Snapdragon 8 Elite Setara Apa? Berikut 5 SoC Pesaingnya
Lupakan Snapdragon 8 Gen 4 karena SoC dengan nama tersebut tak pernah ada. Alih-alih meneruskan format nama yang dipakai sejak Snapdragon 8 Gen 1 meluncur, Qualcomm malah mengubah nomenklatur SoC-nya.
Perubahan itu ditandai dengan hadirnya Snapdragon 8 Elite. Ia adalah SoC mobile andalan Qualcomm untuk ponsel flagship rilisan akhir 2024 dan awal 2025. Qualcomm tak menjelaskan mengapa mereka ogah pakai nama Snapdragon 8 Gen 4.
Namun, sejumlah sumber bilang bahwa Snapdragon 8 Elite digunakan untuk menegaskan bahwa ada perubahan signifikan pada SoC tersebut. Embel-embel "Elite" juga senada dengan SoC Qualcomm untuk kategori laptop dan PC, Snapdragon X Elite.
Lalu apa perubahan signifikan yang ditawarkan Qualcomm? Salah satunya adalah mikroarsitektur Oryon yang menggantikan Kryo. Qualcomm memasang CPU Oryon generasi kedua dengan jumlah delapan inti.
Dua inti pertama disebut Oryon V2 Phoenix L yang disetel clock speed 4,32 GHz. Enam inti selanjutnya adalah Oryon V2 Phoenix M dengan clock speed 3,53 GHz. Terkait apa itu Oryon, akan saya bahas lebih lengkap pada poin selanjutnya.
CPU Oryon didukung sejumlah komponen, mulai dari GPU Adreno 830 (1,1 GHz), ISP Spectra dengan dukungan kamera sampai 320 MP, NPU Hexagon, dan modem 5G Snapdragon X80. Seluruh komponen disatukan via fabrikasi 3 nm TSMC.
Snapdragon 8 Lite kompatibel dengan RAM LPDDR5X dan penyimpanan internal UFS 4.0. Ia juga mendukung konektivitas 5G (Sub6, mmWave), WiFi 7, dan Bluetooth 6.0.
Qualcomm menjanjikan peningkatan kemampuan CPU sebesar 45 persen dengan peningkatan efisiensi 44 persen. Pada sektor GPU, performa dan efisiensinya meningkatn 40 persen.
Kemampuan ray tracing-nya naik 35 persen berkat dukungan Unreal Engine 5.3 dan teknologi Nanite. Selain itu, SoC ini juga lebih baik 45 persen dibanding pendahulunya dalam menangani tugas-tugas AI.
Tata Kerja CPU Oryon
Pada gelaran Snapdragon Summit 2022, Qualcomm mengumumkan sedang mengembangkan CPU yang memakai mikroarsitektur Oryon. SoC dengan CPU Oryon dipersiapkan untuk berbagai segmen produk, mulai dari PC, laptop, smartphone, tablet, hingga mobil pintar.
Oryon sebelumnya telah dikembangkan oleh NUVIA, startup bidang teknologi yang dibentuk oleh mantan karyawan Apple dan beberapa insinyur berpengalaman. Pengembangannya kemudian dilanjutkan oleh Qualcomm yang mengakuisisi NUVIA pada 2021.
Oryon pada dasarnya mirip seperti Kryo. Sama-sama CPU semi-custom yang mengambil basis arsitektur ARM. Dalam hal ini, Oryon mengambil basis arsitektur ARMv8.7-A.
Namun, untuk urusan konstruksi dan prinsip kerja, Oryon berbeda. Di dalam CPU Oryon, tak ada lagi inti CPU yang didedikasikan untuk efisiensi. Konstruksi ini mirip seperti SoC rival yakni MediaTek Dimensity 9300 dan Dimensity 9400.
Dalam Snapdragon 8 Elite, inti CPU terbagi menjadi dua klaster. Klaster pertama berisi dua inti prima Oryon V2 Phoenix L dan klaster kedua berisi enam inti performa Oryon V2 Phoenix M. Jadi benar-benar tak ada inti efisiensi yang biasanya dipakai untuk menangani pekerjaan ringan.
