak mampu mengenali hardware Kirin T92.

Kendati demikian, SoC ini memiliki performa yang cukup kencang di kondisi nyata. Gizmochina memperlihatkan bahwa MatePad Pro 13.2 (2025) yang ditenagai Kirin T92 dapat lancar jalankan Genshin Impact. Setelan grafik yang dipakai adalah "Highest 60 fps", sedangkan frame rate yang diperoleh cenderung stabil dengan rerata 59,3 fps.

Keberadaan informasi yang terbatas jadi alasan utama sulitnya mengklasifikasikan Kirin T92. Namun, Carisinyal akan mencoba mencari lima SoC atau chipset yang berada di level performa mirip dengan Kirin T92.

Lantas, Anda dapat menilai ada di kategori mana SoC tersebut, kelas menengah, kelas menengah atas, atau kelas atas. Penasaran dengan lima SoC yang punya level mirip dengan Kirin T92? Berikut saya jelaskan satu per satu.

1. Google Tensor G3

google tensor g3_

Kekuatan SoC Google Tensor memang bukan soal melibas gim berat. Sebab Google merancang SoC ini agar punya kemampuan AI yang andal. Sejak Google Tensor G3, Google menyadari bahwa performa yang komprehensif itu perlu, sehingga bisa bersaing dengan SoC lain di kelas flagship.

Meski begitu, kemampuan AI dan machine learning tetap jadi yang utama. SoC yang diperkenalkan pada Oktober 2023 ini memiliki kemampuan unik untuk menunjang aktivitas pemrosesan AI dan machine learning secara natif, jauh sebelum ChatGPT marak di dunia.

Proses fitur AI berjalan tanpa harus melibatkan server, karena semua terjadi secara client-side tanpa harus mengirimkan file ke mana pun. Google Tensor G3 dapat dijumpai pada Google Pixel 8, Pixel 8 Pro, serta Pixel 8a.

Sejumlah fitur AI yang didukung ponsel tersebut adalah Magic Editor yang dapat menghapus objek tak diinginkan pada foto, Magic Audio Eraser untuk menghilangkan background noise pada suara rekaman. Ada juga Best Take yang dapat mengubah ekspresi wajah, dan fitur Recorder yang dapat menghasilkan ringkasan otomatis pada hasil rekaman suara.

Google Tensor G3 mengandalkan komponen sembilan inti prosesor. Isinya adalah satu inti Cortex X3 (2.91 GHz), empat unit Cortex A715 (2.37 GHz), serta empat inti Cortex A510 (1.7 GHz). SoC yang dibuat dengan fabrikasi 4 nm dari Samsung ini dibekali Mali-G715 MP7 yang bisa berjalan hingga 890 MHz

Dalam review GSM Arena, SoC ini mencatat skor AnTuTu v10 sebesar 1.151.243 poin. Di Geekbench 6, Tensor G3 mencetak skor single-core 1.766 dan multi-core 4.492.

Sementara, itu hasil tes GPU-nya di 3DMark Wild Life Vulkan 1.1 adalah 8.476. Berikut perbandingan antara Google Tensor G3 dan Kirin T92.

Kelebihan Google Tensor G3 dibanding Kirin T92

  • Skor single-core dan multi-core lebih tinggi (1.766 vs 1.175 poin dan 4.492 vs 4.017 poin).
  • Proses manufaktur lebih efisien (4 nm Samsung vs 7 nm SMIC).
  • Clock speed GPU sedikit lebih tinggi (890 MHz vs 840 MHz).
  • Skor AnTuTu v10 lebih tinggi (1.151.243 vs 1.107.102).
  • Skor 3DMark Wild Life lebih tinggi (8.476 vs 7.303).

Kekurangan Google Tensor G3 dibanding Kirin T92

  • CPU lebih mudah mengalami throttling ketika menangani beban kerja tinggi.

2. Dimensity 8300/8350

dimensity 8300

Dimensity 8300 sangat mirip dengan Dimensity 8350. Dilihat dari struktur dan kemampuannya, kedua chipset MediaTek ini tak jauh berbeda. Makanya saya masukkan saja keduanya di sini.

