Ini 5 Chipset yang Setara Exynos 2400 dan 2400e
Exynos 2400 merupakan chipset yang dirilis pada tahun 2024 bersamaan dengan perilisan seri Samsung Galaxy 24. Beberapa bulan kemudian, Exynos 2400e juga dirilis bersamaan dengan munculnya Samsung Galaxy S24 FE.
Exynos 2400 dan Exynos 2400e bisa dibilang merupakan cip yang agak mirip. Namun, keduanya jelas punya perbedaan. Perbedaannya di bagian kecepatan prosesor unit prima Cortex X4 yang di Exynos 2400e sedikit lebih rendah.
Exynos 2400 dibekali sepuluh inti prosesor, dua inti lebih banyak dari mayoritas pesaingnya. Di antara sepuluh inti tersebut adalah satu unit prima Cortex X4 (3.21 GHz), lima inti Cortex A720 (dua unit pada 2.9 GHz dan tiga unit pada 2.6 GHz), serta empat inti Cortex A520 (2 GHz).
Exynos 2400e punya spesifikasi mirip. Hanya saja, satu unit prima Cortex X4-nya hanya punya kecepatan 3,11 GHz. Bisa dibilang, Exynos 2400e ini punya penurunan kecepatan sekitar 5 sampai 10 persen saja. Karena itu, bisa dibilang, perbedaan performa kedua cip ini tidak terlalu signifikan.
Kedua cip sendiri hadir dengan fabrikasi 4 nm (Samsung). Keduanya punya grafis Samsung Xclipse 940 dengan kecedpatan frekuensi 1.009 MHz.
Samsung menyebutkan bahwa performa CPU di chip ini meningkat sebanyak 70 persen dibanding Exynos 2200. Selain itu, GPU yang berbasiskan AMD RDNA 3 pada chipset mendukung fitur ray tracing, sehingga tampilan refleksi cahaya dan bayangan akan terlihat lebih nyata.
Pertanyaan selanjutnya, kira-kira, chipset apa yang bisa dianggap setara dengan Exynos 2400 dan 2400e ini? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silakan simak daftar chipset yang bisa menyaingi atau berada dalam kelas yang sama dengan keduanya.
1. Snapdragon 8 Gen 3

Mungkin sudah langsung bisa ditebak bahwa Snapdragon 8 Gen 3 adalah chipset yang paling setara dengan Exynos 2400. Bagaimana tidak? Karena selain menawarkan Galaxy S24 series dalam versi Exynos 2400 di wilayah tertentu, Samsung juga menyediakan varian Snapdragon 8 Gen 3 pada produk flagship terbaru mereka di 2024.
Snapdragon 8 Gen 3 dibangun pada fabrikasi 4 nm TSMC yang rilis pada Oktober 2023. Chipset ini dibekali satu unit Cortex X4 (3.3 GHz), tiga inti Cortex A720 (3.15 GHz), dua unit Cortex A720 (2.96 GHz), serta dua inti Cortex A520 (2.26 GHz).
Salah satu fitur terbaru chipset Qualcomm tersebut adalah kemampuan generative AI dengan bantuan NPU Hexagon baru, diklaim 98 persen lebih kencang dan 40 persen lebih hemat daya dibandingkan Snapdragon 8 Gen 2.
Dengan NPU terbaru tersebut, sebuah ponsel dapat mengusung fitur-fitur unik berbasiskan AI yang kini sedang berseliweran di mana-mana, seperti menghapus objek dari video atau melakukan image generate pada latar belakang.
Tak cuma itu, Snapdragon 8 Gen 3 juga dibekali kemampuan ray tracing yang meningkat dari sebelumnya. GPU Adreno 750 miliknya disinyalir punya kemampuan ray tracing yang 50 persen lebih baik dari Adreno 740 pada cip generasi pendahulu.
Snapdragon 8 Gen 3 sanggup meraih skor AnTuTu v10 sebesar 2.079.542 poin. Angka yang sangat fantastis dan belum pernah diraih sebelumnya pada industri HP Android. Sementara, penilaian Geekbench 6 miliknya mencatatkan angka 2181 poin untuk single core dan 7250 poin untuk multi-core.
2. Dimensity 9300

Kalau dari kubu MediaTek, chipset yang setara Exynos 2400 adalah Dimensity 9300. Chipset ini juga merupakan salah satu pesaing terberat Snapdragon 8 Gen 3, bahkan spesifikasi CPU-nya sempat membuat saya takjub lantaran semua prosesornya merupakan unit high performance.
Ya, betul. Pada Dimensity 9300, tidak ditemukan sama sekali Cortex A5x sebagai penanda inti efisiensi daya. Tampaknya MediaTek benar-benar ingin full ngegas untuk dapat menyaingi si rivalnya itu.
Di saat Snapdragon 8 Gen 3 diumumkan pada Oktober 2023, Dimensity 9300 baru menginjakkan kakinya ke industri smartphone pada November 2023. Cip ini dibangun pada fabrikasi 4 nm dengan empat unit Cortex X4 (satu unit pada 3.25 GHz dan tiga unit pada 2.85 GHz), serta empat inti Cortex A720 (2 GHz).
Untuk pengolah grafisnya, Dimensity 9300 menggunakan GPU ARM Immortalis G720 yang memiliki jumlah inti sebanyak 12, sedikit meningkat dari generasi sebelumnya yang punya 11 inti. MediaTek mengklaim GPU ini punya kinerja grafis yang 23 persen lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Satu masalah yang saya khawatirkan soal chipset ini adalah: "bagaimana dengan efisiensi dayanya?". Sebab, semua rivalnya masih dipasangkan dengan Cortex A5x yang berfokus pada performa baterai. Cuman Dimensity 9300 yang beda sendiri.
Untuk menjawabnya, MediaTek pun mengeluarkan statement bahwa penggunaan Cortex A720 justru akan lebih efisien lantaran bisa mengerjakan segala suatunya dengan lebih cepat. Jadi begitu pekerjaan diselesaikan dengan cepat, unit akan segera berhenti bekerja dan itu bisa membuat baterai jadi lebih awet.
Seperti Snapdragon 8 Gen 3 dan Exynos 2400, chipset ini juga mendukung ray tracing berbasiskan akselerasi hardware. Kinerja ray tracing ini meningkat 46 persen dari sebelumnya, juga menawarkan efisiensi daya yang 40 persen lebih baik.
Dimensity 9300 juga tidak mau kalah dengan pesaingnya dalam hal kemampuan AI. Ya, chipset ini turut dibekali APU 790 yang mendukung AI generatif untuk dapat melakukan generasi gambar AI.
Untuk dukungan konektivitas dan multimedia, Dimensity 9300 dukung layar beresolusi WQHD pada refresh rate 180 Hz atau 4K pada 120 Hz, koneksi 5G dengan kecepatan unduh 7 Gbps, Wi-Fi 7, dan juga pemotretan HDR pada 4K.
Dalam pengujian benchmark sintetis, Dimensity 9300 sanggup meraih nilai 2.248.162 poin pada AnTuTu v10 dan juga 2221 poin (single core) serta 7521 poin (multi-core) pada Geekbench 6, dilansir dari Nano Review.
3. Apple A17 Pro

Kalau ditanya saingan Samsung Galaxy S24 series yang paling berat, mungkin semua akan setuju kalau jawabannya adalah iPhone 15 series. Terutama, varian Pro dan Pro Max-nya.
Bukan tanpa sebab, varian iPhone 15 Pro dan Pro Max ditopang dengan chipset Apple A17 Pro yang merupakan generasi cip terbaru dari Apple di awal tahun 2024.
Apple A17 Pro merupakan chipset pertama di dunia yang bawakan teknologi fabrikasi 3 nm dari TSMC. Lebih kecil dari mayoritas pesaingnya yang mentok di 4 nm.
Berkat fabrikasi 3 nm tersebut, Apple A17 Pro sanggup mengantongi sebanyak 19 miliar transistor di dalamnya. Angka ini tiga miliar lebih tinggi dari jumlah transistor pada Apple A16.
Apple A17 Pro terdiri atas konfigurasi enam inti prosesor (hexa core) yang mencakup mikroarsitektur Everest dan Sawtooth (empat inti efisiensi daya dan dua inti performa).
Sebagai kartu pengolah grafisnya, terdapat GPU bernama Pro Class yang disinyalir punya kinerja 20 persen lebih baik. GPU ini tentu sudah mendukung fitur ray tracing secara hardware untuk tingkatkan kualitas pencahayaan dalam gim.
Mesin saraf alias neural engine pada chipset ini juga diklaim mampu melakukan sebanyak 35 triliun pengoperasian setiap detiknya (TOPs). Selain itu, terdapat teknologi dekoder AV1 yang dapat menangani video dengan kualitas tinggi.
Skor AnTuTu v10 pada Apple A17 Pro adalah senilai 1.534.402 poin. Namun perlu diingat, skor ini tidak dapat dikomparasi dengan skor perangkat Android, ya. Kalau mau di-compare sebaiknya mengacu ke Geekbench 6 yang cross-platform. Diketahui, Apple A17 Pro meraih nilai 2930 poin pada single core dan 7430 poin pada multi-core.
4. Google Tensor G3