Cara SoC ini untuk menghemat daya adalah dengan mematikan inti CPU yang tidak diperlukan. Tiap klaster memiliki pengontrol yang bertugas untuk mematikan atau mengaktifkan inti CPU sesuai kebutuhan. Klaster pertama dan klaster kedua bahkan bisa bekerja bersamaan saat benar-benar diperlukan.
Cara tersebut diklaim lebih hemat daya ketimbang mengandalkan inti efisiensi, misalnya seperti Cortex A5x. Di sisi lain, fabrikasi 3 nm (TSMC) yang sudah sangat modern juga berpengaruh terhadap efisiensi daya Snapdragon 8 Elite.
Menurut kanal YouTube Geekerwan, inti Oryon V2 Phoenix L pada Snapdragon 8 Elite sedikit lebih efisien ketimbang Cortex X925 yang dipakai Dimensity 9400. Sementara itu, secara multi-core, efisiensi Oryon V2 Phoenix M lebih baik dari Dimensity 9400 dan hampir setara dengan Apple A18 Pro.
Untuk mencapai full power, Snapdragon 8 Elite memerlukan daya sekitar 6 Watt. Jauh lebih sedikit ketimbang Snapdragon 8 Gen 3 yang butuh sekitar 11 Watt.
Contoh Smartphone dengan Snapdragon 8 Elite dan Skor Benchmark-nya
Sejumlah ponsel rilisan akhir 2024 telah menggunakan SoC Snapdragon 8 Elite. Di antaranya adalah Xiaomi 15 Pro, realme GT7 Pro, iQOO 13 (rilis di Indonesia pada November 2024), dan ASUS ROG Phone 9. Samsung Galaxy S25 Ultra menyusul pada 2025.
Untuk mengetahui seperti apa kehebatan Snapdragon 8 Elite, kita perlu melihat potensinya lewat uji benchmark sintetis. Saya pun mengambil contoh realme GT 7 Pro yang telah diuji GSM Arena.
realme GT7 Pro dengan Snapdragon 8 Elite-nya catatkan skor AnTuTu v10 sebesar 2.746.604. Pada Geekbench 6, ia meraih skor 3.127 pada skenario single-core dan 9.509 pada skenario multi-core. Skor kemampuan grafisnya yakni 6.360 pada 3DMark Wild Life Extreme (2160p).
Dalam tes CPU Throttling, realme GT7 Pro dapat mempertahankan kemampuan CPU di angka 55 persen dari performa puncak. Sementara itu, kestabilan performa GPU-nya di 3DMark Wild Life Extreme Test ada di angka 71 persen.
Ketahanan performa SoC memang agak bias. Pasalnya, sistem termal bikinan masing-masing produsen ponsel sangat berpengaruh. Namun, di kondisi nyata, beban kerja tentu tak pernah setinggi di tes benchmark sintetis.
Kanal GadgetByte memperlihatkan bahwa realme GT7 Pro sangat mumpuni menjalankan gim Genshin Impact pada setelan grafis tertinggi (Highest - 60 fps). Rerata frame rate yang diraih sang ponsel adalah 60,11 fps.
Snapdragon 8 Elite menjanjikan performa tinggi untuk menangani pekerjaan serius. Namun, ia tak sendiri, terdapat beberapa SoC lain yang performanya mirip bahkan menyamai Snapdragon 8 Elite.
Chipset Pesaing yang Setara dengan Snapdragon 8 Elite
Yang paling dekat dengan Snapdragon 8 Elite adalah Dimensity 9400 rancangan MediaTek. Bisa dibilang ia adalah rival utama Snapdragon 8 Elite. Meski begitu, masih ada beberapa SoC yang kinerjanya mendekati keduanya. Simak selengkapnya di bawah.
1. Dimensity 9400
MediaTek merilis Dimensity 9400 pada Oktober 2004. SoC ini lahir dengan melanjutkan warisan Dimensity 9300 yakni CPU tanpa inti efiiensi. CPU dalam Dimensity 9400 berisi delapan inti.
