carisinyal web banner retina

Exynos 2200 Setara Apa? Ini Dia 5 Chipset Saingannya

Ditulis oleh Ananda Ganesha M

Exynos 2200 sebenarnya tergolong sebuah SoC lama, karena pertama kali diperkenalkan pada2022. SoC ini mengotaki Samsung Galaxy S22 yang rilis secara global pada Februari 2022.

Namun, per September 2023, nama Exynos 2200 kembali mencuat setelah beredarnya Samsung Galaxy S23 FE yang menggunakan Exynos 2200 pada salah satu variannya. Varian lain dari Samsung Galaxy S23 FE menggunakan Snapdragon 8 Gen 1. Pembagian varian ini sama persis dengan yang terjadi pada peluncuran Samsung Galaxy S22.

Untuk pasar Indonesia, Samsung Galaxy S23 FE memakai Exynos 2200.

Exynos 2200 hadir sebagai SoC besutan Samsung Semiconductor dengan fabrikasi 4 nm. Cip ini mendukung system level cache sebesar 8 MB sekaligus menawarkan konfigurasi delapan inti prosesor yang memadai.

Pada klaster tinggi, menengah, dan hemat dayanya, Exynos 2200 disematkan dengan Cortex X2 berkekuatan 2.8 GHz, Cortex A710 di kecepatan 2.5 GHz, serta Cortex A510 pada frekuensi 1.9 GHz di formasi unit 1 + 3 + 4.

Chipset ini mengandalkan GPU Xclipse 920 yang berlari di kecepatan 1306 MHz. GPU tersebut menjadi satu di antara segelintir lainnya yang sudah mendukung fitur ray tracing berbasiskan hardware.

SoC Samsung yang berbasiskan arsitektur ARMv9 ini juga mendukung jenis storage UFS 3.1 dan tipe RAM LPDDR5. Spesifikasi ini memang tidak selevel dengan Snapdragon 8 Gen 2 ataupun Dimensity 9200, namun performanya masih relevan di masa sekarang.

Exynos 2200 diketahui mencapai skor AnTuTu v10 di angka 910.439 poin. Skor Geekbench 6-nya meraih angka 1571 poin (single core) dan 3633 poin (multi-core).

Hadirnya Samsung Galaxy S23 FE di pasaran memunculkan kembali rasa ingin tahu penggiat gawai soal performa Exynos 2200 ini. Terlebih banyak yang tanya soal Exynos 2200 ini setara apa? Jika menilik Samsung Galaxy S22 yang memakai Exynos 2200, bisa dibilang Exynos 2200 punya kemampuan atau mendekati cip seperti Snapdragon 8 Gen 1 atau Dimensity 9000

Agar bisa mengetahui gambaran performanya lebih lengkap, Anda bisa membandingkannya dengan sejumlah SoC di bawah ini yang punya kinerja setara. Mari disimak.

1. Snapdragon 8 Gen 1 dan 8+ Gen 1

Snapdragon-8-Gen-1-1_

Sebagai penerus dari Snapdragon 888, Qualcomm merilis Snapdragon 8 Gen 1 dengan beragam peningkatan. Diketahui, Snapdragon 8 Gen 1 memiliki peningkatan 20 persen ketimbang CPU yang ada di Snapdragon 888 sekaligus 30 persen lebih hemat daya.

Snapdragon 8 Gen 1 hadir pertama kali pada Motorola Edge X30 pada Desember 2021 di pasar global, dibangun pada fabrikasi 4 nm Samsung. SoC ini memiliki masalah termal yang membuatnya condong throttling atau overheat saat menjalankan aktivitas berat pada durasi panjang.

Oleh sebab itu, Snapdragon 8+ Gen 1 pun kemudian rilis untuk perbaiki masalah tersebut. SoC varian Plus ini pertama kali diterapkan pada ASUS ROG Phone 6 pada Q3 2022, membawakan fabrikasi 4 nm yang sama kendati kini berpindah dari Samsung ke TSMC.

Alhasil terdapat peningkatan CPU pada varian Plus ini, sebesar 10 persen pada pengalaman performa dan 30 persen pada efisiensi dayanya.

Snapdragon 8 Gen 1 sendiri menghadirkan prosesor delapan inti, mencakup satu unit super core Cortex X2 berkekuatan 3.0 GHz, tiga high performance core Cortex A710 di clock speed 2.5 GHz, serta empat inti hemat daya Cortex A510 berfrekuensi 1.8 GHz.