Baik Dimensity 8300 dan Dimensity 8350 dibangun dengan fabrikasi 4nm. Mereka memakai delapan inti CPU yang terbagi ke tiga klaster. Klaster pertama diisi oleh satu core Cortex A715 (3,35 GHz) sebagai inti primanya. Klaster kedua diisi oleh tiga core Cortex A715 (3,2 GHz) sebagai unit berperforma tinggi.

Di klaster terakhir ada empat core Cortex A510 (2,2 GHz) untuk efisiensi daya. Untuk tugas olah grafis, chipset ini didukung GPU Mali G615 MP6 dengan frekuensi 1400 MHz. Terkait kompatibilitas, Dimensity 8300 sudah bisa menggunakan RAM LPDDR5x dengan maksimal bandwidth hingga 68,2 Gbit/s.

Penyimpanan internalnya bisa pakai UFS 4.0. Di bagian multimedia, Dimensity 8300 menggunakan ISP MediaTek APU 780 yang mendukung resolusi layar hingga 2960 x 1440 piksel. Maksimal resolusi kameranya bisa sampai 320 MP dengan perekaman video 4K 60 fps. 

SoC ini juga sudah menggunakan modem 5G dengan kecepatan unduh hingga 7900 Mbps dan unggah di 4200 Mbps. Sayangnya, chipset ini masih hanya mendukung konektivitas WiFi 6 saja.

Banyak perangkat yang sudah menggunakan Dimensity 8300 ataupun Dimensity 8350. Pengguna Dimensity 8300 contohnya adalah POCO X6 Pro 5G dan Xiaomi 14T, sedangkan pemakai Dimensity 8350 di antaranya adalah OPPO Reno 13 5G dan Tecno Camon 40 Premier 5G.

Menurut review Xiaomi 14T yang dilakukan Carisinyal, Dimensity 8300 mendapatkan skor AnTuTu v10 di angka 1.202.704 poin. Sedangkan untuk GeekBench 6, skornya yaitu 1280 poin untuk single-core dan 3935 poin untuk multi-core-nya.

Adapun menurut data yang dihimpun Nano Review, Dimensity 8300 memiliki skor 3D Wild Life Performance (Vulkan) di angka 9.818. Berikut adalah komparasi antara Dimensity 8300/8350 dengan Kirin T92.

Kelebihan Dimensity 8300/8350 dibanding Kirin T92

  • Skor single-core  lebih tinggi (1.280 vs 1.175 poin).
  • Proses manufaktur lebih efisien (4 nm TSMC vs 7 nm SMIC).
  • Clock speed GPU sedikit lebih tinggi (1400 MHz vs 840 MHz).
  • Skor AnTuTu v10 lebih tinggi (1.202.704 vs 1.107.102).
  • Skor 3DMark Wild Life lebih tinggi (9.818 vs 7.303).
  • Dukungan developer terhadap gim dan aplikasi lebih banyak, sehingga relatif lebih optimal.

Kekurangan Dimensity 8300/8350 dibanding Kirin T92

  • Skor multi-core sedikit lebih rendah (3.935 vs 4.017).
  • CPU lebih mudah mengalami throttling ketika menangani beban kerja tinggi.

3. Apple A14 Bionic

apple a14 bionic_

SoC Apple A14 Bionic hadir dengan teknologi yang canggih. Hal ini bukanlah isapan jempol semata, mengingat chipset ini dibangun menggunakan fabrikasi 5 nm (TSMC). Teknologi yang dipakai sudah sangat maju untuk SoC yang rilis pada 2020.

SoC ini cukup unggul karena memiliki Neural Engine 16 inti yang dapat menangani tugas-tugas terkait kecerdasan buatan. Kinerja machine learning di dari Neural Engine di SoC ini disebut meningkat 80 persen dibanding A13 Bionic. Peningkatan lainnya ada di kemampuan CPU yakni 40 persen, serta GPU 30 persen dibanding Apple A12.

Selain Neural Engine, Apple A14 Bionic mengandung CPU enam core, GPU empat core (1.278 MHz), ISP dengan kemampuan perekaman video 4K 60 fps, cip konektivitas untuk WiFi dan Bluetooth, serta modem internal 5G.