Rinciannya adalah 1 core Cortex X925 (3,62 GHz), 3 core Cortex X4 (3,3 GHz), dan 4 core Cortex A720 (2,4 GHz). Yang paling baru dari tiga jenis core itu adalah Cortex X925. Berkat satu core anyar itu, MediaTek mengeklaim Dimensity 9400 alami peningkatan performa single-core sebesar 35 persen.
Sementara kemampuan multi-core-nya meningkat 28 persen. Meski CPU-nya tanpa inti efisiensi, Dimensity 9400 lebih irit 40 persen secara keseluruhan dibanding pendahulunya.
Selain CPU, komponen lain yang ada pada Dimensity 9400 adalah komponen-komponen seperti GPU Immortalis-G925 MC12, prosesor AI MediaTek NPU 890, dan ISP Imagiq 1090. Semua komponen disatukan via fabrikasi 3 nm TSMC.
Beberapa contoh ponsel yang menggunakan SoC Dimensity 9400 adalah vivo X200 Pro, vivo X200 Pro mini dan vivo X200. Ada juga OPPO Find X8 dan OPPO Find X8 Pro yang sudah rilis di Indonesia pada November 2024.
Menurut GSM Arena, OPPO Find X8 Pro yang memakai Snapdragon 8 Elite, mampu hasilkan skor AnTuTu v10 sebesar 2.701.287. Catatan tersebut sedikit lebih tinggi dari Xiaomi 15 Pro dengan SoC Snapdragon 8 Elite (2.562.641), menurut Gizmochina.
Pada pengujian lain, OPPO Find X8 Pro mencatatkan skor single-core 2.917 dan multi-core 8.819 pada Geekbench 6. Skor kemampuan grafis yang ia catatkan pada 3DMark WIld Life Extreme (2160p) adalah 6.479.
Ketika diberikan beban kerja tinggi, OPPO Find X8 Pro mampu mempertahankan 60 persen kemampuannya dari performa puncak pada tes CPU Throttling selama 60 menit. Pada 3DMark Wild Life Extreme, kestabilan performa GPU-nya 58,4 persen.
2. Apple A18 Pro
Apple memperkenalkan SoC A18 Pro sebagai otak dari iPhone 16 Pro dan iPhone 16 Pro Max. SoC ini mengandung enam inti CPU, enam inti GPU, dan 16 inti NPU (Neural Engine). Ada juga beberapa komponen lain yang tidak dijelaskan secara gamblang oleh Apple.
Untuk CPU-nya, Apple memasang dua inti performa dengan clock speed 4,05 GHz, dan empat inti efisiensi dengan clock speed 2,42 GHz. Seluruh komponen dalam A18 Pro disatukan melalui fabrikasi 3 nm TSMC.
Apple mengeklaim, kemampuan CPU A18 Pro naik 15 persen ketimbang A17 Pro, sedangkan konsumsi dayanya turun 20 persen. Untuk GPU-nya, performa naik 20 persen, kemampuan ray tracing naik 2 kali lipat.
Memperbarui mikroarsitektur SoC dan meningkatkan clock speed jadi kunci peningkatan performa dan efisiensi A18 Pro. Selain itu, SoC ini juga mengalami upgrade ukuran memory bandwith dan cache.
Menurut GSM Arena, Apple A18 Pro yang digunakan iPhone 16 Pro Max mampu catatkan skor AnTuTu v10 sebesar 1.838.828. Skor AnTuTu tersebut saya tampilkan sebagai pelengkap saja. Sebab, AnTuTu kurang pas untuk membandingkan kemampuan perangkat Android dengan Apple.
Yang lebih pas adalah skor Geekbench yang melihat kemampuan CPU. Pada uji Geekbench 6, A18 Pro meraih skor single-core 3.490 dan multi-core di angka 8.606. realme GT7 Pro dengan Snapdragon 8 Elite-nya mencatatkan skor single-core 3.127 dan multi-core 9.509.
Artinya, kemampuan single-core Apple A18 Pro sedikit lebih unggul, tapi kalah dalam multi-core. Adapun kemampuan GPU-nya pada Wild Life Extreme (2160p) tergambar lewat skor 4.731 poin.
Dalam tes ketahanan CPU di aplikasi APSI Bench, A18 Pro alami penurunan performa ke angka 77,55 persen dari kemampuan puncak. Sementara itu, stabilitas performa GPU-nya ada di angka 91,5 persen saat diuji di 3DMark Wild Life Stress Test.