Konfigurasi prosesor ini tak berbeda jauh dengan varian Plus. Hanya saja, versi Plus memiliki tingkatan clock speed lebih tinggi pada arsitektur Cortex X2 yakni yang semula 3.0 GHz menjadi 3.2 GHz.

Pada kartu pengolah grafisnya, cip ini gunakan Adreno 730 dengan frekuensi 818 MHz pada versi reguler dan 900 MHz pada versi Plus.

Kedua SoC ini turut menyajikan sederet dukungan yang sama, seperti modem Snapdragon X65 dengan kecepatan unduhan maksimal di 10 Gbps, perekaman video 8K di 30 FPS atau 4K di 120 FPS, single camera 200 MP, penyimpanan internal UFS 3.1 dan RAM LPDDR5, serta resolusi maksimal layar 4K.

Berdasarkan pengujian AnTuTu v10, Snapdragon 8 Gen 1 mendapatkan skor 1.104.104 poin dan Snapdragon 8 Plus Gen 1 hadirkan skor 1.269.447 poin, dilansir dari Nano Review.

Kedua skor ini sedikit lebih baik dari Exynos 2200 yang meraih skor 910.439 poin, terpaut 1 persen lebih rendah dibandingkan Snapdragon 8 Gen 1 reguler.

Sementara pada Geekbench 6, Snapdragon 8 Gen 1 dan Snapdragon 8+ Gen 1 masing-masing meraih skor 1655 dan 1765 poin (single core), serta 3980 dan 4582 poin (multi-core).

Sebagai perbandingan, Exynos 2200 meraih skor 1571 poin pada single core (terpaut 5 persen) dan 3633 poin pada multi-core (terpaut 10 persen). Dengan begini, bisa disimpulkan kalau Exynos 2200 tidak lebih baik dari Snapdragon 8 Gen 1 maupun Snapdragon 8+ Gen 1 dari segi performa.

2. Dimensity 9000 dan 9000+

MediaTek Dimensity 9000 Plus cover

Tahun 2021 menjadi momen MediaTek untuk menarik hati para pengembang smartphone di dunia dengan SoC flagship-nya, Dimensity 9000. Chipset yang dibangun pada fabrikasi 4 nm TSMC ini debut di OPPO Find X5, menawarkan arsitektur ARMv9 dengan isian delapan inti prosesor.

Kedelapan inti tersebut adalah satu unit prime core Cortex X2 berkekuatan 3.05 GHz, tiga unit high performance core Cortex A710 dengan clock speed 2.85 GHz, serta empat unit efficiency core Cortex A510 dengan frekuensi 1.8 GHz.

Pada departemen memori, Dimensity 9000 suguhkan dukungan RAM LPDDR5x pada frekuensi 7.5 GHz dengan cache L3 8 MP dan cache sistem 6 MB. Sedangkan pada penyimpanan (storage), mendukung jenis UFS 3.1.

Dimensity 9000 mendulang kinerja grafis yang tinggi berkat bantuan GPU Mali G710 MC10, disertai teknologi MediaTek HyperEngine 5.0 yang dapat mengalokasikan beban daya secara cerdas untuk mengoptimalkan performa gim.

Smartphone canggih kelas atas yang menggunakan SoC ini dapat dirancang untuk mendukung Bluetooth 5.3, Wi-Fi 6E, layar resolusi tinggi hingga WQHD+ di laju 144 Hz atau FHD+ di 180 Hz, serta single camera 320 MP. Kamera juga dapat mendukung perekaman 4K di 60 FPS dan dukungan HDR10+.

Selain Dimensity 9000, MediaTek juga meluncurkan varian yang lebih baru yaitu Dimensity 9000+. Versi ini dibuat untuk menyaingi Snapdragon 8+ Gen 1, hadir dengan konfigurasi prosesor dan GPU yang sama namun dengan peningkatan.

Dimensity 9000+ pertama kali digunakan pada ASUS ROG Phone 6D, memiliki besaran clock speed Cortex X2 lebih besar yaitu 3.2 GHz dari semua 3.05 GHz. Adapun pada kemampuan GPU, mengalami peningkatan frekuensi dari 850 MHz menjadi 933 MHz.

