7 Kelebihan dan Kekurangan Samsung Galaxy S23 FE
Samsung Galaxy S23 FE rilis di Indonesia pada Oktober 2023, membawakan sederet fitur flagship dengan harga yang lebih terjangkau. Ini merupakan angin segar setelah Samsung memutuskan untuk tidak merilis Samsung Galaxy S22 FE di tahun 2022.
Samsung Galaxy S23 "Fan Edition" ini banyak mengadopsi fitur menarik dari Samsung Galaxy S23 reguler, namun memangkas fitur yang dirasa tidak perlu agar dapat memangkas harga rilis. Keberadaan HP ini memungkinkan pengguna merasakan sensasi HP flagship berkelas tanpa harus keluar biaya besar.
Samsung Galaxy S23 FE ini sekaligus menjadi penerus bagi Samsung Galaxy S21 FE yang meluncur di Indonesia pada 2021. Akankah Anda menemukan banyak peningkatan pada Galaxy S23 FE di tahun 2023? Simak dulu secara singkat pada tabel di bawah.
Walau memiliki unsur value for money yang baik, tidak berarti Samsung Galaxy S23 FE luput dari kekurangan. Agar terhindar dari aktivitas "beli kucing dalam karung", sebaiknya simak secara lengkap penjabaran kelebihan dan kekurangan Samsung Galaxy S23 FE berikut ini.
Spesifikasi Samsung Galaxy S23 FE
Layar | Dynamic AMOLED 2X 6.4 inci |
Chipset | Exynos 2200 |
RAM | 8 GB |
Memori Internal | 128 GB, 256 GB |
Kamera | 50 MP (wide) 12 MP (ultrawide) 8 MP (telephoto) |
Baterai | Li-Po 4500 mAh |
Kelebihan & Kekurangan | Baca di sini |
Cek Harga Saat Ini | Shopee Lazada Blibli |
Kelebihan Samsung Galaxy S23 FE
Mulai dari kinerja, kamera, hingga konektivitas, Anda bisa serahkan pada Samsung Galaxy S23 untuk berikan pengalaman terbaik di harganya. Simak kelebihan-kelebihan lainnya berikut ini.
1. Performa Exynos 2200 yang Unggul
Samsung Galaxy S23 FE rilis dengan dua varian, yakni versi Snapdragon 8 Gen 1 untuk wilayah pasar Amerika Serikat dan Exynos 2200 untuk versi global. Kendati yang hadir di Indonesia adalah Exynos 2200, performanya tidak kalah dengan yang versi Snapdragon.
Exynos 2200 merupakan chipset yang digunakan untuk Samsung Galaxy S22 series untuk beberapa negara. turut digunakan pada Samsung Galaxy S22 yang rilis setahun sebelumnya. Chipset yang rilis pada tahun 2022 ini dibangun dengan fabrikasi 4 nm dengan system level cache sebesar 8 MB.
Di dalam prosesornya, mencakup delapan inti CPU yang terdiri dari satu unit prime core Cortex X2 (2.8 GHz), tiga unit high performance Cortex A710 (2.5 GHz), serta empat unit efisiensi daya Cortex A510 (1.9 GHz).
Untuk dapat memenuhi kebutuhan grafis smartphone, Exynos 2200 juga ditenagai dengan kartu pengolah grafis (GPU) berupa Xclipse 920 berkekuatan 810 MHz. Exynos 2200 ini mendukung jenis storage UFS 3.1 serta RAM LPDDR5, dan menjadi salah satu SoC yang sudah dukung ray tracing secara hardware.
Melansir dari Nano Review, kekuatan Exynos 2200 terbilang gahar dengan skor AnTuTu v10 di angka 913.861 poin. Skor ini memang tidak sebaik chipset flagship keluaran 2023 seperti Snapdragon 8 Gen 2 atau Dimensity 9200, namun sudah sangat memadai untuk memainkan gim dan edit video di kelas harganya.
Pada Geekbench 6, Exynos 2200 yang menopang Samsung Galaxy S23 FE ini mendapatkan nilai 1588 poin untuk single core dan 3901 untuk multi-core. Adapun pada pengujian 3DMark, chipset mendapatkan skor 6513 poin.
Para reviewer yang saya rujuk menyebut, Samsung Galaxy S23 FE tawarkan performa yang mulus untuk penggunaan sehari-hari. Chipset Exynos 2200 dapat memberikan performa yang tangguh untuk menangani semua pekerjaan dengan cepat.
Saat navigasi dan membuka aplikasi, tidak terlihat adanya tanda-tanda lagging sama sekali. Begitu pun saat diujikan bermain gim seperti PUBG Mobile, performa yang ditawarkan sungguh konsisten dan mulus, kendati ada peningkatan suhu.
Meski begitu, Samsung Galaxy S23 FE diklaim memiliki ukuran vapor chamber yang 3,9 kali lipat lebih luas dibandingkan pendahulunya. Sehingga, perangkat pun dapat menghilangkan panas lebih cepat untuk pertahankan performa puncak dengan lebih lama.
2. Triple Camera dengan Foto Berkualitas
Samsung Galaxy S23 FE hanya mengalami sedikit pemangkasan fitur dari segi kameranya, jika dibandingkan dengan Galaxy S23 reguler. Masih sama-sama triple camera, sensor utamanya pun masih gunakan resolusi 50 MP.
Kamera utama 50 MP tersebut memiliki bukaan f/1.8 dengan focal length 24 mm dan sudah disertai dengan OIS untuk stabilisasi yang efektif saat memotret.
Sebagai kamera kedua, tersedia sensor 8 MP telefoto (f/2.4) dengan focal length 75 mm dan mendukung pembesaran optis 3x dan digital 30x. Kamera telefoto ini alami pengurangan resolusi dari yang semula 10 MP pada Galaxy S23 reguler.
Adapun kamera ketiganya mengusung resolusi 12 MP pada fungsi ultrawide, mampu memotret dan merekam pada bidang pandang seluas 123 derajat. Pada fitur perekaman, Samsung Galaxy S23 FE kini mendukung hingga resolusi 8K di kecepatan 24 FPS. Sebuah peningkatan dari Galaxy S21 FE yang hanya dukung hingga perekaman 4K.
Beralih ke sisi depan, pengguna juga dapat menemukan kamera selfie 10 MP yang sedikit berkurang dibandingkan 12 MP pada Galaxy S23. Kamera depan ini hanya mendukung fixed focus, bukan autofokus seperti versi regulernya. Kamera depan tersebut mampu merekam hingga resolusi 4K.
Berdasarkan penilaian kanal YouTube Beebom, Samsung Galaxy S23 FE memiliki stabilisasi yang mulus saat merekam video, dan kualitas videonya pun sungguh tajam. Kamera telefoto di HP ini juga bisa menghasilkan efek bokeh yang begitu mendalam, rapi, dan creamy. Berikut ini beberapa hasil sampelnya.
Kendati memiliki harga di bawah Rp10 juta, saya dapat menyaksikan hasil kamera yang setara dengan HP flagship. Detail yang dihasilkan begitu memukau dengan tampilan warna yang begitu kaya, yang sudah menjadi ciri khas Samsung selama ini.
Menggunakan algoritma Nightography yang matang, hasil foto malam hari begitu terlihat indah. Bahkan berhasil menjaga detail pada subjek foto rumit seperti dedaunan, sembari menjaga tingkatan noise agar terlihat minim.
Semula saya pikir varian FE ini akan mengalami penurunan kualitas kamera dibanding Galaxy S23 biasa. Tapi setelah melihat hasil foto di atas, saya yakin siapa pun dapat menjadi fotografer profesional tanpa harus beli flagship di atas Rp10 juta.
3. Layar Cerah dengan Ukuran Lebih Lega
Dibandingkan dengan Samsung Galaxy S23 reguler, rupanya varian Fan Edition ini punya ukuran lebih luas, lho. Panel yang digunakan sama-sama Dynamic AMOLED 2X, namun kini ukurannya melebar jadi 6,4 inci alih-alih 6,1 inci.
Resolusi layarnya tidak berubah, sama-sama Full HD+ atau tepatnya 1080 x 2340 piksel pada aspek rasio 19,5:9. Layar Full HD+ merupakan yang cukup umum di industri smartphone, termasuk saat kita membicarakan ponsel flagship.
Karena edisi Fan Edition ini dibanderol dengan harga terjangkau, terdapat sejumlah pengurangan fitur pada layar smartphone ini. Misalnya, kecerahan puncaknya kini "hanya" sebesar 1450 nit, kendati ini masih tergolong sangat tinggi.
Lalu, layar ponsel kini tidak lagi dilindungi dengan Gorilla Glass Victus 2 seperti Samsung Galaxy S23 reguler. Versi kaca pelindung yang digunakan varian FE kini menurun jadi Gorilla Glass 5. Tingkat durabilitas tentu berkurang, namun tetap sama-sama menawarkan ketahanan terhadap benturan selain hanya goresan.
Kanal YouTube Beebom melaporkan bahwa layar AMOLED milik Samsung tersebut memiliki tampilan yang begitu crisp. Warna yang dihasilkan sungguh memanjakan mata, dan dijamin bisa bikin pengalaman menonton Anda jadi lebih bermakna.
Layar smartphone sudah dukung sertifikasi Widevine L1 untuk aktivitas menonton Full HD di Netflix, dan sudah mendukung sertifikasi HDR10+ untuk rentang dinamis yang lebih luas. HDR10+ bisa membuat tampilan warna pada konten yang ditonton jadi lebih aesthetic dan menarik.
Sejumlah pengulas mengatakan bahwa layar memiliki viewing angle yang luas beserta visibilitas yang mantap di bawah terik matahari. Ini lantaran adanya teknologi Vision Booster untuk meningkatkan visibilitas layar di luar ruangan. Buat yang hobi nongkrong di siang hari, layar ini bisa dipakai menonton bersama teman-teman tanpa masalah berarti.
Demi membuat layarnya terlihat mulus tanpa menguras baterai, layar Samsung Galaxy S23 FE juga dapat menyesuaikan secara otomatis antara refresh rate 60 Hz hingga 120 Hz. Selain pada navigasi antarmuka, sejumlah gim seperti Dead Trigger 2, Alto's Odyssey, dan Temple Run bisa menampilkan laju 120 Hz untuk pergerakan karakter yang mulus.
4. Baterai Tahan Lama
Saya sudah cukup sering melihat smartphone dibekali dengan baterai 5.000 mAh. Pasalnya, ini menjadi standar yang hampir selalu diikuti oleh seluruh smartphone di industri. Maka dari itu, agak terasa asing di mata saya saat melihat Samsung Galaxy S23 FE hanya dibekali kapasitas 4.500 mAh.
Meski di bawah rata-rata, kapasitas 4.500 mAh ini masih mending dibandingkan Samsung Galaxy S23 reguler dengan baterai 3.900 mAh. Saya sih mewajarkan versi reguler menggunakan baterai sekecil itu, karena ukuran layarnya pun hanya 6,1 inci sehingga tidak begitu makan daya.
Samsung Galaxy S23 reguler dengan baterai 3.900 mAh dapat meraih skor endurance rating di angka 101 jam, menilik dari GSM Arena. Ini termasuk ketahanan yang cukup baik. Mengingat varian FE punya kapasitas lebih besar, semestinya ketahanannya lebih baik lagi.
5. Ketahanan Bodi yang Solid, Ada IP68
Saat membahas layar, saya sudah menyebutkan kalau perangkat dilapisi dengan kaca pelindung Gorilla Glass 5. Rupanya, lapisan ini tidak diterapkan pada layar depan saja melainkan juga pada back cover-nya.
Walau tidak sebagus Victus 2 pada Galaxy S23 reguler, namun Anda bisa ekspektasikan ketahanan bodi yang cukup oke pada varian FE ini. Sebab, Gorilla Glass 5 dapat jaga ponsel dari kerusakan setelah terjatuh dari ketinggian 1,2 meter ke permukaan keras.
Bodi smartphone juga dilengkapi dengan bahan material aluminium pada sisi frame, yang dibangun pada desain flat. Sejumlah vendor memutuskan untuk pakai rancang bangun frame melengkung demi alasan estetika, namun saya lebih menyenangi keputusan Samsung kali ini.
Frame berbentuk datar memberikan kesan kokoh yang lebih terpatri dalam benak saya. Jika perangkat terjatuh ke lantai dengan bagian frame menghadap ke bawah, saya percaya bahwa kemungkinan kerusakan lebih bisa dihindari pada flat frame dibanding pada curved.
Bukan itu saja, flat frame juga memberikan area lebih luas untuk dipegang oleh tangan, ketimbang desain curved yang justru malah bikin saya tidak sengaja salah pencet pada layar.
Satu hal tentang ketahanan bodi yang paling saya sukai dari HP ini adalah kehadiran IP68. Sertifikasi IP Rating tersebut dapat mengurangi kemungkinan rusak saat perangkat terjatuh ke dalam air sedalam 1,5 meter selama 30 menit. Di antara semua fitur yang dipangkas, saya mengapresiasi Samsung untuk tetap pertahankan fitur ini.
6. Samsung DeX, dan Beragam Keunggulan Konektivitas Lainnya
Saya bukan orang yang selalu terpukau dengan HP flagship. Saya tidak begitu memerlukan performa "wah" yang bisa memainkan gim di pengaturan rata kanan, atau layar memukau untuk meningkatkan pengalaman menonton yang menyenangkan.
Tapi, jika ada satu hal yang bikin saya tergiur bukan main pada fitur flagship, hal tersebut adalah Samsung DeX. Fitur apa ini? Dan mengapa saya anggap fitur ini begitu menggiurkan?
Jadi begini, Samsung DeX memungkinkan penggunanya untuk menyulap antarmuka perangkat yang semula dikhususkan untuk smartphone, menjadi antarmuka desktop yang familiar.
Cukup dengan hubungkan ponsel dengan monitor, Anda bisa ubah tampilannya menjadi mirip PC dan melakukan hal produktivitas di dalamnya. Sebagaimana Anda menggunakan laptop sungguhan.
Apakah Samsung DeX dapat seluruhnya menggantikan posisi laptop di mata saya? Mungkin tidak. Karena bagaimanapun juga, ada hal yang tidak dapat dilakukan One UI yang hanya bisa dilakukan OS Windows (misanya, bermain gim PC).
Namun, tak dipungkiri bahwa Samsung DeX dapat menawarkan workflow yang nyaris sama persis dengan PC, seperti saat mengetik dokumen, menulis artikel, desain grafis, bahkan edit video. Alhasil, fitur ini bisa membuat siapa pun merasa sedang memiliki dua jenis alat elektronik berbeda dalam satu produk.
Selain Samsung DeX, Anda juga bisa rasakan beragam konektivitas unggul lainnya, seperti Wi-FI 6E yang bisa datangkan internet stabil dan cepat, sensor sidik jari dalam layar, NFC, hingga Bluetooth 5.3. Namun sayang, fitur UWB (Ultra-Wideband) yang semula hadir pada Galaxy S23+ dan Ultra kini dihilangkan.
7. Dukungan Update Software yang Panjang
Dibanding vendor lain, Samsung sangat memerhatikan masa update software pada setiap produknya. Pada Samsung Galaxy S23 FE, perangkat menyajikan Android 13 berantarmuka One UI 5.1.
Software tersebut memiliki sejumlah aplikasi prainstal, namun tidak sebanyak vendor smartphone dari Cina. Samsung juga telah menjanjikan update versi Android hingga empat tahun dan patch keamanan hingga lima tahun.
Artinya, HP ini akan mendukung Android 17 pada tahun 2016-2017 nanti. Masa update patch keamanan juga akan berlangsung hingga tahun 2028.
Kekurangan Samsung Galaxy S23 FE
Buat yang tak sabar ingin mencicipi kelebihan Samsung Galaxy S23 FE, sebaiknya jangan gegabah. Ada baiknya pelajari juga sejumlah hal yang jadi kekurangannya agar tidak salah beli.
1. Keseragaman Desain Membuat Tampilan Bodi Kurang Terlihat Istimewa
Jika Anda melihat sisi desain belakang Samsung Galaxy S23 FE, Anda tidak akan melihat perbedaan yang begitu kentara dengan Samsung Galaxy S23 reguler. Ini tentu bisa jadi hal yang menguntungkan, karena membuat Anda terlihat seperti memiliki HP flagship di harga lebih tinggi.
Akan tetapi, pemikiran tersebut jadi sirna setelah mengetahui, bahwa desain bodi belakang HP ini pun tidak berbeda dengan Samsung Galaxy A05s di harga Rp2 jutaan. Kok bisa?
Ya, Samsung kini menggunakan bahasa desain yang sama untuk seluruh smartphone Galaxy buatannya. Tidak peduli apakah HP tersebut adalah Galaxy A05 di harga entry level, Galaxy A24, A34, A54, atau S23, semua memiliki desain bodi belakang yang nyaris tidak berbeda.
Ciri-cirinya bodi adalah sebagai berikut: dua atau tiga kamera di belakang disusun secara vertikal dengan rapi di pojok kiri atas. Kamera-kamera ini tertanam di dalam bodi belakang tanpa memunculkan "jendolan" modul kamera (camera bump).
Lalu, di samping kamera itu, ada bulatan putih kecil yang menjelma sebagai LED Flash. Lokasinya bisa tepat di sebelah kamera utama, atau bisa ditaruh sedikit lebih bawah.
Karena bodinya yang serupa dengan seri lain, Samsung Galaxy S23 FE tampak seperti kehilangan vibe "eksklusif". Orang bisa saja melihat back cover HP ini dan menyangkanya sebagai HP di kelas harga lebih bawah. Jadi agak sulit kalau mau flexing dengan cara mirror selfie.
Yang membuat Samsung Galaxy S23 FE unik dari yang lain adalah varian warnanya. Selain menawarkan Graphite dan Cream sebagai opsi warna hitam dan putih, HP ini juga tersedia dalam varian Mint (hijau muda) dan Purple.
2. Tanpa Charger dari Boks Kemasan
Sejumlah vendor seperti Samsung, Apple, dan Xiaomi tengah berlakukan sebuah tren untuk tidak menyertakan charger dari dalam kemasan, mengharuskan pengguna mengeluarkan biaya lebih untuk beli charger secara terpisah.
Kendati bukan fenomena yang benar-benar asing, SEIN (Samsung Electronics Indonesia) biasanya masih menyertakan charger secara cuma-cuma, kendati terpisah dari boks penjualan utama. Inilah yang bikin saya mengira akan ada charger saat membeli Samsung Galaxy S23 FE.
Namun, rupanya asumsi saya keliru. Samsung Galaxy S23 FE benar-benar dilepas ke pasaran tanpa adanya charger sama sekali. Melansir dari video unboxing resmi dari kanal resmi Samsung Indonesia, paket penjualan Galaxy S23 FE hanya menyertakan PIN ejektor, buku petunjuk, serta kabel USB-C ke USB-C.
3. Fast Charging Kalah Saing
Buat Anda yang suka memerhatikan dunia perkembangan gawai, tentu sudah tahu bahwa Samsung dan Apple merupakan dua vendor yang jarang hadirkan fast charging super cepat. Ya, di saat industri smartphone sering menyaksikan kehadiran 120 W dan bahkan 240 W, Samsung mentok-mentok hanya sediakan fast charging 45 W.
Bukan tanpa alasan, ini dilakukan demi menjaga kesehatan baterai agar tetap utuh, atau setidaknya tidak cepat deteriorate (mengusang) setelah penggunaan jangka panjang.
Namun tetap saja, bagi yang memiliki gaya hidup serba aktif, mungkin saja tidak punya banyak waktu untuk melakukan charging. Samsung Galaxy S23 FE sayangnya hanya dibekali dengan daya charging 25 W, disinyalir dapat mengisi baterai hingga 50 persen dalam 30 menit.
Fast charging 25 W biasanya hanya ditemukan pada smartphone seharga Rp2 jutaan. Bahkan, sekarang saja sudah ada HP Infinix Rp1 jutaan yang bawakan fast charging 33 W.
GSM Arena mengatakan, mengecas baterai Galaxy S23 FE dengan charger Samsung 25W perlu waktu 1 jam 10 menit. Baterai dicas dari kondisi kosong sampai penuh.
Di sisi lain, rasanya tidak realistis mengharapkan daya yang lebih tinggi dari 25 W pada varian FE. Soalnya, Galaxy S23 reguler pun memiliki daya charging yang sama. Mungkin kalau ada Samsung Galaxy S23 FE+, baru wajar protes jika daya charging-nya masih 25 W, mengingat Galaxy S23+ hadir dengan daya 45 W.
Di luar dari fast charging-nya yang kalah saing, saya cukup merasa lega Galaxy S23 FE masih pertahankan fitur wireless charging dan reverse wireless charging.
Singkatnya, ponsel ini bisa dicas secara nirkabel, dan juga bisa dijadikan power bank untuk isi perangkat lain secara nirkabel pula. Persis seperti adegan-adegan drakor yang istri saya sering tonton.
Simpulan
Kendati punya harga yang lebih murah dari Samsung Galaxy S23 reguler, Anda tetap dapat merasakan fitur unggulan pada varian Fan Edition. Bagaimanapun, "Fan Edition" memang berusaha untuk pertahankan fitur yang disukai penggemar, serta mengurangi harganya dengan cara memangkas fitur yang tidak perlu.
Harga rilis Samsung Galaxy S23 FE di Indonesia terbagi jadi dua, yakni varian RAM 8/128 GB di harga Rp8.999.000 serta varian RAM 8/256 GB di harga Rp9.999.000. Anda sudah mulai dapat memesan perangkat ini sejak 17 Oktober 2023. Tertarik?