3. Apple A18
Apple A18 rilis bersamaan dengan Apple A18 Pro. Ia hadir untuk mengotaki model non Pro dalam iPhone 16 Series yakni iPhone 16 dan iPhone 16 Plus. Secara hierarki, SoC dengan fabrikasi 3 nm TSMC ini lebih rendah ketimbang A18 Pro.
Hal itu dilihat dari clock speed CPU yang lebih rendah dan jumlah core yang lebih sedikit. Hal ini selaras dengan jumlah fitur di iPhone 16 16 dan iPhone 16 Plus yang tak sebanyak model Pro, terutama fitur yang berkaitan dengan AI dan pengolahan grafis,
CPU dalam SoC Apple A18 tetap berjumlah 6 inti dengan formasi 2 inti performa dan 4 inti efisiensi. Inti performa memiliki akses untuk meraih clock speed 4,04 GHz, sedangkan inti efisiensinya mentok di 2,2 GHz.
GPU di SoC ini berjumlah lima inti. Kalau NPU, spesifikasinya sama dengan A18 Pro. NPU di A18 memiliki 16 inti dengan kemampuan mengeksekusi hingga 35 triliun operasi per detik (TOPs).
Apple menyebut, dibandingkan dengan A16 Bionic yang dipakai iPhone 15 dan 15 Plus, A18 30 persen lebih kencang dan 30 persen lebih irit daya dalam hal CPU. Pada aspek GPU, kemampuannya naik 40 persen, sedangkan efisiensi dayanya naik 35 persen.
Nah, meskipun Apple A18 bisa dibilang sebagai "A18 Pro" yang disunat, skor-skor benchmark yang tercatat tetap tinggi. Pada Geekbench 6, ia meraih skor single-core di angka 3.274 dan multi-core 7.927. Hasil ini saya cuplik dari pengujian GSM Arena yang menggunakan test bed iPhone 16 Plus.
Untuk AnTuTu v10, ia mendapat skor 1.727.276. Skor kemampuan GPU-nya di Wild Life Extreme (2160p) adalah 4.324 poin. Lalu ia mengalami throttling performa CPU ke angka 79,95 persen usai diuji 30 menit dengan APSI Bench.
Sementara itu, GPU mengalami throttling ke posisi 89,2 persen dari performa maksimal pada 3DMark Wild Life Stres Test. Ingat, kemampuan SoC dalam menjaga kestabilan performa juga ditentukan oleh sistem termal yang dibuat si produsen smartphone.
4. Snapdragon 8 Gen 3
Snapdragon 8 Gen 3 merupakan chipset Qualcomm paling gahar di tahun 2024. Di dalam chipset ini terdapat delapan unit prosesor (CPU) yang mencakup Cortex X4 (3,3 GHz), Cortex A720 (3,15 GHz), Cortex A720 (2,96 GHz), serta Cortex A520 (2,26 GHz). Keempat klaster tersebut disusun dalam format 1+3+2+2.
Sebagai pengolah grafis (GPU), Snapdragon 8 Gen 3 mengandalkan Adreno 750 yang mendukung ray tracing secara real-time pada sejumlah permainan Android.
Dibandingkan dengan pendahulunya, Snapdragon 8 Gen 3 mengalami peningkatan signifikan pada kemampuan kecerdasan buatan (AI). Chipset ini mampu menghasilkan gambar generatif AI berkat kemampuan NPU Hexagon yang meningkat 98 persen. NPU ini juga 40 persen lebih hemat daya ketimbang sebelumnya.
Chip ini dibangun pada manufaktur 4 nm dari pabrikan TSMC. Jadi, tidak akan lagi terjadi isu overheating separah ketika Qualcomm menggunakan pabrikan Samsung.
Kemampuan GPU di chipset ini diklaim perusahaan mengalami peningkatan performa 25 persen. Serta, efisiensi dayanya pun meningkat sebanyak 25 persen pula. Adapun pada kemampuan ray tracing-nya meningkat hingga 40 persen dibandingkan Snapdragon 8 Gen 2.