Melansir Nano Review, diketahui bahwa Dimensity 9000 mancapai skor AnTuTu v10 di angka 1.076.825 poin sedangkan Dimensity 9000+ meraih skor 1.177.307 poin. Dibandingkan dengan Exynos 2200 yang punya skor 910.439 poin, dapat disimpulkan kalau Dimensity 9000 dan varian Plus-nya punya kinerja lebih baik.

Adapun pada pengujian Geekbench 6, Dimensity 9000 dan varian Plus masing-masing meraih skor 1582 dan 1645 poin pada single core serta 4167 dan 4457 poin pada multi-core.

3. Apple A15 Bionic

A15 Bionic

Chipset Apple A15 Bionic memiliki performa tinggi yang dapat menyaingi SoC terkuat Android. Diluncurkan pada tahun 2021 secara global, Apple A15 Bionic pertama kali digunakan pada iPhone 13, iPhone 13 Mini, iPhone 13 Pro, dan iPhone 13 Pro Max.

Chipset ini lalu digunakan pada produk-produk Apple selanjutnya, yaitu iPad Mini generasi keenam, iPhone SE generasi ketiga, iPhone 14, serta iPhone 14 Plus. Anda juga bisa menemukan Apple A15 Bionic sebagai dapur pacu Apple TV 4K generasi ketiga.

Apple A15 Bionic pada seri iPhone diklaim 50 persen lebih cepat dari mayoritas kompetitornya. A15 Bionic pada iPad Mini 6 juga disinyalir 40 persen lebih cepat dari Apple A12.

Chipset besutan perusahaan asal Amerika Serikat ini mengandung sebanyak 15 miliar transistor yang 27,1 persen lebih banyak dari A14 Bionic pada 11,8 miliar transistor.

Teknologi neural engine pada Apple A15 Bionic juga dapat menunjang sebanyak 15,8 triliun pengoperasian per detik (TOPs), alias 11 persen lebih cepat dari generasi pendahulunya pada kemampuan 11 TOPs.

Apple A15 Bionic dikemas pada arsitektur ARMv8 dengan cakupan enam inti prosesor (hexa core). Keenam inti tersebut terdiri atas dua high performance core bernama Avalanche yang berlari pada kecepatan 3.24 GHz, serta empat unit efficiency core bernama Blizzard pada kecepatan 2.01 GHz.

Sementara itu, GPU yang terintegrasi dalam chipset adalah GPU 5-inti Apple untuk iPad Mini 6, iPhone 13 Pro dan Max, iPhone 14 dan Plus, serta Apple TV 4K generasi ketiga. Sedangkan pada iPhone SE generasi ketiga, iPhone 13, dan iPhone 13 Mini hanya mengandalkan GPU empat inti dari Apple.

Berdasarkan penelusuran yang saya lakukan, Apple A15 Bionic ini memiliki skor AnTuTu v10 sebesar 1.276.195 poin. Tapi karena ini SoC-nya kubu iOS, skor tersebut tidak comparable dengan Exynos 2200 lantaran tidak cross-platform.

Anda masih bisa membandingkan performa keduanya melalui skor Geekbench 6. Apple A15 Bionic diketahui meraih 2328 poin pada single core dan 5709 pada multi-core.

4. Exynos 2100

galaxy s21 exynos 2100

Buat Anda yang penasaran sebelum Exynos 2200 ada chipset apa, ya inilah Exynos 2100 yang menjadi pendahulunya. Exynos 2100 ini adalah chipset besutan Samsung yang rilis pada Q1 2022, pertama kali dihadirkan pada varian Samsung Galaxy S21 yang rilis di pasar internasional dan Korea.

Exynos 2100 mengusung proses fabrikasi 5 nm (5LPE) dari Samsung, mengusung system level cache sebesar 6 MB dengan konfigurasi prosesor delapan inti berformasi 1 + 3 + 4.

Di dalamnya, terdapat unit Cortex X1 berkecepatan 2.91 GHz, klaster high performance Cortex A78 dengan kekuatan 2.81 GHz, serta unit hemat daya Cortex A55 di frekuensi 2.2 GHz.

Kemampuan prosesor Exynos 2100 disinyalir 19 persen lebih baik pada single thread dan 33 persen lebih unggul pada multi-thread, dibandingkan dengan generasi chipset sebelumnya.