Enam core CPU di SoC ini terbagi menjadi dua klaster. Klaster pertama berisi dua inti performa berkode Firestorm (3,1 GHz). Klaster keduanya berisi empat inti efisiensi yang disebut Icestrom (1,8 GHz).

Apple A14 Bionic sudah digunakan di iPad Air 2020. SoC ini juga mengotaki semua iPhone 12 Series, mulai iPhone 12, iPhone 12 Mini, iPhone 12 Pro dan iPhone 12 Pro Max.

Menurut nanoreview, Apple A14 mampu mencetak skor AnTuTu v10 1.095.315. Sedangkan pada pengujian CPU di Geekbench 6, skor yang didapat adalah 2.079 untuk single-core dan 4.779 buat multi-core. Adapun skor kemampuan GPU di 3DMark Wild Life mencapai 7.655.

Sebagai catatan, membandingkan Apple A14 Bionic dan Kirin T92 sebenarnya kurang fair. Pasalnya, mereka berjalan di sistem operasi yang berbeda. Karena itu, perbandingan di sini adalah hanya untuk melihat kemampuan kasarnya.

Bukan untuk melihat mana yang punya performa terbaik di kondisi nyata. Berikut adalah perbandingan antara Apple A14 Bionic dan Kirin T92.

Kelebihan Apple A14 Bionic dibanding Kirin T92

  • Clock speed CPU lebih tinggi (3,1 GHz vs 2,5 GHz).
  • Skor single-core dan multi-core lebih tinggi (2.079 vs 1.175 poin dan 4.779 vs 4.017).
  • Proses manufaktur lebih efisien (5 nm TSMC vs 7 nm SMIC).
  • Skor 3DMark Wild Life lebih tinggi (7.655 vs 7.303).
  • Dukungan developer terhadap gim dan aplikasi lebih banyak, sehingga relatif lebih optimal.

Kekurangan Apple A14 Bionic dibanding Kirin T92

  • Skor AnTuTu v10 lebih rendah (1.095.315 vs 1.107.102).

4. Exynos 1580

Samsung Galaxy A56 5G

Samsung memperkenalkan Exynos 1580 pada Oktober 2024. Namun, debut SoC ini baru terjadi pada Maret 2025 dengan mengotaki Samsung Galaxy A56. Sebulan sesudahnya, Galaxy Tab S10 FE dan Galaxy Tab S10 FE+ hadir dengan SoC ini.

Exynos 1580 merupakan SoC kelas menengah pertama Samsung yang memakai arsitektur RDNA3. Arsitektur rancangan AMD tersebut menjadi dasar dalam pembuatan GPU Xclipse 540. Sejumlah komponen lain juga tersemat di SoC 4 nm ini.

Di bagian CPU, ada satu prime core Cortex A720 (2,9 GHz), tiga performance core Cortex A720 (2,6 GHz), dan empat efficiency core Cortex A520 (1,95 GHz). Ada juga NPU dengan kemampuan 14,7 TOPS, ISP yang mendukung kamera 200 MP, cip konektivitas untuk WiFi 6e dan Bluetooth 5.4, serta modem internal 5G.

Exynos 1580 sudah mendukung RAM LPDDR5 dan penyimpanan internal UFS 3.1. Dengan melihat komponen yang terpasang, Samsung tampaknya menggenjot performa dan efisiensi daya.

Maklum, pendahulunya yakni Exynos 1480, masih terpaku pada mikroarsitektur Cortex A78 dan Cortex A55. Efisiensi GPU-nya juga naik 37 persen dibanding Xclipse 530 di Exynos 1480.

Dalam pengujian GSM Arena terhadap Galaxy A56, Exynos 1580 memperoleh skor AnTuTu v10 sebesar 908.689. Skor kemampuan CPU yang didapat melalui Geekbench 6 adalah 1.364 di single-core-nya berikut multi-core 3.899.

Menurut Notebook Check, SoC ini dapatkan rerata skor 3DMark Wild Life Unlimited di angka 5.211. Berikut adalah perbandingan antara Exynos 1580 dan Kirin T92.

Kelebihan Snapdragon Exynos 1580 dibanding Kirin T92

  • Clock speed CPU lebih tinggi (2,9 GHz vs 2,5 GHz).
  • Clock speed GPU lebih tinggi (1.300 MHz vs 840 MHz).
  • Skor single-core lebih tinggi (1.364 vs 1.175 poin).
  • Proses manufaktur lebih efisien (4 nm Samsung vs 7 nm SMIC).

Kekurangan Exynos 1580 dibanding Kirin T92

  • Skor multi-core lebih rendah (3.899 vs 4.017 poin).
  • Skor 3DMark Wild Life lebih rendah (5.211 vs 7.303).
  • Skor AnTuTu v10 lebih rendah (908.689 vs 1.107.102).

5. Snapdragon 7+ Gen 2

Snapdragon 7+ Gen 2

Snapdragon 7+ Gen 2 ini dibangun pada fabrikasi 4 nm dari TSMC dan didukung dengan arsitektur ARMv9-A. SoC rilisan Maret 2023 ini mengandung sebanyak 10,2 miliar transistor dan berjalan pada TDP (Thermal Design Power sebesar 6 W.

Di dalamnya, terdapat sebanyak delapan inti prosesor berisikan satu prime core Cortex X2 (2,91 GHz), tiga inti high performance unit Cortex A710 (2,49 GHz), hingga empat inti hemat daya Cortex A510 (1.8 GHz).

Tidak lupa, disediakan juga sebuah kartu pengolah grafis berkekuatan tinggi yang dinamakan Adreno 725, berlari pada frekuensi 580 MHz dan memiliki dua unit eksekusi.

Snapdragon 7+ Gen 2 turut dibekali sejumlah keistimewaan, seperti Snapdragon Elite Gaming untuk tampilan gambar yang lebih detail dan realistis, dukungan meninggikan resolusi dari 1080p ke 4K melalui AI, Triple ISP 18-bit dengan dukungan resolusi kamera hingga 200 MP, serta mendukung resolusi layar hingga 3360 x 1600 piksel.

Menilik hasil skor benchmark-nya di Nano Review, Snapdragon 7+ Gen 2 meraih angka 1.124.140 poin pada AnTuTu v10. Pada Geekbench 6, Snapdragon 7+ Gen 2 meraih skor 1.697 poin pada single core serta skor 4.404 poin pada multi-core.

Skor kemampuan grafisnya di 3DMark Wild Life (Vulkan) adalah 7.530. Snapdragon 7+ Gen 2 bisa Anda temukan pada HP kelas menengah seperti POCO F5. Berikut adalah perbandingan Snapdragon 7+ Gen 2 dan Kirin T92.

Kelebihan Snapdragon 7+ Gen 2 dibanding Kirin T92

  • Clock speed CPU lebih tinggi (2,91 GHz vs 2,5 GHz).
  • Skor single-core dan multi-core lebih tinggi (1.697 vs 1.175 poin dan 4.404 vs 4.017).
  • Proses manufaktur lebih efisien (4 nm TSMC vs 7 nm SMIC).
  • Skor 3DMark Wild Life lebih tinggi (7.530 vs 7.303).
  • Skor AnTuTu v10 unggul tipis (1.124.140 vs 1.107.102).
  • Dukungan developer terhadap gim dan aplikasi lebih banyak, sehingga relatif lebih optimal.

Kekurangan Snapdragon 7+ Gen 2 dibanding Kirin T92

  • CPU lebih mudah throttling dalam 30 menit pertama uji (70-an persen vs 80-an persen)

Lima SoC yang saya sebutkan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seluruhnya berasal dari kelas flagship, ada juga yang kelas menengah atas. Saya pikir Kirin T92 ada di posisi itu, antara kelas flagship dan kelas menengah atas.

Performanya pun cukup tinggi kendati clock speed dan proses manufaktur yang dipakai tertinggal. Hal yang patut diapresiasi adalah optimasi Huawei hingga membuat Kirin T92 relatif stabil. Semoga informasi soal Kirin T92 dan SoC yang setara ini dapat menjadi inspirasi.

Kategori:

cross