Snapdragon 8 Gen 3 juga mendukung jenis memori RAM LPDDR5x yang kompatibel hingga kapasitas 24 GB. Selain itu, chip yang turut mengotaki Samsung Galaxy S24 Ultra ini menghadirkan modem Snapdragon X75 yang dukung jaringan 5G mmWave dan sub6GHz 4x4 MIMO.
Beberapa ponsel yang menggunakan cip Snapdragon 8 Gen 3 antara lain Samsung Galaxy S24 Ultra (varian for Galaxy), nubia Red Magic 9 Pro, realme GT5 Pro, ASUS ROG Phone 8 Pro, Xiaomi 14, OPPO Find X7 Ultra, iQOO 12, OnePlus 12, serta HONOR Magic6 Pro.
Melansir dari GSM Arena, Samsung Galaxy S24 Ultra yang dibekali Snapdragon 8 Gen 3 for Galaxy meraih skor AnTuTu v10 hingga 1.823.822 poin. Sedangkan, penilaian Geekbench 6-nya berada di angka 2.279 poin untuk single-core dan 7.076 poin untuk multi-core.
Adapun pada iQOO 12 (Snapdragon 8 Gen 3 "reguler"), mendapatkan skor AnTuTu v10 sebesar 2.104.997 poin. Ponsel lain, realme GT5 Pro yang juga diotaki Snapdragon 8 Gen 3, mendapatkan nilai AnTuTu v10 sebesar 1.981.149 poin, serta nilai Geekbench 6 sebesar 2.229 poin untuk single-core dan 6.783 poin untuk multi-core.
5. Dimensity 9300 Plus
Dimensity 9300 Plus merupakan upgrade minor dari Dimensity 9300. SoC keluaran 2024 ini bisa dibilang sebagai Dimensity 9300 yang di-overclocked. Delapan inti CPU dalam SoC ini berisi 1 inti Cortex X4 (3,4 GHz), 3 inti Cortex X4 (2,85 GHz), dan 4 inti Cortex A720 (2 GHz).
Dari susunan tersebut, hanya 1 inti Cortex X4 yang mengalami peningkatan clock speed. Semula dari 3,25 GHz pada Dimensity 9300 menjadi 3,4 GHz. Konon, selain CPU, MediaTek juga meningkatkan kemampuan AI.
Prosesor AI MediaTek NPU 790 pada Dimensity 9300 Plus disebut lebih kencang 10 persen ketimbang yang dipakai Dimensity 9300. Komponen selebihnya memiliki spesifikasi yang sama. Mulai dari GPU Immortalis-G720 MC12 (1,3 GHz), ISP Imagiq 990, prosesor display MediaTek MiraVision 990, dan modem internal 5G.
SoC dengan fabrikasi 4 nm TSMC ini kompatibel dengan RAM LPDDR5T dan memori internal UFS 4.0. Ia mendukung konektivitas WiFi 7, Bluetooth 5,4, dan 5G baik Sub6 maupun mmWave. Dimensity 9300 Plus bisa dipasangi kamera dengan resolusi 320 MP dan mampu memproduksi video 8K 30 fps.
Contoh perangkat yang menggunakan SoC ini adalah ponsel Xiaomi 14T Pro dan tablet Samsung Galaxy Tab S10 Ultra. Menurut pengujian GSM Arena, Xiaomi 14T Pro dengan Dimensity 9300 Plus-nya mampu meraih skor AnTuTu v10 sebesar 2.015.655.
Pada Geekbench 6, raihan skornya adalah 2.235 untuk single-core dan 7.081 untuk multi-core. Uji kemampuan GPU-nya di 3DMark Wild Life Extreme (2160p) yakni 3.998.
Lebih lanjut, dalam uji CPU Throttling selama satu jam, performa CPU turun ke angka 60 persen dari kemampuan puncak. Pada 3DMark Wild Life Stress Test, GPU mencatatkan kestabilan performa di angka 66,4 persen.
Itu dia pembahasan soal SoC yang setara dengan Snapdragon 8 Elite. Sejumlah SoC yang masuk daftar memang tidak benar-benar setara. Namun, seluruhnya punya rentang level yang sama, dan tentu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.