Adapun pada kartu pengolah grafis (GPU), Exynos 2100 ditunjang dengan Mali G78 yang berlari di clock speed 854 MHz. Kartu grafis yang mendukung Vulkan 1.2 ini diklaim alami peningkatan performa sebanyak 40 persen dari sebelumnya.

ISP pada chipset memungkinkannya untuk hadirkan teknologi single camera 200 MP pada smartphone, atau dual camera beresolusi 32 MP + 32 MP. SoC ini juga sanggup menunjang keberadaan encode 8K di 30 FPS dan 4K di 120 FPS, serta decode di 8K 60 FPS.

Dibandingkan dengan Exynos 2200, SoC Exynos 2100 ini memiliki keunggulan di sisi frekuensi GPU yang 5 persen lebih tinggi. Namun, ia kalah dari segi ukuran transistor 5 nm melawan 4 nm pada Exynos 2200.

Dilansir dari Nano Review, Exynos 2100 meraih skor 622.961 poin pada AnTuTu v10, sekitar 46 persen lebih rendah dari Exynos 2200 dengan skor 910.439 poin.

Walau skor AnTuTu v10 agak jomplang alias terpaut jauh, namun kedua SoC ini punya skor yang neck to neck pada Geekbench 6. Diketahui, Exynos 2100 dan 2200 masing-masing hadirkan skor 1461 dan 1571 pada single core (terpaut 8 persen), serta 3314 dan 3633 poin pada multi-core (terpaut 10 persen).

5. Kirin 9000s

huawei kirin 9000s

Karena adanya isu perdagangan antara Huawei dan Amerika Serikat, smartphone Huawei tidak dapat menggunakan Google Mobile Services dan juga jaringan 5G. Itu mengapa, kemunculan Kirin 9000s pada Huawei Mate 60 di Cina pada September 2023 menjadi isu yang hangat diperbincangkan lantaran sudah mendukung 5G.

Diketahui, Huawei Mate 60 merupakan ponsel Huawei pertama yang hadirkan 5G setelah hampir tiga tahun hanya bisa gunakan jaringan 4G. Kirin 9000s dibangun pada fabrikasi 7 nm pada pabrikan SMIC.

Biasanya Kirin selalu kerahkan urusan pengembangan chipset pada TSMC selaku salah satu pabrikan SoC terbesar di dunia. Namun kendati bukan dari TSMC, Kirin 9000s tetap akan menjadi SoC yang unggul lantaran sejumlah pegawai di SMIC merupakan mantan pegawai di TSMC, sebagaimana dilaporkan Semianalysis yang saya lansir dari CNBC Indonesia.

Kirin 9000s hadirkan ukuran 107 mm persegi yang 2 persen lebih besar dari Kirin 9000 pada ukuran 105 mm persegi. Ini wajar mengingat Kirin 9000 punya fabrikasi 5 nm yang lebih rendah.

Secara spesifikasi, Kirin 9000s ini memiliki konfigurasi octa core. Namun sejumlah reviewer menyampaikan adanya dukungan 12 inti bekat fitur hyper-threading hingga 12 untaian, seperti yang dilaporkan pada laman Gizmochina.

Kirin 9000s mengandalkan unit prime core Cortex X1 (2.62 GHz), tiga unit performa Cortex A710 (2.15 GHz), serta empat inti hemat daya Cortex A510 (1.53 GHz). Pada pengolahan grafisnya, ditunjang dengan GPU Maleoon 910 pada frekuensi 750 MHz.

Selain menjadi chipset Kirin pertama dengan 5G setelah sekian lama, SoC ini juga mendukung jaringan satelit yang memungkinkan perangkat mengirimkan sinyal SOS tanpa terhubung ke jaringan seluler. Mirip seperti teknologi yang ada di line-up iPhone 14.

Melansir dari Nano Review, terungkap bahwa Kirin 9000s meraih skor AnTuTu v10 di angka 898.955 poin. Sementara itu, skor Geekbench 6 miliknya mencapai angka 1216 poin single core dan 3588 poin multi-core.

Itu tadi adalah sejumlah SoC yang punya kinerja setara dengan Exynos 2200. Dengan mengetahui informasi ini, diharapkan Anda dapat memilih smartphone sesuai dengan kebutuhan. Semoga bermanfaat.

Kategori:
Tag:
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram