Inilah Negara Asal Berbagai Brand HP Populer di Indonesia
Telepon genggam atau lebih familier disebut handphone (HP) telah menjadi perangkat yang tak tergantikan bagi manusia. Apa pun urusannya, di mana pun tempatnya, HP selalu jadi solusi pertama yang dituju. Tak heran bila sebagian orang meyakini bahwa HP adalah salah satu benda yang paling berarti dalam hidup.
Sejak muncul pertama kali pada abad ke-20, HP mengalami transformasi bentuk dan kegunaan. Dulu sebuah HP punya antena dan banyak tombol. Kini perangkat telekomunikasi ini hanya berupa sebentang layar dengan dua sampai tiga tombol saja.
Yang semula hanya bisa untuk menelepon dan mengirim SMS, kini bisa memotret, merekam, dan mengendalikan perangkat lain. Perubahan-perubahan itu tentu muncul berkat dedikasi berbagai brand untuk melakukan inovasi.
Dalam artikel ini, Carisinyal akan membahas negara asal brand-brand yang memproduksi HP. Mayoritas brand yang disebutkan di daftar ini masih aktif dan pernah memasarkan produknya di Indonesia. Berikut dapat Anda simak daftarnya sampai habis.
Amerika Serikat
1. Apple

Apple semula adalah perusahaan komputer, mesin printer, dan periferal. Perusahaan yang berbasis di California, Amerika Serikat ini, punya tokoh kunci Steve Jobs, Steve Wozniak, dan Ronald Wayne. Namun, kejadian yang menimpa perusahaan pada dekade 90-an mengubah Apple seutuhnya.
Kejadian itu adalah merosotnya pangsa pasar Apple karena duopoli Windows dan Intel yang menciptakan komputer dengan harga miring. Apple akhirnya mencoba peruntungan dengan melakukan diversifikasi produk ketika memasuki era 2000-an. Salah satu yang mereka ciptakan adalah ponsel iPhone.
HP tersebut meluncur kali pertama di dunia pada 2007. iPhone menggebrak dunia karena membuang ciri khas ponsel zaman itu, yakni keberadaan keypad. Selain tampil beda, iPhone semakin diminati lantaran tampilannya sederhana, aman, dan memiliki performa yang andal untuk jangka waktu lama.
2. Google Pixel

Google tak pernah berambisi memiliki divisi hardware sejak mengakuisisi Android pada 2005. Sampai akhirnya, mereka membeli Motorola Mobility pada 2011. Motorola berada dalam masa sulit dan Google datang sebagai penyelamat. Hanya, keputusan Google meminang Motorola menimbulkan kecemburuan bagi brand lain.
Brand lain menilai Google sebagai pengembang Android akan menganakemaskan Motorola. Atas dasar itu, Google menjual Motorola ke Lenovo pada 2014. Beberapa tahun berselang, Google berubah pikiran. Mereka ingin membikin ponsel sendiri. Google sebenarnya sudah punya Nexus, tetapi pembuatannya melibatkan berbagai brand lain.
Keinginan Google akhirnya terwujud setelah mengakuisisi divisi smartphone HTC pada 2017. Merek Nexus pun dipensiunkan dan diganti dengan Pixel. Performa Pixel relatif stabil karena hardware dan software-nya dibuat sendiri oleh Google. HP ini bahkan juga diperkuat SoC rancangan Google sendiri yang namanya Tensor.
3. Motorola Mobility

Bersama Nokia, Motorola Mobility adalah perusahaan pembuat HP paling tua dan masih aktif. Perjalanan awal Motorola dimulai sebelum perang dunia kedua. Kala itu, mereka menciptakan komponen untuk radio dan berlanjut radio untuk mobil.
Bisnis telepon dan ponsel baru mereka mulai pada 1970-an. Motorola lantas semakin tenar sejak produknya jadi salah satu pilihan utama konsumen pada 80-an hingga awal 2000-an. Saat Android baru menjejakkan kakinya di dunia, Motorola jadi salah satu brand awal yang mengadopsinya.
Namun, di waktu yang sama, Motorola mengalami masalah finansial. Berbagai solusi pun ditempuh. Dimulai dari memecah perusahaan menjadi dua perusahaan terpisah, yakni Motorola Mobility dan Motorola Solutions (perusahaan keamanan), lalu dilanjutkan dengan menjual saham ke Google (2011) dan berakhir dibeli Lenovo pada 2014.
Cina/Tiongkok
1. Huawei

Huawei berdiri pada 1987. Ia didirikan oleh seorang insinyur bernama Ren Zhengfei. Sejak awal, Huawei memang memiliki visi menyediakan solusi telekomunikasi. Perjalanan mereka diawali dengan membangun jaringan telekomunikasi nasional RRC pada 80-an hingga 90-an.
Baru pada akhir 90-an mereka dipercaya membangun jaringan telekomunikasi di negara-negara Afrika dan Timur Tengah. Bisnis mereka pun melebar ke berbagai benua, termasuk Eropa. Sukses dengan bisnis jaringan, Huawei membentuk divisi smartphone pada 2003.
Ternyata divisi ini mengalami kesuksesan hingga Huawei mesti menghadapi perang dagang Cina-AS pada 2019. Gara-gara perang tersebut, Huawei dilarang memakai teknologi dari Amerika Serikat, dan tak boleh menjual produknya ke sejumlah negara. Smartphone masih dibuat oleh Huawei. Namun, konsentrasi mereka beralih ke gawai lain seperti laptop dan wearable device.
2. Lenovo

Lenovo mulai berjualan HP sejak 2000-an. Namun, karena ingin fokus ke industri laptop, divisi ponsel Lenovo dijual pada 2008. Baru setahun dijual, Lenovo berubah pikiran. Mereka pun kembali membeli divisi smartphone yang sebelumnya mereka jual.
Salah satu hal yang membuat mereka kembali berjualan smartphone adalah ingin menyaingi Samsung. Samsung sudah menguasai pasar smartphone Cina saat masa-masa awal Android dikenal. Perkembangan Lenovo ternyata sangat pesat. Mereka bahkan membeli Motorola Mobility pada 2014 untuk memperkuat pangsa pasar.
Upaya Lenovo untuk melebarkan sayap ditempuh dengan menciptakan beragam segmen, mengakuisisi sejumlah brand, dan menciptakan sub-brand. Namun, hanya Motorola yang eksis. Sementara itu, Lenovo juga memproduksi HP untuk segmen gaming mulai 2020. Namanya adalah Lenovo Legion, sama seperti laptop seri gaming mereka.
3. Xiaomi

Xiaomi dibentuk pada 2010. Brand ini dikenal dengan produk berspesifikasi mumpuni yang harganya bersahabat. Namun, perlu Anda tahu, awalnya Xiaomi tidak menciptakan HP, melainkan antarmuka MIUI. Pada masa awal Android muncul, MIUI jadi salah satu pilihan favorit mereka yang suka meng-custom ROM.
Xiaomi mulai berjualan ponsel sejak meluncurkan Xiaomi Mi 1 pada 2011. HP ini ludes terjual di Cina melalui flash sale, sebuah cara penjualan yang kemudian ditiru oleh banyak produsen smartphone. Dalam satu dekade setelah peluncuran Mi 1, Xiaomi mengalami perkembangan pesat.
Mereka tidak cuma menjual HP murah, tapi juga flagship papan atas. Bahkan, mereka juga menciptakan submerek POCO, membuat Redmi menjadi perusahaan independen, dan berinvestasi pada start-up HP gaming Black Shark. Pangsa pasar Xiaomi secara global berada di urutan ketiga pada 2022.
4. OPPO

OPPO lahir pada 2004, sembilan tahun setelah - BBK Group - induk perusahaannya berdiri. Pada 2000-an HP OPPO tidak begitu familier mengingat penjualannya hanya berada di Cina. Namun, sejak merilis OPPO N1 pada 2013, brand yang satu ini mendapat perhatian dari publik luas. OPPO N1 adalah HP Android pertama mereka.
Slogan yang membekas di benak masyarakat mengenai OPPO adalah "Selfie Expert". Slogan ini sejalan dengan produk awal mereka yang mengedepankan kemampuan kamera depan yang unggul. Namun, lambat laun, OPPO beralih visi untuk menciptakan ponsel yang mumpuni di berbagai hal.
Portofolio smartphone OPPO cukup luas. Seri A untuk ponsel kelas entri dan menengah, Reno buat ponsel kelas menengah dan menengah premium, serta Find X untuk ponsel kelas atas. OPPO memiliki anak perusahaan yang juga memproduksi ponsel. Namanya adalah OnePlus.
5. vivo

vivo merupakan keluarga dari OPPO karena sama-sama berada di bawah naungan BBK Group. Namun, usia vivo jauh lebih muda. Ia berdiri pada 2011, tetapi langsung merangsek ke pasar global. Strategi penjualan vivo mirip seperti OPPO, yakni memperkuat jaringan toko ritel.
Mereka juga beberapa kali mengadakan acara besar dalam rangka memperkenalkan produk baru. vivo kondang sebagai HP dengan kemampuan kamera selfie yang unggul. Namun, seiring perkembangan, mereka berupaya menciptakan HP dengan kemampuan merata, termasuk meningkatkan kemampuan kamera belakang.
Salah satu upaya yang mereka tempuh adalah menggandeng produsen lensa kamera Zeiss, dan menciptakan chip pemrosesan gambar sendiri. Kini vivo telah menjual produk mereka ke lebih dari 60 negara di dunia. Adapun vivo memiliki submerek bernama IQOO yang lahir pada 2019. Submerek ini menciptakan HP dengan performa tinggi.
6. realme