Secara performa, Google Tensor G3 memang tidak sebaik Exynos 2400 maupun Snapdragon 8 Gen 3 dan Dimensity 9300. Namun, soal kemampuan machine learning-nya, ia adalah salah satu yang terbaik.
Bahkan, pertama kalinya saya mengenal ada fitur magic eraser adalah dari produk-produk Google Pixel. Dengan Google Tensor G3, fitur-fitur AI seperti menghilangkan objek tak diinginkan pada gambar atau menghilangkan blur pada foto jepretan kamera jadul.
Google Tensor G3 adalah cip yang digunakan Google Pixel 8 dan Google Pixel 8 Pro. Proses pengerjaan AI di kedua HP tersebut berjalan secara client-side, sehingga tidak perlu mengirimkan file apa pun ke server.
Google Tensor G3 turut mendukung kemampuan memahami ucapan dan bahas natural. Itu mengapa, ponsel dengan chipset ini mampu memberikan anotasi pada panggilan telepon atau voice chat secara real time.
Pada spesifikasinya, Google Tensor G3 menghadirkan sembilan inti prosesor yang terdiri atas satu unit Cortex X3 (2.91 GHz), empat inti Cortex A715 (2.37 GHz), serta empat Cortex A510 (1.7 GHz).
Kinerja chipset berfabrikasi 4 nm Samsung ini cukup baik, yakni mencapai 1.099.191 poin pada skor AnTuTu v10. Adapun pada pengujian Geekbench 6, cip Google ini dapat raih 1762 poin single core dan 4469 poin multi-core.
5. Dimensity 8450

MediaTek Dimensity 8450 adalah SoC 5G kelas premium yang menonjol di video, AI, dan efisiensi. Chip ini memakai desain “All Big Core” delapan inti Arm Cortex-A725 (tanpa core kecil) dengan cache L2/L3/SLC yang lebih besar.
Menurut MediaTek, konfigurasi tersebut mampu meningkatkan performa multi-core hingga 41% sekaligus menurunkan konsumsi daya hingga 44% dibanding generasi sebelumnya.
GPU-nya menggunakan Mali-G720 MC7 yang mendukung fitur gaming HyperEngine terbaru, sementara NPU 880 dipadukan dengan Dimensity Agentic AI Engine untuk generatif AI on-device (LLM/SLM/LMM), akselerasi Stable Diffusion, dan kompresi/kuantisasi model modern.
Sisi kamera memakai Imagiq 1080 plus Dual EIS Engine sehingga membuat proses perekaman video pada resolusi 4K@60fps HDR (HLG) lebih stabil. Chipset ini juga mendukung sensor kamera sampai 320 MP, zero-lag preview/capture, dan in-sensor zoom dengan 100% PDAF.
Secara keseluruhan, Dimensity 8450 tampak menyasar ponsel menengah ke atas hingga flagship yang membutuhkan kualitas perekaman video yang baik, pengalaman gaming hemat daya, dan fitur AI on-device yang matang
Nah, itulah daftar chipset pesaing dari Exynos 2400 yang berasal dari berbagai "kubu". Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda dalam menentukan pilihan ponsel ke depannya.