realme lahir dari rahim OPPO. Ia dibentuk oleh Sky Li, mantan petinggi OPPO, pada 2018. realme muncul sebagai alternatif dari OPPO, tetapi dengan harga yang lebih masuk akal. Pada awal berdiri, realme masih mempergunakan sumberdaya OPPO, termasuk menggunakan antarmuka ColorOS.
Perlahan-lahan realme jadi brand yang mandiri, seiring meluasnya pasar mereka ke berbagai negara. Hingga 2022, realme telah masuk ke pasar India, Asia Tenggara, Asia Selatan, Eropa, dan tentu saja negara asal mereka yaitu Cina. Berbagai segmen HP ditawarkan oleh realme.
Misalnya, seri C untuk HP kelas entri, seri angka untuk HP kelas menengah dan menengah atas, serta realme GT buat HP flagship. Ada juga seri narzo yang dijual khusus via distribusi online.
7. Meizu

Meizu pernah menjadi salah satu brand yang mewarnai pasar smartphone Indonesia. Namun, eksistensi mereka usai sebelum Indonesia terjamah teknologi 5G. Meizu, yang berdiri pada 2003, awalnya dikenal sebagai produsen MP3 dan MP4 player. Lima tahun sesudahnya, mereka berkembang dan mulai menjual ponsel.
Pada 2011, smartphone pertama mereka, Meizu M9, meluncur di Cina. Kesuksesan besar langsung diraih Meizu. Perjalanan pun berlanjut ketika mereka memutuskan untuk terjun ke segmen flagship pada 2015 melalui seri Pro. Seri ini menemani seri M (kelas entri) dan seri MX (kelas menengah) yang telah lebih dahulu ada.
Seri Pro kemudian dilanjutkan dengan seri angka seperti Meizu 18s Pro dan Meizu 18s. Sejak meluncurkan seri flagship, Meizu kalah saing dengan brand Cina lain. Itulah salah satu alasan mereka cabut dari Indonesia. Kuangan yang sulit membuat perusahaan ini akhirnya dijual ke produsen mobil Geely pada 2022.
8. OnePlus

OnePlus juga pernah mencicipi pasar HP Indonesia. Produk mereka beredar secara resmi di Indonesia pada periode 2015-2016. Persyaratan TKDN yang cukup berat jadi alasan brand ini hengkang. Maklum, saat itu OnePlus belum punya sumber daya yang kuat seperti sekarang.
OnePlus baru berdiri pada 2013. Perusahaan ini diinisiasi oleh dua pemuda bertalenta, yakni Pete Lau dan Carl Pei. Dua orang tersebut merupakan mantan petinggi OPPO. Dengan slogan "Never Settle", OnePlus menawarkan produk berspesifikasi tinggi, sistem operasi yang bersih, dan harga menarik.
Anak perusahaan dari OPPO ini awalnya memakai custom ROM favorit di masanya, yakni Cyanogen Mod, sebagai antarmuka. Namun, sejak Cyanogen Mod ditinggalkan pengembangnya, OnePlus membikin antarmuka OxygenOS yang sama bersihnya. Kini portofolio HP OnePlus meluas ke segmen entri dan menengah.
9. Coolpad

Usia peredaran HP Coolpad di Indonesia cukup singkat. Perjuangan mereka di Indonesia hanya berlangsung selama tiga tahun, tepatnya pada 2015-2018. Padahal, produk yang mereka tawarkan dijual dengan harga kompetitif. Banyaknya merek yang masuk di Indonesia pada periode itu membuat Coolpad pergi.
Coolpad awalnya memiliki nama Yulong. Brand ini memproduksi benda bernama pager pada 90-an. Nama perusahaan lalu berubah jadi Coolpad pada 2002. Tahun itu pun ditandai dengan produksi ponsel untuk kali pertama bagi mereka. Coolpad pernah jadi perusahaan dengan kesuksesan besar pada 2012.
Brand HP ini selalu jadi pilihan bagi orang Cina saat itu, setelah Huawei, Lenovo, dan ZTE. Saat memasuki era 5G, nama mereka tidak begitu terdengar. Meski begitu, mereka masih mengedarkan produk di negara asal mereka dan di Amerika Serikat.